Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Hari-hariku kian berwarna
Duniaku terisi kesempurnaan
Kau Dewi hatiku
Jiwaku tunduk dalam cintamu
Selamanya kuharap segala yang terbaik
Bersama selalu ku yakin
°°Radit Aditama
Tata sedang bergerak di atas tubuh prianya yaitu Radit malam itu. Mereka berpeluh menyatu merefleksikan sebuah rasa dimana kenikmatan yang akan mereka raih bersama. Wanita bermata sayu ini membuat sang pria menutup matanya dengan gerakan memanjakan miliknya. Gerakan yang lembut berganti dengan tempo cepat tak beraturan.
"Oh honey faster please." Pinta Radit dengan suara serak. Tata begitu terampil jika urusan membuat sang suami terpuaskan dengan pengalamannya. Bukannya menurut wanita itu justru menurunkan tempo gerakannya. Dia menunduk memberi akses bibir suami untuk meraih bagian dadanya.
"Emmph," suara pria itu terjejal gundukan daging yang tak besar. Justru gundukan itu hanya satu genggaman tangannya. Pria itu frustasi sedang miliknya di bawah sana meronta ingin merasakan gerakan sang istri kembali.
Tata kembali bergerak lebih kasar membuat bibir sang suami terlepas dari pagutan itu. Mata sang pria kini semakin berkilau dengan hasrat menggelora. Rasa itu sungguh melebihi apapun di dunia ini. Mereka saling mengudarakan nama sebagai tanda telah sampai di alam nirwana. Tata menjatuhkan tubuh polosnya di samping sang suami. Nafas mereka masih memburu, terengah-engah.
Kini sang suami beralih membersihkan sisa cinta mereka di inti sang istri menggunakan bibirnya. Sebuah kebiasaan pria itu selepas bercinta. Dia akan menyapu setiap inchi milik sang istri, tak jarang membuat istrinya akan bersemangat kembali meminta layanan dirinya untuk melakukan sesi berikutnya. Bagi Radit itu tak masalah selama istrinya terpuaskan, selama wanita yang dirinya cintai bahagia.
Begitupula dengan Tata, dia selalu menyukai permainan yang berbeda di ranjang bersama sang suami, walau dirinya seorang ibu beranak dua, namun bagian dirinya selalu dirasakan nikmat oleh suaminya. Itu membuat dirinya merasa sempurna sebagai wanita.
°°°
Radit 13.10
"Honey aku jemput yah kita makan siang."
Tata 13.12
" Bentar yank aku masih meeting 20 menit lagi kelar."
Jawab Tata dalam chatt WhatsApp
Mobil putih 'Range rover' terparkir dengan mesin menyala, Radit sedari 15 menit yang lalu menunggu Tata sedang meeting di salah satu restoran ternama si Surabaya. Bersenandung kecil, full music di dalam.
Dengan tergesa Tata berlari kecil Menghampiri Radit yang tiduran bersandar dalam mobil.
Tok tok
Pintu kemudi diketuknya seketika Radit terbangun bergegas turun dan membuka pintu sebelah kemudi untuk Tata.
"Lain kali gak usah turun Mas, aku bisa kok buka pintu sendiri."
Pinta Tata yang kurang enak bila diperlakukan demikian.
"Kenapa sih aku cuman bantu buka aja, kenapa gak boleh sih?" sambil menggenggam tangan kanan Tata.
"Ck. Berasa nyonya besar ih, aku gak nyaman." Dercak Tata yg masih teguh dengan pendapat nya.
"Gak mau ah. Biasain yah karena kamu nanti jadi nyonyaku, nyonya Radit Aditama. So segala kebiasaanku kamu harus ikuti."
Tanpa sadar kata-kata itu membuatnya semakin takut.
Berhasil membuat wajah Tata murung dengan kalimat-kalimat Radit seakan harus ikuti gaya hidupnya, ikuti kebiasaannya.
"Bukankah perbedaan adalah hal yang membuat pasangan bersatu saling melengkapi?" Batin Tata mengeluh pada dirinya sendiri.
Sore itu dua hari sebelum kembalinya Radit ke Jakarta.
Radit seperti biasa berkunjung ke rumah Tata, obrolan bersama bapak pada akhirnya membuat keputusan menikahi Tata saat itu juga diambilnya. Ya Menikah secara agama karena bapak khawatir dengan kedekatan mereka toh bulan depan mereka menikah resmi. Apalagi kejadian malam itu di mana Tata pulang larut dan Bapak menemukan sesuatu tanda merah di leher anak bungsunya itu membuat pria tua itu sangat hawatir. Terlebih Tata juga menceritakan kedekatan mereka bukan sebatas teman. Hal ini telah di diskusikan olehnya juga semua saudara Tata sehingga pernikahan ini tercetus.
Yah menikah siri agar mereka tidak melakukan hal yang di luar batas, dengan senang hati Radit menuruti keinginan bapak mertuanya itu.
Dengan satu tarikan nafas Radit mengucap ijab Kabul dengan lantang tanpa ada kesalahan di sana.
"Saya terima nikah dan kawinnya Tata Dayuning tyas binti Hadianto dengan mas kawin Uang sebesar tiga puluh juta rupiah dibayar tunai."
"Sah?"
Alhamdulillah suara Bapak, ustadz keluarga dekat Tata berkumpul untuk menjadi saksi pernikahan siri mereka yang tidak direncanakan itu serempak menengadah mengamini doa ustadz sebagai penghulu mereka.
"Sayang kenapa murung?" Tanya Radit sambil ada dalam kemudi mobil menuju apartemennya. Tata bersama Radit pergi setelah acara syukuran kecil itu usai.
"Gak apa-apa." Jawab Tata singkat, "tadi pak ustadz bilang kalau kamu itu artis." sambungnya.
"Uhuk uhuk uhuk ."
Radit tersedak salivanya sendiri.
"Kamu gak ada air di mobil?" Sambil mencari di sudut-sudut pintu dan membuka dashboard Tata berusaha mencari air mineral untuk Radit.
"Gak ada sayang."
Jawab Radit, menahan rasa perih di tenggorokannya.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya Tata sangat kawatir.
Tak terasa sudah memasuki area parkir dan mobilpun berhenti.
Masih dengan wajah ketakutan bahkan kawatir Radit menoleh kemudian memegang kedua tangan Tata.
"Sayang aku mau apapun yang terjadi kita tetep bareng, sungguh aku tidak pernah mencintai wanita sebelumnya seperti aku mencintaimu.
Bagiku kamu hidupku yang baru, tanpamu aku tidak yakin bisa hidup normal." Ucap pria itu dengan kesungguhan.
Tata semakin bingung dengan suami sirinya ini kata-katanya seakan tersirat membuat kesalahan yang fatal namun apa? Dirinya membeku mencoba memahami kata demi kata yang Radit utarakan.
"Kamu belum respon kata-kataku tadi Mas?"
Ucap Tata namun tak ada jawaban dari Radit.
"Kita masuk yuk," ajak Radit seraya membuka kunci mobil. Mereka sudah berada di basemen gedung mall juga terdapat tempat tinggal yang tersambung serta hotel yang ada di sebelahnya, semua bangunan itu menjadi satu kesatuan.
Tanpa kata Tata turun kemudian berjalan menuju unit apartemen Radit.
"Nah ini apartemen kita, nanti kamu bawa akses cadangan". Terang Radit sambil memasukkan password kunci pintu.
Apartemen disini dengan luas dua ratus meter persegi.
Unit lawas di Surabaya seperti rumah, bersebelahan dengan hotel bintang lima dan akses tersambung dengan lorong mall T*nj*ng*n Pl*z*, ketika masuk aroma jasmin menenangkan, nuansa cat silver dengan tiga kamar tidur dua kamar mandi, dapur dan ruang tamu, sangat luas.
"Bersih, rapi," gumam Tata seraya mengedarkan matanya ke seluruh sudut ruangan.