/0/15466/coverorgin.jpg?v=61f388f015d702f5b62256a150c5e2a8&imageMogr2/format/webp)
Bab 1
Seorang gadis tak dapat menutupi rasa bahagianya saat pria dihadapannya memprlihatkan benda yang berkilauan cantik dari kotak bludru yang dipegangnya.
“Sasy, kamu mau menikah denganku?”
Sasy menepuk pipinya pelan berharap ini bukan mimpi belaka, pria bernama Setya kekasih yang sudah menjalin hubungan selama setahun denganya kini benar benar melamarnya. Senyum merekah dibibir ranumnya, menggambarkan rasa bahagianya saat ini.
“Ya, aku mau menikah denganmu mas,” jawab Sasy dengan lugasnya tanpa ragu. Setya memang sosok pria yang selalu diharapkan untuk menjadi pendampingnya kelak. Pria yang berpofesi sebagai dosen dikampusnya sudah membuat hati Sasy terpaut sejak pertama mereka dekat. Sosok Setya yang dewasa, tutur katanya yang lembut juga berwiba membuat Sasy yakin jika Setya adalah pria yang tepat untuknya.
“Kamu mau jadi istriku sayang?” tanya Setya tak percaya.
“Ya mas, aku mau menjadi istrimu,” Sasy mengangguk yakin.
“Terima kasih ya sayang, aku akan segera menemui orang tuamu,” ucapnya, seraya menyematkan cincin dijari manis kekasihnya.
“Iya mas, aku juga akan bicara dulu dengan ibu.” balas Sasy. Setya pun membalasnya dengan pelukan hangat. Malam itu menjadi malam yang sangat membahagiakan, terutama untuk Sasy
***
“Apa? kamu mau menikah?” ibu Rani tercengang tak percaya mendengar ucapan putrinya itu.
“Iya bu, aku mau menikah dengan mas Setya dia bilang dia mau melamarku,” balas Sasy lagi lagi dengan wajah yang sangat yakin, ia bahkan sudah membayangkan rumah tangga indah yang akan diarunginya bersama pria yang sangat dicintainya itu.
“Tapi Sasy kamu itu masih muda masih 19 tahun, masih kuliah juga,” ibu Rani tentu tak setuju dengan permintaan putrinya itu mengingat Sasy masih sangat muda dan kuliah, teerlebih selama satu tahun Sasy menjalin hubugan dengan Setya baru beberapa kali ia bertemu dengan Setya, pria itu jarang berkunjung kerumahnya dan lebih sering mengajak Sasy keluar, meskipun berulang kali Sasy mengatakan Setya itu pria yang baik dan dewasa juga seorang dosen yang mempunyai nama baik dikampusnya.
Sasy meraih punggung tangan ibunya itu.“Bu, aku mencintai mas Setya. Aku yakin mas Setya akan menjadi suami yang baik untuk ku, lagi pula setelah kuliah aku masih bisa melanjutkan kuliah ku kok, aku yakin mas Setya setuju.” ucapnya meyakinkan.
“Tapi Sasy, ibu rasa keputusanmu itu terlalu terburu buru lagi pula kak Renata juga belum menikah,”
Sasy menghela nafas pelan wajahnya yang tadi berseri seri kini menjadi redup, ucapan sang ibu mungkin ada benarnya, ini memang terkesan teburu buru mengingat kakaknya yang bernama Renata dan masih berkuliah di Australia belum menikah tak mungkin ia melangkahinya. Tapi jika menunggu kakaknya itu menikah entah sampai kapan kerena tak sekalipun ia mendengar sang kakak menjalin hubungan dengan seorang pria walau usianya sudah matang dan tengah menyelesaikan study S2.
“Tapi bu, kak Renata juga entah kapan menikahnya, bukanlah lebih baik aku menikah dari pada aku berpacaran dan melakukan hal yang diluar batas,” ujar Sasy yang juga tak tau entah kapan Renata akan menikah sedang dirinya ingin cepat cepat bersanding dengan Setya.
“Huuss! kamu itu ngomong apa, kamu harus jaga dirimu baik baik!” seru ibu Rani mendadak takut jika putrinya itu akan melakukan hal yang diluar batas jika berpacaran terlalu lama.
“Berpacaran lama itu memang tak baik bu, jadi Sasy ingin menikah coba ibu bicarakan ini dengan kak Renata ya,” Sasy tetap tak menyerah membujuk ibunya itu agar mengijinkanya menikah.
Ibu Rani mengehela nafas, memandang bola mata sang putri yang mengiba padanya.“Yasudah, besok ibu coba bicarakan pada kak Reanata.”
/0/7370/coverorgin.jpg?v=00309cc73bf41177261dc1503e2463a9&imageMogr2/format/webp)
/0/2674/coverorgin.jpg?v=b802e041ab654cc8bba5ac058daf1d36&imageMogr2/format/webp)
/0/3570/coverorgin.jpg?v=d5742184555360c3885488556c45dfc7&imageMogr2/format/webp)
/0/12906/coverorgin.jpg?v=1b33352383fc7da5c274fa9d922a261b&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)
/0/8828/coverorgin.jpg?v=9f0cb9a48303b3fe771a93609807e46a&imageMogr2/format/webp)
/0/6523/coverorgin.jpg?v=8e0004fc35f893d47a86f931aafe544d&imageMogr2/format/webp)
/0/15159/coverorgin.jpg?v=3a71ec34291e2bd259b4575096d502d8&imageMogr2/format/webp)
/0/3089/coverorgin.jpg?v=0ea2572eb873c3ee6e372fcdbf92fd1c&imageMogr2/format/webp)
/0/13527/coverorgin.jpg?v=d165abf67620b08b551b5432c07a8280&imageMogr2/format/webp)
/0/26240/coverorgin.jpg?v=662fe648190aa082e7081b5f60cf8b56&imageMogr2/format/webp)
/0/4760/coverorgin.jpg?v=5b5d159c31f41b5b4c23c4a193c5afd1&imageMogr2/format/webp)
/0/7535/coverorgin.jpg?v=ae17e37198eb7df76e60deca15aa6276&imageMogr2/format/webp)
/0/17123/coverorgin.jpg?v=31efb5ecddd9f400cc439783ff87d800&imageMogr2/format/webp)
/0/6032/coverorgin.jpg?v=2263c7469afa25cfb2758512dc946d57&imageMogr2/format/webp)
/0/22931/coverorgin.jpg?v=55ee7bc828f6e42c0e97a76005df6995&imageMogr2/format/webp)
/0/23475/coverorgin.jpg?v=82fc79cb6fb79f9898250130a7ba1458&imageMogr2/format/webp)
/0/18254/coverorgin.jpg?v=f31ad8ac78a983a4b3dab67fe7f825d9&imageMogr2/format/webp)
/0/21234/coverorgin.jpg?v=20250113175802&imageMogr2/format/webp)