Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Di sebuah ruangan dengan kertas dinding motif dan warna keemasan, Malini menatap pria berusia lima puluh tahun di hadapannya. Pria tampan dengan rahang tegas dan sepasang mata mirip elang yang mampu menaklukkan lawan bicaranya dalam sekali kedipan.
Pria yang kerap dipanggil orang-orang kampung dengan juragan itu tak nampak tua sedikitpun. Bahkan guratan dan keriput seolah enggan mampir ke wajahnya yang putih dan bersih.
Ada perasaan tegang yang hinggap di hati Malini. Bagaimana tidak, ia hanya berdua saja berhadapan dengan juragan Chandrakanta. Entah ke mana keempat isteri pria yang katanya gila bercinta itu.
"Ehem ... Jadi apa tujuanmu datang kemari? Malini!" suara serak dan berat itu semakin membuat Malini salah tingkah.
"A-anu juragan ...." sahut Malini menggantung.
Dadanya terlihat naik turun. Nampak terlihat jelas dari balik kebayanya yang sedikit menerawang. Membuat Chandrakanta menelan ludah. Lalu membuang muka ke arah yang lain.
"Katakan dengan cepat! Karena aku sedang banyak pekerjaan."
"Saya ingin meminjam uang juragan," sahutnya cepat. Perasaan lega memenuhi rongga dadanya. Walau belum tentu Chandrakanta akan meminjamkan uang.
"Berapa?"
"Lima puluh juta, juragan."
"Lima puluh juta?" ulang Chandrakanta.
Mungkin bukan masalah jajaran angka yang banyak itu. Tapi mungkin alasan. Ya ... Sebuah alasan yang ingin diketahui Chandrakanta. Mengapa wanita cantik bertubuh sintal itu memerlukan banyak uang.
"Ke mana suamimu?" tanya Chandrakanta lagi. Ia menggeser posisi duduknya di sebelah Malini. Berusaha melihatnya dengan jelas di setiap inci.
"Apa saya harus menjawab pertanyaan yang ndak ingin saya jawab, juragan?"
"Ya, aku perlu tahu. Kelak jika kau tidak bisa bertanggung jawab atas hutang-hutangmu itu, maka suamimu lah yang harus membayarnya.
"Tapi ... "
"Hmm ... Suamimu pergi dengan wanita lain?Meninggalkan begitu banyak hutang yang harus kau selesaikan sendirian. Apa aku benar?"
"Juragan ... Dari mana?"
"Siapa yang tak mengenal suamimu Malini. Prabawa yang suka berjudi dan main perempuan. Apa aku benar lagi?" suara Chandrakanta agak meninggi. Membuat Malini hampir terbakar amarah.
"Apa bedanya dirimu dengan suamiku? Duhai juragan yang gila kawin dan mempunyai banyak isteri!" hardik Malini dalam hati.
Membuat Chandrakanta menatap sepasang mata bundar hitam Malini dengan lekat.
"Aku tidak suka kau menyamakan diriku dengan suamimu yang tidak ada otak itu! Jadi berhentilah! Hentikan hatimu untuk berkata-kata yang tidak menyenangkan tentang diriku!"
Malini terkesiap. Tak menyangka jika Chandrakanta mengetahui isi hatinya. Ia sedikit malu dan merasa penasaran dalam waktu yang bersamaan.
"Bagaimana juragan mengetahui isi hatiku?" tanyanya dalam hati.
"Hatimu dipenuhi banyak pertanyaan tentangku. Itu tak penting! Apa kau mau minum? Makan sesuatu, mungkin? Biar aku minta Yuvati untuk membuatkannya."
"Ndak usah juragan! Saya ndak mau merepotkan. Saya hanya ingin meminjam uang," ujar Malini tegas. Mencoba mengembalikan topik pembicaraan.
"Hmm ... Baiklah ... Lima puluh juta bukan?"
"Benar juragan. Lima puluh juta." Malini menjawab dengan suara yang sedikit ringan.
"Gampang. Aku bisa memberikannya sekarang."
"Benarkah itu juragan? Jawab Malini bertambah senang.
"Ya. Kau tak percaya? Aku orang paling kaya di kampung ini?"