/0/20663/coverorgin.jpg?v=6507e060d3a914b4ee3ce8a3a17b8c3f&imageMogr2/format/webp)
"Nasi uduk! Nasi uduk!" teriak seorang wanita berjilbab, menjajakan jualannya sambil mendorong sepeda butut miliknya.
"Mbak! Nasi uduknya masih ada?" teriak seorang ibu-ibu sambil melambaikan tangannya.
"Masih Bu," jawab penjual itu yang bernama Aisyah.
"Saya mau 5 ya!"
Aisyah menganggukkan kepalanya, kemudian dia membungkus 5 nasi uduk. Setelah selesai ibu-ibu tersebut pun membayarnya.
"Alhamdulillah, akhirnya daganganku habis juga. Sebaiknya aku pulang sekarang, nanti siang kan mas Andre pulang, kasihan dia kalau belum ada makanan," gumam Aisyah.
Wanita itu pun pulang dengan hati yang senang, karena jualannya laris manis setiap hari. Dia bernama Aisyah Zuhaira, berusia 25 tahun. Dia memiliki paras yang cantik, hidung mancung, mata bulat, bibir mungil dengan kulit yang putih.
Setiap hari Aisyah selalu menjajakan dagangannya, berkeliling menggunakan sepeda, karena suaminya hanya seorang tukang ojek pangkalan. Dan dia terpaksa membantu perekonomian suaminya untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari.
"Assalamualaikum," ucap Aisyah sambil memarkirkan sepedanya.
Namun, saat wanita itu masuk ke dalam rumah, tiba-tiba saja dia disambut oleh sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipinya, sehingga meninggalkan bekas kemerahan.
PLAK!
"Bagus ya, jam segini baru pulang. Kamu nggak lihat ini jam berapa, hah!" bentak seorang wanita, yang tak lain adalah mertuanya, sambil menunjuk jam yang berada di dinding.
"Maaf Bu, tadi jualannya agak sepi, jadi Aisyah berkeliling ke satu Desa lagi," jawab wanita berjilbab tersebut.
"Halah! Nggak usah banyak omong deh. Sekarang lebih baik kamu masuk ke dalam, dan buat makan siang! Kamu 'kan tahu, sebentar lagi Andre mau pulang. Istri macam apa kamu, pulang siang-siang, belum ada makanan, cucian juga numpuk. Seharusnya sebelum jualan itu, kamu cuci piring dulu! Masak dulu buat mertua dan suamimu, paham!" bentak wanita tersebut yang bernama Ibu Lisa, mertuanya Aisyah.
Dia mendorong tubuh Aisyah, hingga membuat wanita itu tersungkur ke lantai.
"Iya Bu, Aisyah masak sekarang." Aisyah bangkit dari duduknya, kemudian dia berjalan melenggang masuk ke dalam dapur.
Bulir bening tanpa bisa dicegah jatuh membasahi pipi mulus wanita tersebut. Kulit putihnya yang tadinya bersih cerah bagaikan rembulan, kini sudah terlihat sedikit kusam.
'Ya Allah, sampai kapan ibu akan selalu memperlakukanku seperti ini? Dulu sebelum aku menikah dengan mas Andre, ibu sangat menyayangiku. Tapi kenapa berubah setelah kami menikah? Kenapa ya Allah?' batin Aisyah bertanya-tanya tentang perubahan sikap ibu mertuanya.
Dahulu saat dia menjalin hubungan bersama dengan Andre sebelum menikah, Ibu Lisa begitu sangat menyayanginya, bahkan sikapnya begitu lembut seperti ibu kandung. Namun, ternyata setelah menikah sikapnya 180 derajat berbeda.
Setiap hari, Aisyah selalu dimarahi, dibentak, bahkan tak jarang dirinya dipukul jika tidak menuruti ucapannya. Entah Aisyah pun tidak tahu, kenapa ibu mertuanya begitu jahat kepada dirinya? Karena dia sama sekali tidak mengerti, kesalahan apa yang telah diperbuatnya, sehingga membuat Ibu Lisa begitu membenci dirinya.
"Aisyah! Buatkan saya teh!" teriak Ibu Lisa dari ruang tv.
Aisyah yang mendengar itu pun seketika langsung menghapus air matanya, kemudian dia membuatkan teh pesanan Ibu mertuanya dengan cepat, karena takut jika nanti dimarahi lagi.
"Ini Bu, tehnya," ucap Aisyah sambil menaruh teh tersebut di atas meja.
"Lelet banget sih kerjanya. Kalau kerja itu yang cepat, jadi wanita kok lelet banget!" Bu Lisa berkata dengan nada yang ketus.
Sedangkan Aisyah hanya diam saja, sebab nada bicara seperti itu sudah setiap hari menjadi makanan dirinya. Kemudian dia kembali ke dapur untuk melanjutkan masaknya.
Setelah makanan jadi, Aisyah tersenyum karena di atas meja sudah terhidang sayur asem, tempe dan tahu goreng serta sambal terasi.
"Alhamdulillah, akhirnya kelar juga. Sekarang aku tinggal nyuci piring lalu nyuci baju," gumam Aisyah dengan lirih, sambil menyeka keringatnya yang membasahi jilbab.
Ibu Lisa masuk ke dapur, dan dia melihat makanan di atas meja yang sudah matang. Bahkan asapnya masih sedikit mengepul dari sayur asem buatan Aisyah.
/0/15948/coverorgin.jpg?v=a6120436d1c3402ee2b691af275f9e9b&imageMogr2/format/webp)
/0/16738/coverorgin.jpg?v=78834ef12abc12ccf44e059c7fbc7d75&imageMogr2/format/webp)
/0/7117/coverorgin.jpg?v=0488c2f07bd899e58e09bfd23532f27d&imageMogr2/format/webp)
/0/7998/coverorgin.jpg?v=5575add4ad5a02e722cc49d8bbe4012d&imageMogr2/format/webp)
/0/17773/coverorgin.jpg?v=c5b31251c0490b52f166105ec98d664d&imageMogr2/format/webp)
/0/2925/coverorgin.jpg?v=4f6c2089a306db7c05d48183b939e157&imageMogr2/format/webp)
/0/5263/coverorgin.jpg?v=d71bad0d9d30fdfbfa62d1cc5adfd5fb&imageMogr2/format/webp)
/0/15475/coverorgin.jpg?v=85b7e6eb8ac4b35a33e08c585de6d1d9&imageMogr2/format/webp)
/0/14411/coverorgin.jpg?v=bd738e8253e99222619299bc91fa7e0c&imageMogr2/format/webp)
/0/27620/coverorgin.jpg?v=5a572c3851f74e2991e09b2c511aafb4&imageMogr2/format/webp)
/0/17985/coverorgin.jpg?v=b408e4a007dd171cdaffaf8bcec08a75&imageMogr2/format/webp)
/0/19648/coverorgin.jpg?v=8f3be7fbf196a069f5bab2021d5d1d3e&imageMogr2/format/webp)
/0/5169/coverorgin.jpg?v=1e618f05454f01f07aa76f072ace8c90&imageMogr2/format/webp)
/0/16610/coverorgin.jpg?v=c99fd16f7a02bbd1f4b6812d3f4c7214&imageMogr2/format/webp)
/0/3070/coverorgin.jpg?v=add6345574c732f0214f402d75ff99c0&imageMogr2/format/webp)
/0/2931/coverorgin.jpg?v=048bd5b0ea0fc309e799badf22a02a5c&imageMogr2/format/webp)
/0/2369/coverorgin.jpg?v=d5c6d912f1a1f5426606ecebd4fd33a0&imageMogr2/format/webp)
/0/29095/coverorgin.jpg?v=2f5e6d38acc201644865b9176af2990a&imageMogr2/format/webp)
/0/16582/coverorgin.jpg?v=99237a32bbb0fd244ed6889983ed2a8e&imageMogr2/format/webp)