BAB 1 : Jumpa Pertama
***
25 Mei. Tanggal di mana pertama kali kami bertemu. Ya, sekaligus pertama kalinya aku merasakan debar dalam dada yang tak biasa.
Gadis berjilbab abu-abu itu, menunduk sesaat setelah pandangan kami tak sengaja bertemu. Aku sendiri tak bisa melepaskan pandangan ini dari wajahnya. Sampai akhirnya tersadar, setelah Robi menyikut lenganku.
"Jaga pandanganmu, Azis! Kau tidak boleh sembarangan menatap seseorang, apalagi dia seorang akhwat!" bisik Robi, matanya menyapu sekeliling.
"Maafkan aku, Rob, tapi gadis itu benar-benar cantik." Aku mengulum senyum, masih sedikit melirik gadis itu.
"Hush! Kamu mau tak aduin sama Abah Yai? Dia itu keponakannya tauk!" Mendengarnya menyebut nama Abah Yai, sontak aku lebih melebarkan lengkung bibir ini.
Ini kesempatan bagus untukku. Aku harus lebih mendekati Abah Yai supaya bisa mengenalnya lebih jauh. Siapa tahu, Abah Yai mau membantuku mengkhitbah gadis itu. Ya, kalau memang dia berjodoh denganku.
"Sip, Rob! Semoga saja dia adalah jodohku!" seruku kemudian, sembari menepuk pundaknya dan beranjak meninggalkannya.
"Hey! Mau ke mana kamu?" Masih terdengar teriakannya, tetapi kuabaikan begitu saja. Aku masih ingin menemui Abah Yai.
***
"Assalamu'alaikum."
Kuucap salam sembari mengetuk pintu rumah Abah Yai. Tak lama kemudian, pintu terbuka.
"Wa'alaikumsalam."
Terlihat wajahnya yang berseri memancarkan kecantikan yang alami. Gadis yang tadi pagi sempat membuyarkan fokusku saat acara peresmian pembukaan Madin Al-Falaq, kini berdiri dengan anggun di depanku.
Tak terasa, bibir ini tersenyum sembari menatapnya dalam. "Masya Allah," gumamku tanpa sadar.
"Mohon maaf, Akhi, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sembari menundukkan wajahnya.
Ini membuatku tersadar, bahwa tak seharusnya aku menatapnya seperti itu. Apalagi kami sama sekali tak saling mengenal. Astaghfirullahal'adziim.
"Ehm, Abah Yainya ada?" tanyaku sedikit gugup, sesekali menggaruk peci yang bertengger di kepalaku.
"Oh, Abah Yai, ada. Sebentar, ya, saya panggilkan dulu." Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung masuk kembali.
Ah, ini kebetulan atau memang Allah sudah menakdirkan kami untuk berjodoh, ya? Sampai-sampai sudah dua kali kami bertemu tanpa sengaja. Semoga saja ini pertanda baik untukku. Aamiin.
"Kamu rupanya, Zis?" Suara Abah Yai yang begitu tiba-tiba, sontak membuatku kaget bukan main.
"Ah, iya, Bah. Assalamu'alaikum." Aku mengulurkan tangan, mencium tangan beliau dengan takzim.
"Wa'alaikumsalam. Tumben siang-siang datang ke mari, Zis, ada perlu apa?" tanya Abah Yai, sembari mendudukkan diri di kursi teras dan memberi isyarat agar aku mengikutinya duduk di kursi sampingnya.
"Begini, Bah, maaf sebelumnya kalau saya kurang sopan." Aku mulai mengutarakan isi hati setelah duduk di samping beliau.
"Ada apa? Katakanlah!" Beliau menatapku mencari jawaban.
"Ehm, begini, Bah. Gadis yang tadi itu ... siapa?" tanyaku dengan ragu, sesekali mencuri pandang pada beliau sedekar ingin tahu bagaimana reaksinya.
Beliau mengulum senyum. "Kenapa, kamu naksir?" Abah Yai bertanya to rhe point, sampai-sampai aku bingung harus menjawab apa.
"Hehee ...." Akhirnya hanya sedikit tawa yang kuberikan, sesekali menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"Namanya Nadia, keponakanku. Dia baru pulang dari Kairo," jawab beliau kemudian.
Oh, ternyata namanya Nadia. Cantik. Secantik wajahnya yang lugu. Ah, aku jadi teringat kembali bagaimana dia tersenyum saat melihat beberapa anak kecil berebut nasi kotak pagi tadi. Manisnya.
"Cantik," kataku sembari mengulum senyum membayangkan wajahnya.
/0/2551/coverorgin.jpg?v=20250120162635&imageMogr2/format/webp)
/0/4857/coverorgin.jpg?v=20250121182809&imageMogr2/format/webp)
/0/13507/coverorgin.jpg?v=20250123145331&imageMogr2/format/webp)
/0/16255/coverorgin.jpg?v=20240206184604&imageMogr2/format/webp)
/0/3425/coverorgin.jpg?v=20250122112823&imageMogr2/format/webp)
/0/15684/coverorgin.jpg?v=20240918152718&imageMogr2/format/webp)
/0/2086/coverorgin.jpg?v=20250120165743&imageMogr2/format/webp)
/0/16789/coverorgin.jpg?v=20240607171219&imageMogr2/format/webp)
/0/26322/coverorgin.jpg?v=20250711083107&imageMogr2/format/webp)
/0/30875/coverorgin.jpg?v=735491a742a20327e5c47d79156671e4&imageMogr2/format/webp)
/0/16704/coverorgin.jpg?v=20240206190203&imageMogr2/format/webp)
/0/10730/coverorgin.jpg?v=20250122182812&imageMogr2/format/webp)
/0/6712/coverorgin.jpg?v=20250122151505&imageMogr2/format/webp)
/0/15485/coverorgin.jpg?v=a5fc7a9de81abc48fe45f05598ca6529&imageMogr2/format/webp)
/0/20629/coverorgin.jpg?v=9f0a8b2a295024b0e26541ad081bd550&imageMogr2/format/webp)
/0/23569/coverorgin.jpg?v=20250526182620&imageMogr2/format/webp)
/0/24056/coverorgin.jpg?v=48457769f8c29c9d02a2cb0194e4f94a&imageMogr2/format/webp)
/0/25599/coverorgin.jpg?v=20251202095831&imageMogr2/format/webp)
/0/16614/coverorgin.jpg?v=22b065b3fd196a5d0aa4598fce04feab&imageMogr2/format/webp)
/0/18578/coverorgin.jpg?v=20240708000921&imageMogr2/format/webp)