/0/23196/coverorgin.jpg?v=150bc9aba55663a4e32c212327f887fa&imageMogr2/format/webp)
"Bella! Bella bangun, nak. Udah pagi. Kamu harus berangkat sekolah."
Bella menggeliat kecil kala sang ibu membangunkannya.
"Ayo mandi dulu. Ingat, kamu udah pindah ke sekolah yang baru. Jangan sampai telat," ucap sang ibu.
"Iya ma." Bella pun beranjak dari kasur lalu bergegas ke toilet untuk mandi. Ini adalah hari pertamanya ia bersekolah di sekolah yang baru. Jangan sampai ia mendapat kesan buruk dihari pertamanya bersekolah.
Tak lama kemudian, Bella sudah selesai mandi dan berpakaian. Bella pun turun ke bawah untuk sarapan bersama kedua orang tua dan juga kakaknya. Ya, Bella memiliki seorang kakak laki-laki yang kebiasaannya menjahili Bella.
"Pagi Pa, Ma, Kak."
"Pagi sayang."
"Ingat pindah ke sekolah baru jangan bikin masalah," ucap sang kakak, Baron.
"Iya bawel." Bella mengunyah roti yang sudah diolesi dengan selai coklat kesukaannya.
Setelah menghabiskan sarapannya, Bella pun berpamitan pada kedua orang tuanya.
"Mau gue antar gak?" tawar Baron.
Bella menoleh pada kakaknya dengan satu alis terangkat. "Tumben? Kesambet apaan lo?"
Tentu saja Bella heran, karena kakaknya itu tidak akan mau mengantarnya ke sekolah setiap kali Bella minta tolong. Kecuali kalau sang mama yang sudah turun tangan.
"Enggak, gue cuma mau antarin adik tersayang gue aja. Sekalian mau liat calon teman-temannya."
"Bilang aja mau liatin cewek-cewek. Dasar cowok." Bella pun pergi.
"Eh, yakin lo gak mau gue antar? Mumpung gue lagi baik, nih."
"Gak! Makasih!"
*****
Bella menarik napas lalu mengembuskannya. Hal itu ia lakukan berulang kali setelah sampai di depan bangunan tinggi yang merupakan sekolah barunya.
Ada rasa gugup dalam diri Bella, karena dirinya merupakan seorang yang cukup sulit untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Bella takut ia tidak mendapatkan teman di sekolah baru.
Setelah meyakinkan dirinya, Bella pun melangkah masuk.
Saat sudah masuk, rasa gugup kembali menyelimuti dirinya, karena kini banyak pasang mata yang tertuju padanya. Dan tatapan mereka membuatnya sangat tidak nyaman. Rasanya Bella ingin menghilang. Namun, Bella memberanikan diri untuk mendekati tiga orang cewek untuk menanyakan ruangan administrasi.
"Permisi, mau nanya ruang administrasi di mana, ya?"
"Nanti lurus aja terus belok kiri."
"Oke, makasih."
Tanpa berlama-lama Bella langsung pergi. Agar tidak membuang waktu. Disamping itu ia juga ingin segera menghindar dari tatapan aneh murid-murid yang ada di situ.
*****
"Tumben banget teman gue yang satu ini udah di kelas."
Seorang cowok yang merupakan teman Vian mengambil duduk di sampingnya. Cowok itu bernama Regan.
"Gak usah ganggu gue. Gue mau tidur." Vian yang menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya sama sekali tidak berniat untuk mengangkat kepalanya. Vian saat ini benar-benar mengantuk. Vian sengaja datang cukup pagi agar bisa tidur di kelas meskipun hanya beberapa menit.
"Pasti begadang lagi. Makanya kalau main game itu tahu batasan. Jangan sampai lupa waktu. Gue aja bisa atur waktu kapan belajar, kapan main game, dan kapan istirahat. Makanya gue gak pernah telat ke sekolah," ucap Regan membanggakan dirinya.
"Bacot!" Karena kesal dengan Regan yang mengganggu tidurnya, Vian pun memasukkan kertas ke dalam mulut Regan.
Regan tentu terkejut. Lalu segera mengeluarkan kertas tersebut dari mulutnya.
"Tega banget sih lo sama gue. Padahal gue aja gak pernah jahat sama lo," ucap Regan dramatis.
"Mau gue kasih makan kaos kaki gue?"
Dengan cepat Regan menggeleng. Tentu saja Vian tidak bercanda.
"Mau kemana lo?" Regan bertanya ketika Vian bangkit berdiri.
"Cari tempat sepi buat tidur. Biar gak ada yang ganggu gue."
"Ya udah, jangan lama-lama. Keburu Pak Edi masuk."
Vian hanya mengangguk. Saat ia baru di depan pintu, seseorang menghadangnya.
"Vian! Gue ada berita penting."
"Gue gak mau dengar," ujar Vian tidak peduli. Vian yakin berita yang dibilang penting oleh temannya yang bernama Beno itu adalah berita yang tidak penting.
"Dengar dulu dong. Kali ini beneran berita penting."
"Berita penting apa?" Regan yang penasaran langsung mendekati Beno.
/0/21617/coverorgin.jpg?v=d83e73ead6cd0559dde32b5af84cbd83&imageMogr2/format/webp)
/0/18033/coverorgin.jpg?v=354447084e0607c2d29dd15e7f034522&imageMogr2/format/webp)
/0/14071/coverorgin.jpg?v=009075a2713d3615445f0e0a89cff038&imageMogr2/format/webp)
/0/28635/coverorgin.jpg?v=30f8fa40a5e2ba29ac46d1345b7be8cd&imageMogr2/format/webp)
/0/17247/coverorgin.jpg?v=e6fafd1febb6d27a6f5f1bc19a22a298&imageMogr2/format/webp)
/0/20775/coverorgin.jpg?v=37c962090e42cfdd88a08b0d03185d8b&imageMogr2/format/webp)
/0/22561/coverorgin.jpg?v=525b31d5acfe8be18c1a87cb0176ec7c&imageMogr2/format/webp)
/0/19899/coverorgin.jpg?v=ef25e24013022f1e5084d13e9fc9e886&imageMogr2/format/webp)
/0/29425/coverorgin.jpg?v=c6a7e5faf29f819523ead7b98d62cc84&imageMogr2/format/webp)
/0/14378/coverorgin.jpg?v=431eae7888845d48fdba0a524f2dc790&imageMogr2/format/webp)
/0/13100/coverorgin.jpg?v=afe254af17e871e6088cf43bee5fc044&imageMogr2/format/webp)
/0/19237/coverorgin.jpg?v=66eef1e7927f71ea4d96c3ef901e2d3d&imageMogr2/format/webp)
/0/21233/coverorgin.jpg?v=699e8b4b0e456f9ed95cdbd8908e68b3&imageMogr2/format/webp)
/0/3939/coverorgin.jpg?v=941fdc8b2225acf82e284984594fa01d&imageMogr2/format/webp)
/0/8594/coverorgin.jpg?v=1c1a66e2df4162107ed635ebe7a8509c&imageMogr2/format/webp)
/0/7632/coverorgin.jpg?v=ce45d869568359bb87d6d808cb9c3e9e&imageMogr2/format/webp)
/0/12477/coverorgin.jpg?v=90393f923757376d5a1fe4bb91048bed&imageMogr2/format/webp)