Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna cokelat berdiri di depan pintu ke luar pesawat komersial yang baru saja mendarat. Sebelum turun, si gadis cantik menyempatkan diri menghirup udara di sekitarnya dengan perasaan lega dan tenang. Gadis cantik itu perlahan melangkah dengan wajah yang terlihat begitu berseri-seri penuh semangat. Mata indahnya bersinar terang saat cahaya matahari menyinari wajah cantiknya, gadis itu memiliki kulit putih bersih dengan tinggi yang sesuai dengan usianya saat ini.
Kedatangan gadis cantik itu tampaknya disambut dengan baik oleh langit dan juga cuaca, bagaimana tidak? Padahal tadi pagi langit begitu mendung dengan awan hitam yang muncul itu enggan untuk pergi meninggalkan langit.
Tapi sekarang semua seperti menghilang dan berganti dengan langit cerah yang begitu indah dan bersahabat, burung-burung bernyanyi dengan gembira diikuti merdunya suara kebisingan orang dan mesin pesawat.
Beberapa pasang mata memandang kehadiran Alice dengan tatapan memuja, kecantikan di usia mudanya itu benar-benar menarik beberapa pasang mata untuk terus memperhatikan keberadaan gadis cantik itu di sana. Kadang, karena kesal dengan tatapan itu si gadis balas menatap orang-orang yang meliriknya, wajar saja jika gadis itu menjadi pusat perhatian, wajah cantiknya yang seperti model benar-benar memikat mata dan menyejukkan hati.
Alice Dirgantara adalah nama yang disandang selama beberapa tahun oleh gadis cantik itu, Alice adalah anak perempuan dari dua bersaudara. Kakak pertamanya adalah pewaris utama perusahaan yang ditinggalkan oleh ayah dan ibunya. Alice menapakkan kaki di lantai dingin bandara dengan senyum semringah di bibir. Di depan pintu masuk bandara Alice sudah ditunggu oleh seseorang yang sudah dikenalnya selama bertahun-tahun yang lalu.
Saat sampai diparkiran Alice melihat kiri dan kanan, dia sedang mencari seseorang yang menjemputnya hari ini. Seseorang yang sudah diajaknya kompromi untuk memberikan kejutan pada seseorang yang sangat penting bagi Alice.
Lama Alice mencari hingga akhirnya di tengah keramaian itu Alice berhasil menemukan orang yang dicarinya.
“Pak Yono,” teriak Alice senang sembari berlari mendekat ke arah sang sopir yang telah bekerja lama di keluarganya. Alice begitu bahagia, semuanya terlihat jelas dari senyum yang tidak pernah hilang sedikit pun di bibir cantiknya itu.
Pria tua yang dipanggil Alice itu menundukkan kepala lalu menggeleng dengan cara yang menyedihkan. Dia mengira Alice akan berubah selama tinggal diluar negeri nyatanya apa yang dia harapkan sungguh tidak sesuai dengan harapan dan kenyataan.
“Non Alice sudah besar sekarang ya? Sudah belajar ke luar negeri juga hah, tapi kelakuan kayak orang desanya masih tidak hilang sama sekali. Masih suka teriak-teriak kayak orang hutan baru lepas ke habitatnya.” Pak Yono tersenyum kecil sembari mengusap rambut Alice yang panjang dengan kepala menggeleng kiri dan kanan dengan nada suara dipenuhi ejekan.
Alice ikut tersenyum juga mendengar ucapan itu sembari memegang tangan Pak Yono dengan erat dan kuat tanpa peduli dengan sindiran yang ia terima barusan. Kebiasaan Alice sejak dulu yang sangat membuat seluruh penghuni rindu pada Alice adalah sifat manja dan apa adanya ini, Alice tidak pernah memandang seseorang dari jabatan maupun status yang dimiliki orang itu yang terpenting mereka mau berteman dengannya dan tidak bermuka dua.
“Ish, aku bukan gadis hutan tahu! Pak Yono tahu tidak di sana aku enggak boleh berteriak seperti di sini. Aku harus jaga penampilan dengan baik di sana, mau begini harus memperhatikan reaksi orang sekitar, mau makan saja susah, harus tahu tata Krama dan menjaga etika.” Alice mengeluh sembari menggandeng tangan sopirnya itu layaknya ia menggandeng tangan orang tuanya.