/0/23359/coverorgin.jpg?v=6cc1c8db761967eeaa4c45bc90ba2de5&imageMogr2/format/webp)
“Dijah, kamu segera siap-siap ya. Nanti malam ada yang melamarmu,” ucap emak sambil memamerkan senyum di wajah keriputnya. Binar matanya indah, menyiratkan betapa bahagianya saat ini.
“Me-la-mar, Mak?” tanyaku tak percaya.
“Iya. Sudah hentikan bacaanmu. Kamu segera mandi, ini sudah jam 5 sore juga. Anak perawan kok males mandi,” ucap Emak dengan kecepatan kilat sambil menarik paksa buku yang kupegang. Sebuah novel roman yang baru saja kubeli beberapa saat lalu.
Aku Dijah, anak pertama dari seorang janda tua sederhana. Bapakku sudah meninggal beberapa tahun lalu, dan aku hanya tinggal berdua bersama Emakku yang super bawel. Meskipun begitu, aku sangat menyayanginya. Sebenarnya aku masih punya saudara, Namanya Dinda, dia adikku satu-satunya, yang mau tak mau menjadi teman berantemku. Sayang, saat ini ia sedang kuliah di kota, mengejar mimpinya. Sedangkan aku? Aku lebih memilih tinggal bersama ibu, karena tak tega meninggalkan ia. Terlebih lagi aku tak ingin membebani emak dengan biaya kuliah yang mencapai puuhan juta. Hingga tinggallah Dijah, yang hanya sebatas tamatan sekolah menengah atas.
“Dijah! Kenapa masih di kamar? Cepat segera mandi,” teriak emak dengan tinggi nada yang semakin keatas.
Kalau ucapannya sudah bervolume diatas standar, mau tidak mau aku harus nurut. Dari pada daun telinga ini menjadi korban atas keganasannya, atau bisa jadi sapu dan kemoceng akan melayang ke setiap bagian tubuhku.
Dijah, nama yang sangat kuno bukan? Aku dilahirkan pada tahun 90 an, tapi namaku seperti pada era kemerdekaan. Nama yang selalu menjadi sasaran empuk buat teman-temanku untuk membullyku. Meskipun sebenarnya nama pemberian dari almarhum bapak ini, adalah nama yang indah. Lengkapnya Khadijah. Nama yang cantik bukan? Bapak pernah berharap, aku memiliki kelembutan hati seperti istri seorang nabi. Tapi, sayangnya, di umurku yang terbilang sudah cukup dari kata matang belum juga ada lelaki yang hendak mempersuntingku.
Bukan tanpa alasan. Aku adalah wanita biasa, hidupku juga sangat biasa. Aku tak cantik, juga tak cerdas, aku juga tak memiliki keahlian apapun, terlebih aku bukanlah perempuan berada. Entahlah, mungkin saat pembagian rejeki, aku hanya dapat bagian sedikit saja. Lain halnya dengan adikku Dinda. Meskipun kami dilahirkan dari rahim yang sama, nyatanya rejekinya berbeda. Dia terlahir sebagai wanita cantik, hidungnya mancung, tubuhnya semampai dengan kulit tubuh yang putih dan bersih. Bibirnya kecil, namun selalu berwarna kemerahan, berikut dengan alis warna hitam meskipun tanpa tersentuh oleh eye brow. Jika kami sedang berdiri bersama, tentu akan terlihat perbedaan mencolok diantara kami, terlebih lagi tinggiku sudah tersaing oleh tubuh sempurnanya.
“Dijah, masih belum keluar kamar juga?” tanya emak dengan nada yang semakin meninggi, dengan cepat aku membuka pintu kamar dan menampakkan diri.
“Emak, tadi Dijah ambil handuk dulu,” ucapku sambil memerkan benda bertekstur halus yang melingkari leherku.
Emak tersenyum.
“Sebenarnya siapa yang mau melamar dijah, Mak?” tanyaku ragu.
Sebenarnya siapapun yang datang, aku tak mungkin menolak. Karena bagaimanapun, aku yakin kalau pilihan emak adalah jodoh yang terbaik, itulah yang aku percayai. Lebih memilih pasrah dengan jodoh yang akan ditakdirkan tuhan kepadaku.
“Nak Ammar.”
“Ammar?” tanyaku yang diikuti dengan menelan saliva dengan kasar.
/0/20283/coverorgin.jpg?v=20241030112700&imageMogr2/format/webp)
/0/29864/coverorgin.jpg?v=20251205185447&imageMogr2/format/webp)
/0/5296/coverorgin.jpg?v=20250121173908&imageMogr2/format/webp)
/0/13460/coverorgin.jpg?v=20250123145249&imageMogr2/format/webp)
/0/17190/coverorgin.jpg?v=20240328170443&imageMogr2/format/webp)
/0/4318/coverorgin.jpg?v=20250121182507&imageMogr2/format/webp)
/0/13167/coverorgin.jpg?v=20250123144943&imageMogr2/format/webp)
/0/7738/coverorgin.jpg?v=20250122152224&imageMogr2/format/webp)
/0/16889/coverorgin.jpg?v=20240306140845&imageMogr2/format/webp)
/0/3601/coverorgin.jpg?v=20250122110023&imageMogr2/format/webp)
/0/13387/coverorgin.jpg?v=20250123145117&imageMogr2/format/webp)
/0/23514/coverorgin.jpg?v=20250704080025&imageMogr2/format/webp)
/0/17363/coverorgin.jpg?v=20240328170444&imageMogr2/format/webp)
/0/13545/coverorgin.jpg?v=20250123145437&imageMogr2/format/webp)
/0/9358/coverorgin.jpg?v=20250122140034&imageMogr2/format/webp)
/0/7624/coverorgin.jpg?v=0410042db671154295af3e6899b3452a&imageMogr2/format/webp)
/0/29172/coverorgin.jpg?v=20251106220529&imageMogr2/format/webp)
/0/14778/coverorgin.jpg?v=20250123120337&imageMogr2/format/webp)