/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
Dia tersenyum, lesung pipinya menambah manis wajah dari pemilik netra berwarna coklat terang itu. Dia Melodi, seorang penulis artikel dari sebuah perusahaan swasta yang cukup memiliki nama di Indonesia. "Wah...dia benar-benar cantik," pujinya pada deretan foto seorang wanita. "Pasti dia sangat pintar juga. Pantas saja begitu banyak penggemar dan menjadi salah satu artis yang legendaris. Aku benar-benar beruntung bisa mewawancarainya hari ini."
"Terima kasih atas pujiannya, Nona Melodi." Mendengar namanya disebut, dia langsung memutar tubuhnya hingga terlihatlah seorang wanita yang umurnya sudah masuk lima puluh tahun. Namun, dia masih terlihat cantik sekali. Begitu anggun dengan balutan kemeja over size berwarna putih serta celana berbahan kain berwarna hijau, rambutnya yang sudah mulai berwarna putih dia sanggul sederhana. Dia duduk dikursi roda, sambil menjalankan benda yang menopang tubuhnya itu mendekati Melodi.
"Bu Gilsha, terima kasih sudah mau menerima kedatangan saya dirumah Ibu ini." Melodi berbicara sangat sopan, dia juga terlihat bergetar karena berjumpa dengan seorang wanita yang sudah lama menghilang dari layar kaca. Meski banyak orang masih memperbincangkan karyanya, tetapi tidak pernah ada yang mampu membuat berita tentang wanita ini lagi setelah dua puluh tahun lebih.
Namanya Gilsa Alyne, seorang model juga artis yang banyak sekali membintangi film-film populer pada masanya, mantan Ratu Kecantikan yang juga memenangkan banyak penghargaan dunia film, baik dari dalam maupun luar negri. "Jadi apa yang ingin kau ketahui tentangku Nona Melodi Oliver?" pertanyaan itu membuat kening Melodi berkerut.
"Maaf, bagaimana anda tahu nama belakang keluarga saya?"
"Aku mengenal dekat Papa mu, Noah Oliver." Saat Melodi berpikir, dia tanpa sengaja melihat sebuah foto, yang letaknya di atas meja hias. Tepat di sudut ruangan.
Itu adalah foto ayahnya, wajahnya terlihat masih sangat muda. Dia memeluk seorang wanita yang memakai kebaya putih, senada dengan pakaian Noah__ayahnya. Mereka tampak sangat mesra, dan bahagia. Wanita cantik itu tak lain adalah Gilsha Alyne.
**** End Of Prolog***
Bab 1. Selamat Tinggal
'Ketika sebuah perpisahan terasa sangat manis, mampukah kau melepaskan tanpa rasa sakit?'
*****
Bali 1992.
Deburan ombak dibibir pantai Kuta,Bali terasa seperti irama indah untuk sepasang kekasih yang tengah melepas rindu. Netra coklat terang itu berbinar malu, saat satu kecupan dia dapatkan. Mereka sedang duduk di atas pasir, sambil Pria itu memeluk kekasihnya dari belakang.
Ini bukan ciuman pertama mereka, meski memang di tempat yang sama. Namun, rasanya masih begitu malu dan desiran aneh selalu mereka berdua rasakan jika sudah bersama seperti ini. Begitu memabukkan, dan ingin terus mengulanginya.
Pria itu memakaikan sebuah kalung yang dia beli di Sydney. Kalung itu ia pesan khusus untuk kekasihnya, liontin hati bermatakan berlian. Dia ingin cinta mereka abadi seperti sinar berlian yang tidak pernah pudar, meski umurnya sudah ribuan tahun. Dia tersenyum ketika pemberiannya itu terlihat sangat indah dipakai oleh kekasihnya. Namanya Noah Oliver, wajahnya tampan dengan khas darah campuran yang terlihat jelas ketika orang melihatnya. Bahkan saat di Bali, orang-orang mengiranya seorang wisatawan.
Ibunya adalah penduduk Kota Bali yang indah, sementara ayahnya warga negara asing, berasal dari Melbourne yang bekerja di Jakarta, hingga sekarang dia dan keluarganya menetap di Jakarta. Dia ke Australia hanya karena urusan pekerjaan saja.
Mengendarai mobil yang sangat populer Mazda Astina 323 berwarna merah, Noah Oliver menjemput kekasihnya dirumah wanita itu, kemudian mereka memilih pantai untuk tempat berkencan mereka. Seperti dulu, mereka pertama bertemu.
Noah dan Gilsha sudah berpacaran selama empat tahun, dan satu tahun terakhir harus berhubungan jarak jauh. Semua tidak lain karena Noah ada pekerjaan di Sydney. Sementara Gilsha juga hijrah ke Jakarta, dia ingin lebih sukses lagi menjadi seorang bintang dilayar kaca.
"Ku pikir kau tidak akan kembali ke Bali," kata Noah sambil terus memainkan hujung rambut Gilsha. Bagi Noah, kali ini kekasihnya itu terlihat berbeda, wajahnya murung padahal mereka baru bertemu. "Sayang, kamu kenapa?" Noah menarik wajah Gilsha untuk menatapnya.
/0/15869/coverorgin.jpg?v=4970c80fe9089ab330223215b6dbed8c&imageMogr2/format/webp)
/0/2977/coverorgin.jpg?v=b82fecc8f2255437c295867c2d0dae61&imageMogr2/format/webp)
/0/23738/coverorgin.jpg?v=2366e72dd37d100717edfa48049d1839&imageMogr2/format/webp)
/0/24616/coverorgin.jpg?v=da99951ad4e9d35b12e979b07d1aece0&imageMogr2/format/webp)
/0/17285/coverorgin.jpg?v=7a2fc3cf92369df4a9b0b7383fc70285&imageMogr2/format/webp)
/0/5016/coverorgin.jpg?v=21b0a7ba6ac9ea3de009588d552d046a&imageMogr2/format/webp)
/0/6521/coverorgin.jpg?v=0dc886fcefd9b9ebecbf37d72dfccdf5&imageMogr2/format/webp)
/0/16699/coverorgin.jpg?v=ef38da27c5b45f8a4b46710eefac8e7c&imageMogr2/format/webp)
/0/23440/coverorgin.jpg?v=20250519182557&imageMogr2/format/webp)
/0/24260/coverorgin.jpg?v=dbb92b1df2a316938035c5de1a5106d0&imageMogr2/format/webp)
/0/2293/coverorgin.jpg?v=3aba0b5652bff0bfcf4c0a9f5ed90165&imageMogr2/format/webp)
/0/24262/coverorgin.jpg?v=d429ea85c8fd7e620072a4fd1bb1787e&imageMogr2/format/webp)
/0/25081/coverorgin.jpg?v=3d5c547eb2a541aeedf7de0c0cc15e76&imageMogr2/format/webp)
/0/29180/coverorgin.jpg?v=37718d569ab1621ce3b76543300ebe2c&imageMogr2/format/webp)
/0/28969/coverorgin.jpg?v=e2667e0f3676b243d8721eb0c8a0c167&imageMogr2/format/webp)
/0/13576/coverorgin.jpg?v=5d82f09b814dd1b96a2f33a312ae4530&imageMogr2/format/webp)
/0/27352/coverorgin.jpg?v=d332dbd2fd6c23ffee6f11115c1d1cbc&imageMogr2/format/webp)
/0/27990/coverorgin.jpg?v=12ea40307d542e540bb5cea163ae0d4f&imageMogr2/format/webp)