/0/29596/coverorgin.jpg?v=9bec6c62baa21cbaf0bd7b6852e019ba&imageMogr2/format/webp)
Ini hidupku, menjadi single Mom dengan satu anak memang bukan hal yang bisa dibanggakan, usiaku masih 26 tahun. namaku Leira Cassavano, bagi orang Chicago, amerika serikat. Umur 26 adalah hal yang masih muda untuk mengurus seorang putra. Tapi tak apa, aku tidak pernah memikirkan apapun yang orang lain katakan, bagiku putraku adalah duniaku.
Dunia dimana hanya ada aku dan dia, orang lain hanya orang lain, tidak ada hubungan apapun dengan kehidupanku. Aku tidak masalah ketika para teman kuliahku menanyakan bagaimana kehidupan putraku, dan aku dengan bangga selalu berkata.
'Dia putraku, anak yang hebat, cerdas, kuat dan mandiri, dia adalah my galaxy. My World and my heart, aku sangat mencintainya dan tidak ada kata penyesalan saat putraku lahir kedunia ini.'
Aku menikah di usia dua puluh tahun. Bercerai setelah usia kandunganku berjalan tiga bulan, pernikahan yang terjadi karena tidak pernah ada kata aku mencintaimu dari mulutnya, pernikahan itu murni karena sebuah perjodohan, dan bercerai setelah kerjasama itu hancur.
Mungkin karena terlalu percaya diri dan yakin jika perasaan akan terbalaskan, aku memilih untuk setuju, lalu berakhir dengan hal di luar kendaliku, pria itu berselingkuh dan bahkan secara terang-terangan mengatakan jika tak ada cinta untukku, dia bilang terpaksa menikahiku dan memilih kabur dengan segala usaha yang dilakukan untuk membuat kerjasama itu hancur.
Dan aku?
Tentu saja hancur, menerima sebuah takdir dimana rasa cinta itu tidak pernah terbalaskan, di bulan-bulan kehamilan-ku sulit untuk dikatakan hal biasa, beberapa kali aku hampir membuat putraku pergi dalam kata lain mencoba membunuhnya.
Aku pikir kehadirannya akan sangat menggangguku, membuatku akan teringat sosok ayahnya dan aku takut semua rasa amarah itu akan terlampiaskan padanya, namun semua ini hilang.
Ketika aku menyaksikan sepasang kekasih yang harus kehilangan bayinya karena pertengkaran di tengah jalan, sang ibu lalai melupakan kereta bayi yang terjun ke jalan karena terlepas, sampai akhirnya sebuah mobil menabrak kereta bayi itu dan menghilang hawa yang tidak bersalah.
Aku menangis, sangat kencang, menyaksikan kejadian itu secara nyata dan karena itulah aku putuskan untuk merawatnya dengan baik, karena bagaimanapun bayi dalam kandunganku tidak pernah salah. hanya aku dan pernikahan itu yang salah.
Putraku hadir untuk membuatku menjadi sosok kuat. Dan menjadikan hidupku lebih berarti dari apapun, aku hanya ingin hidupnya selalu dikatakan cukup dan melihatnya tumbuh dari kasih sayang.
Aku menentukan namanya sesuai dengan margaku, yaitu Cassavano. Karena dia lahir ketika musim semi dan ketika aku akhirnya memiliki pekerjaan tetap aku memutuskan memberikan namanya Kevin Cassavano.
Entahlah aku suka nama itu, dan saat pertama kali memeluknya setelah berjuang melahirkannya, ketika aku mengajaknya bicara saat putraku menggenggam jariku.
"Kevin Cassavano, itu namamu sayang. Jadilah putra Mom yang baik, ingatlah jika kamu lahir karena Mom begitu mencintaimu." ucapku.
Dalam kekaguman dan rasa ingin menangis bahagia. Saat pertama kali aku melihat Kevin tersenyum ketika aku mengatakan hal itu padanya, seakan dia mengerti dan memahaminya.
Dan kini, putraku sudah akan menginjak enam tahun, Kevin sangat menyukai menggambar. Dia juga aktif dalam kegiatan piano, Leira tidak pernah memaksa putra untuk menyukai sesuatu, Kevin sendiri yang ingin mempelajari itu semua disaat seusia lebih banyak menangis meminta sesuatu.
"Mom!"
"Mommy! Bangun!" tangan mungil kecil itu menepuk halus pipi sang Ibu, dia berusaha membangunkan sang Ibu yang tertidur di sofa tepatnya di ruang tamu, bukankah aku sudah mengatakan jika putraku sudah seperti kakakku? Lihatlah sekarang, dia benar-benar hebat.
"Mommy!! Aku harus pergi ke sekolah." ucap Kevin lagi, dia mencubit pipi sang Ibu untuk segera bangun dan menyiapkan kebutuhan dirinya.
Leira mulai terusik, dia membuka paksa kedua matanya, tersenyum melihat sang putra sedang berdiri di hadapannya dengan piyama lucunya. Leira menggerakkan tubuhnya untuk bangun dan mendudukkan Kevin di pangkuannya.
"Kevin, putra Mom sudah bangun, maaf Mom bangun telat. Kevin ingin sekolah?" tanya Leira, dia merapikan rambut putranya sedikit berantakkan. Rambut Kevin begitu mengikuti ayahnya sedikit keriting dan mudah sekali bervolume.
"Mom, selalu seperti itu, akhir-akhir ini lebih sering tidur di sofa dan bangun telat. Jangan seperti itu! Kevin tidak suka, nanti Mommy bisa sakit." ucap Kevin, dia menatap sang ibu. Mengecup kedua kelopak mata Leira dengan sayang.
/0/13248/coverorgin.jpg?v=7caf219272bfd75ea4893a813cbe680f&imageMogr2/format/webp)
/0/16328/coverorgin.jpg?v=d621b9f745cfe09fda0812c94cb92730&imageMogr2/format/webp)
/0/6146/coverorgin.jpg?v=f6a5a84f6e0530e4fc807b7b7f9e1ed6&imageMogr2/format/webp)
/0/16926/coverorgin.jpg?v=475a56703eb046d6273718d3aeb6fd1f&imageMogr2/format/webp)
/0/4383/coverorgin.jpg?v=f8992cfee7dd0fd8f7f126b008b47a08&imageMogr2/format/webp)
/0/8482/coverorgin.jpg?v=895b3f8836708e13a7b45abf024eaa8d&imageMogr2/format/webp)
/0/2405/coverorgin.jpg?v=5044edabc23d39b6a5820498c64edb91&imageMogr2/format/webp)
/0/2852/coverorgin.jpg?v=e1ee79a2312d689826e292c293bde403&imageMogr2/format/webp)
/0/2629/coverorgin.jpg?v=4c38c87b6eedcca817694586408d7012&imageMogr2/format/webp)
/0/6198/coverorgin.jpg?v=14980e034b0b436ce995f33f08690b33&imageMogr2/format/webp)
/0/7964/coverorgin.jpg?v=863aa10477d232801b39e77d0142c1ad&imageMogr2/format/webp)
/0/16298/coverorgin.jpg?v=03367bf62e8269022f36944919d8b2a8&imageMogr2/format/webp)
/0/2709/coverorgin.jpg?v=07e5e78525664dd3080a36ee9ef3a2de&imageMogr2/format/webp)
/0/16417/coverorgin.jpg?v=acfa1c699f975e424d62fe219f50fdf8&imageMogr2/format/webp)
/0/5372/coverorgin.jpg?v=4eaf7c3a92872235760effad81f63dd7&imageMogr2/format/webp)
/0/8004/coverorgin.jpg?v=571ac2712872ce049b52fca5f42c3171&imageMogr2/format/webp)
/0/5936/coverorgin.jpg?v=338d71279e1fa4aee8a24717c543e0eb&imageMogr2/format/webp)
/0/3623/coverorgin.jpg?v=f54b8723bde25d7c963d0c773b7bcb3d&imageMogr2/format/webp)