"Mami mohon, untuk kali ini kamu harus menerima lamaran putra teman papi! Hanya ini satu-satunya cara agar perusahaan papi tidak jatuh bangkrut, keputusanmu menentukan nasib keluarga kita. Jika kamu masih sayang dengan keluargamu, kamu tidak akan membiarkan keluarga ini menjadi gelandangan." Ucap Hesti.
Perkataan Hesti selalu berputar di kepala Yasmin, sepanjang malam gadis itu merenung di dalam kamar memikirkan nasib keluarganya yang berada di ujung jurang.
Seluruh tubuhnya ia sembunyikan di balik selimut tebal berwarna merah dengan motif bunga mawar, kamar itu hanya disinari cahaya rembulan yang masuk ke dalam kamar melalui etalase kaca balkon dengan gordeng yang tidak ditutup.
Sudah 6 jam Yasmin mengubur dirinya dengan selimut, tidak ada suara apapun kecuali dentingan suara jam yang terus berputar tanpa henti seperti detak jantung gadis itu. Matanya memang terpejam, namun hati dan pikirannya sedang bergejolak memikirkan masalah dan masa depannya.
Di usianya yang baru memasuki 20 tahun tepat pada tanggal 27 Mei minggu lalu, kini harus menerima lamaran seorang duda yang memiliki satu anak.
Di sia mudanya saat ini tentunya ia memiliki masa depan dan harapan besar seperti gadis seusianya, namun semua itu direnggut dengan perjodohan yang tidak diinginkannya.
Setelah menikah nanti ia tidak akan bebas seperti sebelumnya, ia harus mengurus suami, mengurus anak, mengurus rumah dan hal yang berkaitan dengan rumah tangga itu belum ada dalam rencana dan hatinya.
"Ya Allah, akankah aku bisa menjadi ibu dan istri yang baik untuk mereka? bukankah tidak baik jika memaksakan sebuah pernikahan tanpa cinta? akankah cinta yang tulus akan tumbuh jika kami sudah menikah nanti? apa aku juga masih bisa mewujudkan cita-citaku? kenapa juga harus duda, yang perjaka dan masih banyak."
Ribuan pertanyaan itu datang saat ibunya mengatakan lamarannya harus diterimanya, berat hati dan pikiran sampai membuat gadis itu tidak ingin membuka matanya dan berharap jika semua itu mimpi buruknya malam ini.
Tok tok tok.
"Yasmin ayo bersiap dan turun, mereka sebentar lagi sampai. Kami tunggu lima menit, jangan membuat papimu malu." Teriak Hesti dari depan pintu kamar.
Yasmin sengaja mengunci pintunya karena tidak ingin diganggu, ia butuh istirahat dan pikiran yang tenang sebelum mengambil keputusan menyangkut masa depannya.
Di lantai satu semua orang sedang sibuk menyiapkan jamuan makan malam untuk menyambut tamu agung, Hesti dan Reno suaminya sudah menyusun semuanya agar tidak ada yang terlewatkan malam ini.
Mulai dari menu makanan yang lengkap dan mewah dihidangkan di meja makan, layaknya restoran bintang lima sengaja mereka buat supaya memberikan kesan yang baik untuk keluarga yang akan menjadi besannya.
"Semoga mereka senang dengan penyambutan kita," ujar Reno membuang nafas pelan setelah semuanya siap.
Hesti memeluk suaminya dari samping dan berkata. "Pasti mereka akan senang, apalagi jika Yasmin menerima lamarannya. Kamu tenang saja mas," katanya.
Reno mengangguk pelan dengan senyuman tipis di wajahnya, sebetulnya ia juga tidak ingin memaksakan putrinya untuk menikah di usianya yang masih muda. Ia juga tahu jika kehidupan rumah tangga tidak mudah, harus siap dalam segala hal baik itu fisik maupun mental.
Namun Reno tidak ada pilihan lain selain mengorbankan putrinya untuk menikah dengan pria duda yang belum dikenalnya, ia hanya berharap kehidupan rumah tangga putrinya nanti akan baik dan bahagia walau awalnya karena terpaksa.
/0/20304/coverorgin.jpg?v=5ad8f134dadd809edf67a2893e24b4d1&imageMogr2/format/webp)
/0/16399/coverorgin.jpg?v=1e15c1b5d5554d21af64e257ce86aabf&imageMogr2/format/webp)
/0/7030/coverorgin.jpg?v=66ef500fba68df5246c38220ee708a7f&imageMogr2/format/webp)
/0/2795/coverorgin.jpg?v=043d4b1da96165844a701a244b3febde&imageMogr2/format/webp)
/0/2640/coverorgin.jpg?v=cd404ed8e307d022c965a36eb2d49305&imageMogr2/format/webp)
/0/7314/coverorgin.jpg?v=a1082c86ea6699e6432ece45218c8f91&imageMogr2/format/webp)
/0/5184/coverorgin.jpg?v=72b988390c55a957b5306f33b865e4e6&imageMogr2/format/webp)
/0/10516/coverorgin.jpg?v=01aff05d00205982dc45aa23981f69dc&imageMogr2/format/webp)
/0/2845/coverorgin.jpg?v=f08d4370da2b7041e3a3a09e8d1fff92&imageMogr2/format/webp)
/0/2824/coverorgin.jpg?v=1fc5a762e0ae67bbb324e7215695047a&imageMogr2/format/webp)
/0/4363/coverorgin.jpg?v=579bd1987aba38d90c313a7ff49b27c5&imageMogr2/format/webp)
/0/3927/coverorgin.jpg?v=fc8287d3786d28766edec978a5d2641f&imageMogr2/format/webp)
/0/8667/coverorgin.jpg?v=935dd95c4efc2172a56d213d05525c5d&imageMogr2/format/webp)
/0/15875/coverorgin.jpg?v=ff5018756ee6c55ebd4d1c89ecdc651e&imageMogr2/format/webp)
/0/16421/coverorgin.jpg?v=b0886871611b20d2f1997bedcfcc4a1a&imageMogr2/format/webp)
/0/19612/coverorgin.jpg?v=5187ca0f2af6e2fcadc47cb51eb7c409&imageMogr2/format/webp)
/0/3340/coverorgin.jpg?v=9c17fecc66bfb4815836d42dea7f1c0f&imageMogr2/format/webp)
/0/2319/coverorgin.jpg?v=f48cfc372903c56157fecd1b59756e50&imageMogr2/format/webp)
/0/4975/coverorgin.jpg?v=8bd943925ad384ca9190123b8724be09&imageMogr2/format/webp)