Diculik Untuk Menjadi Ibu

Diculik Untuk Menjadi Ibu

Alwi Kumala Siregar

5.0
Komentar
700
Penayangan
31
Bab

Alina Daryanov dikenal sebagai seorang profesional yang cerdas dan penuh ambisi. Dia memiliki karir yang gemilang, namun sering kali dicap sebagai wanita yang terlalu terfokus pada pekerjaannya dan tidak memiliki kehidupan pribadi. Meski usianya terus bertambah, Alina belum pernah menjalin hubungan serius, dan masyarakat sekitar sering menggoda bahwa dia akan tetap sendiri selamanya. Suatu malam, setelah bekerja lembur hingga larut, Alina terjebak dalam kemacetan parah akibat hujan lebat dan angin kencang yang melanda kota. Ketika dia hendak pulang ke rumah, sebuah truk kontainer yang mengalami kerusakan mesin menabrak beberapa mobil di jalan, termasuk mobilnya. Namun, bukannya berakhir tragis, Alina terbangun di sebuah tempat yang asing, terbaring di ranjang bersama seorang pria yang tampaknya baru saja menghabiskan malam pertama bersama dirinya. Ternyata, Alina telah menjadi istri kedua dari seorang konglomerat kaya bernama Ivan Vasiliev. Setelah kecelakaan itu, Alina diculik dan dipaksa untuk menjalani pernikahan kontrak sebagai ibu pengganti atau surrogate mother untuk pasangan suami istri yang kaya raya, yang sudah lama berjuang untuk memiliki anak. Tanpa sadar, Alina kini terjebak dalam dunia yang penuh rahasia, manipulasi, dan ketegangan emosional. Menyadari bahwa dirinya telah terperangkap dalam sebuah permainan yang jauh lebih besar daripada yang dia bayangkan, Alina harus memilih antara menjalani kehidupan yang penuh tekanan atau melawan untuk mendapatkan kebebasan yang telah lama ia impikan. Bagaimana Alina akan menghadapi kenyataan yang mengguncang hidupnya dan memutuskan jalan hidupnya selanjutnya? Akankah dia merdeka dari permainan yang lebih besar ini, atau akankah dia terus terperangkap dalam dunia yang penuh ambisi dan rahasia gelap?

Bab 1 Sebuah Kehidupan

Alina Daryanov menatap layar komputer dengan penuh konsentrasi, jemarinya mengetik dengan cepat dan tanpa henti. Keheningan malam di kantor yang hampir kosong itu terasa bagai teman setia. Pekerjaannya yang padat dan penuh tantangan selalu membuatnya melupakan segala hal di luar meja kerjanya. Dia tidak memiliki waktu untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Tidak ada waktu untuk kencan, tidak ada waktu untuk pertemuan sosial yang sering dianggap sebagai bagian dari kehidupan normal seorang wanita seusianya.

Alina sudah terbiasa dengan label "perawan tua" yang sering dilemparkan oleh mereka yang merasa berhak mengomentari hidupnya.

Namun, bagi Alina, karir adalah segalanya. Tidak ada yang lebih penting daripada kesuksesan. Dia tahu betul bahwa hidupnya mungkin akan selalu seperti ini: penuh dengan rapat-rapat yang menuntut, tenggat waktu yang ketat, dan pengorbanan yang tak terhindarkan. Tetapi dia tak pernah menyesal. Dunia ini sangat menuntut, dan Alina tahu hanya dengan ketekunan dan ambisi, dia bisa mengukir namanya di puncak kesuksesan.

Malam itu, seperti malam-malam lainnya, Alina menghabiskan waktu di kantornya yang terletak di lantai 36 sebuah gedung perkantoran tinggi. Hujan deras mulai turun di luar jendela kaca, dan angin kencang meniup dedaunan dari pohon-pohon yang ada di trotoar. Suara desiran hujan yang semakin keras semakin menyatu dengan suara ketikan cepat dari jari-jarinya. Alina menatap jam dinding di ujung ruangan. Pukul 9 malam. Dia tahu sudah saatnya untuk pulang, namun tenggat waktu untuk menyelesaikan laporan keuangan bulan ini masih menunggunya.

Alina memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya beberapa saat lagi. Tak peduli berapa lama lagi, dia akan menyelesaikan semuanya malam ini. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Alina menoleh, melihat nama teman sekantornya yang muncul di layar. Ia mengambil ponsel dengan sedikit kesal, merasa terganggu oleh panggilan yang tidak penting.

"Alina, kamu di mana? Ayo, kita makan malam bersama. Jangan bilang kamu masih di kantor," suara Liza terdengar riuh melalui ponsel, memecah kesunyian malam.

Alina menghela napas panjang. "Aku baru saja selesai dengan rapat dan masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Tidak ada waktu untuk makan malam, Liza," jawab Alina, suaranya sedikit datar, tanda bahwa dia tidak berniat melanjutkan percakapan.

"Tapi kamu harus beristirahat. Kamu akan jadi perawan tua kalau terus seperti ini!" kata Liza dengan tawa yang menggema di ujung telepon, seolah-olah kata-katanya itu adalah lelucon.

Alina terdiam sejenak. Kata-kata itu terasa seperti pisau yang menyayat. Meski sudah sering mendengarnya, tetap saja rasa sakit itu selalu muncul. Begitu banyak orang yang menganggapnya seperti itu, seorang wanita yang terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga lupa akan kehidupan pribadinya.

"Ya, ya. Aku tahu," jawab Alina dengan sedikit ketus. "Kamu bisa pergi sendiri. Aku harus menyelesaikan ini dulu."

Setelah menutup telepon, Alina menatap layar komputernya dengan perasaan campur aduk. Liza benar, kadang-kadang dia merasa terjebak dalam rutinitas yang tak ada habisnya. Tetapi Alina tahu, ada harga yang harus dibayar untuk mencapai apa yang dia inginkan. Mungkin dia tidak memiliki waktu untuk hal-hal seperti makan malam dengan teman-teman, kencan, atau membangun hubungan, tetapi itu adalah pilihan yang dia buat. Setidaknya, dia bisa membanggakan dirinya dengan karir yang cemerlang.

Setelah beberapa jam lagi menghabiskan waktu untuk menyelesaikan laporan, Alina akhirnya memutuskan untuk pulang. Namun, jalan menuju rumah tak semulus yang dia harapkan. Hujan yang semakin deras membuat kemacetan di jalan-jalan kota semakin parah. Lampu-lampu kota yang samar-samar terlihat dari balik kaca mobil menambah suasana yang semakin gelap dan sepi. Alina merasa lelah, tubuhnya terasa kaku setelah berjam-jam duduk di depan layar komputer.

Dia mempercepat langkahnya menuju mobil, berharap bisa sampai rumah sebelum terlalu larut. Tetapi jalanan ternyata jauh lebih buruk dari yang dia duga. Tak hanya hujan lebat yang mengguyur kota, tetapi angin kencang yang datang tiba-tiba membuatnya merasa cemas. Alina melihat ke arah jendela mobil, khawatir akan kondisi jalan yang semakin berbahaya.

Mobil-mobil di sekitar dia bergerak perlahan, dan Alina merasa frustrasi. Dia memutar musik di mobilnya, mencoba untuk mengalihkan pikirannya. Namun, tiba-tiba terdengar suara keras dari belakang. Sebuah truk kontainer yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak beberapa mobil di depannya. Alina hanya sempat melihat kilatan cahaya dari kaca spion sebelum sebuah benturan keras mengguncang tubuh mobilnya.

Kaca depan mobilnya pecah, dan mobilnya meluncur beberapa meter. Kepalanya terhantam setir, dan semuanya menjadi gelap.

Ketika Alina membuka matanya, dia merasa sangat bingung. Seluruh tubuhnya terasa pegal dan sakit. Pandangannya kabur, dan ruangan di sekelilingnya tampak asing. Perlahan, ia mencoba duduk, merasakan rasa sakit di kepalanya. Namun, saat matanya menatap sekeliling, dia terkejut.

Di sampingnya, seorang pria duduk di kursi, wajahnya tampak serius dan khawatir. Ia segera meraih tangannya dan dengan lembut menahannya.

"Aku tahu ini tidak mudah, Alina," kata pria itu dengan suara berat. "Tapi kamu harus kuat."

Alina terdiam, kebingungannya semakin bertambah. Siapa pria ini? Mengapa dia berada di sini? Dan bagaimana bisa dia berada di tempat yang tampaknya seperti kamar tidur yang mewah ini?

"Siapa... siapa kamu?" tanya Alina, suaranya bergetar.

Pria itu menarik napas panjang, tampaknya ragu-ragu untuk berbicara. "Aku Ivan Vasiliev. Kamu... kamu sekarang adalah istri keduaku."

Kata-kata itu seperti petir yang menghantam. Alina terkejut, tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dia dengar. Istri kedua? Apa yang terjadi? Bagaimana dia bisa berada di sini?

Ivan melanjutkan dengan suara lebih rendah, "Kamu telah setuju untuk menjadi ibu pengganti kami. Kami membutuhkan bantuanmu, Alina."

Alina merasa pusing, otaknya seperti dipenuhi dengan ratusan pertanyaan yang tak bisa dijawab. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Siapa yang mengontraknya? Mengapa dia harus menjadi ibu pengganti untuk pasangan yang tidak dikenalnya?

Dia menggigit bibirnya, berusaha menenangkan diri. Dia harus tahu apa yang sedang terjadi, dan kenapa dia bisa terperangkap dalam situasi yang sangat aneh ini.

"Alina, aku tahu ini tidak mudah," lanjut Ivan. "Tapi kamu harus menerima kenyataan ini. Kami membutuhkan kamu."

Alina merasa perasaannya tercabik-cabik antara kebingungannya, ketakutannya, dan rasa marah yang mulai muncul. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Mengapa dia terjebak dalam permainan yang begitu gelap dan tak terduga ini?

Seperti terjebak dalam perangkap yang tidak dia pilih, Alina merasa hidupnya kini berubah selamanya. Dan yang lebih menakutkan, dia tahu bahwa keputusan yang harus dia ambil akan menentukan masa depannya.

Bagaimana dia bisa keluar dari permainan ini? Atau akankah dia terjebak di dalamnya, terperangkap dalam cengkeraman kekuatan dan ambisi yang tak terelakkan?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Alwi Kumala Siregar

Selebihnya

Buku serupa

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku