Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Untuk Warisan

Istri Untuk Warisan

Ainin

5.0
Komentar
91.4K
Penayangan
125
Bab

Seharusnya malam itu mereka sudah bercerai. Namun nyatanya, sang suami menolak dengan keras hanya karena satu alasan. "Kau bahkan menghabiskan waktu kurang lebih hanya sembilan bulan denganku dalam tiga tahun ini. Tidak ada yang spesial." "Ada," tegasnya membuat Launa menelan ludah. "Mau kau bawa kemana kehamilanmu? Kau mau terus merahasiakannya dariku? Lalu pergi dari rumah ini dan mengandungnya susah payah seorang diri? Tidak, Launa! Tidak akan kubiarkan!"

Bab 1 Memulai Tanggung Jawab

"Kamu sudah yakin akan hal ini?"

Pria bersnelli putih di hadapannya tersenyum, lalu mengangguk mantap.

"Aku mendapatkannya dari Dokter Attiyah. Dia adalah rekanku di rumah sakit, jadi kami punya kontak. Istrimu tiga hari lalu menemuinya dan positif."

Arham menarik napasnya panjang, lalu membuangnya kemudian. Dia benar-benar tak menyangka. Diambang kegundahan yang dia rasakan setahun terakhir, akhirnya punya alasan untuk bertahan.

Di sambarnya amplop dari rumah sakit itu, lalu membuka laci dan mengambil sebuah surat.

"Terima kasih atas bantuanmu, Alzam . Aku pulang dulu, ya?" ujarnya sambil memukul bahu dokter pria itu. "Nanti uangnya kutransfer."

"Oke." Alzam tersenyum, melihatnya yang beranjak keluar.

Sepanjang jalan di lobby perusahaan, Arham menimbang-nimbang keputusannya agar lebih matang. Dia akan melakukan banyak hal agar tidak jadi mendapatkan apa yang ibunya mau. Di bukanya pintu mobil, lalu segera memasukinya dan berpacu meninggalkan pekarangan perusahaan.

***

"Aku sudah tahu kedatanganmu untuk apa." Launa tersenyum, sambil meletakkan kopi untuk suaminya yang tampak menegang di sofa.

Arham Afsanur Rumman. Pria yang menikahinya akibat kontrak. Pria ini sudah hampir tiga bulan tak mendatanginya dan dia tahu karena adanya sang tunangan yang sudah membahagiakannya.

"Selamat, ya? Atas pertunanganmu dengan Felina. Kalian cocok sekali, kuharap kau bisa bahagia dengannya."

Arham menarik napasnya, menunjukkan rasa tak senang akibat ungkapan istrinya. Dia memandang wajah lonjong itu. Putih bersih dengan dress kuning telur yang sangat kontras dengan kulit putihnya.

Launa Amsya Lathira. Namanya sama cantik dengan orangnya. Launa adalah istrinya dalam tiga tahun terakhir. Istri yang dia nikahi demi menghalangi niat ibu tiri yang akan merebut harta ayahnya, juga istri yang terpaksa harus menandatangani surat kontrak dengannya agar wanita berkepala ular itu bisa mati kutu. Pasalnya, wanita itu amat berbisa. Mulutnya seakan banyak cabangnya dan bisa membuat siapa saja teracuni.

"Ekhm." Launa memperbaiki posisi duduknya, mulai tahu diri karena tetap mengakrabkan diri dengan Arham yang justru tak bersuara apa-apa sejak datang tadi. "Ini sudah tanggal delapan belas bulan dua," gumamnya sambil menunduk sedikit. "Kau membawa surat perceraiannya, 'kan? Berikan padaku."

Arham menggeleng, baru kali ini merespons dan tidak mengenakkan bagi Launa.

"Aku tidak bisa bercerai denganmu."

Deg!

"Kenapa? Bukankah sudah jatuh tempo? Mau berapa kali lagi kamu akan mengundur? Ingatlah, kamu sebentar lagi akan menikah, Arham. Felina tidak mungkin kamu gantung-"

"Felina itu tidak sungguh-sungguh kucintai, Launa." Arham memalingkan wajah. "Aku tidak sungguh-sungguh bertunangan dengannya. Aku hanya ingin mengecoh ibuku."

"Tidak begitu caranya, Arham." Launa menggigit bibirnya. "Kau tidak harus mempermainkan wanita lagi. Cukup hanya aku.".

Arham tertunduk sedikit. "Ya, cukup hanya kau. Tidak lagi."

Launa menatapnya yang sudah mengangkat kepala dan mengambil tas. Dia mengeluarkan surat perceraian, hingga Launa tersenyum melihatnya.

Itu yang dia inginkan!

Segera di ambilnya bolpen dari balik vas bunga di meja itu. Lalu menatap Arham yang ternyata menangkap ulahnya.

"Kemarikan, biar aku tandatangani," pintanya bersemangat, tapi Arham malah tersenyum dan meletakkan surat perceraian itu di meja.

Dia sendiri bangkit, lalu duduk di sebelah istrinya. "Aku tidak mau bercerai," ujarnya lagi, mengatakan kalimat yang sama.

"Bagaimana mungkin-"

"Tidak akan ada perceraian di antara kita." Arham bicara lagi, kali ini wajahnya di bubuhi senyum hingga terlihat lebih baik. "Apakah yang kau kejar dengan perceraian, Launa? Kenapa kau se-excited itu?"

Launa terdiam. Tangannya perlahan naik, lalu hinggap di perutnya. Arham menangkap gerakan itu, hingga bibirnya tersenyum dan mengambil tangan Launa yang tengah mengusap perutnya itu.

Launa sampai tersentak. Namun, saat melihat Arham hanya menggenggam tangannya, dia mencoba mengembalikan raut wajahnya.

"Arham ..., bukankah ini yang kau inginkan? Kau akan menceraikanku, tapi mengapa sekarang tidak jadi?" tanya Launa lembut, seraya membalas genggaman tangan Arham yang lebar. "Kebersamaan kita tidak ada yang indah, Arham. Kau tidak harus menyayangkannya."

Arham menarik napasnya perlahan. "Bukan aku menyayangkannya, Launa ...."

Launa menatapnya penuh perhatian. "Lalu?"

Arham menggeleng. "Aku tidak bisa melepaskanmu setelah apa yang kita lalui bersama tiga tahun ini-"

"Itu tidak benar." Launa menggeleng pelan. "Kau bahkan menghabiskan waktu kurang lebih hanya sembilan bulan denganku dalam tiga tahun ini. Tidak ada yang spesial."

"Ada," tegasnya membuat Launa menelan ludah. "Mau kau bawa kemana kehamilanmu? Kau mau terus merahasiakannya dariku? Lalu pergi dari rumah ini dan mengandungnya susah payah seorang diri? Tidak, Launa! Tidak akan kubiarkan!"

Wajah Launa langsung memucat mendengar ucapan itu. Segera di tariknya tangan dari genggaman itu, lalu mundur ke belakang dan menyentuh perutnya sendiri.

Arham memandangnya dalam, melihat dengan jelas bagaimana gugupnya Launa akibat ketahuan.

"Ak-aku tidak hamil-"

"Masih mau membantah?" Arham mengerutkan dahinya. "Aku ingat malam itu, Launa. Berhentilah menolak kenyataan kalau kau sedang mengandung anakku sekarang ini."

Launa sudah payah menelan ludahnya. Dia menggeleng tegas, tidak mengakui kehamilannya karena hal itu akan membuatnya merasa sakit sendiri. Arham bisa menungguinya melahirkan, lalu mengambil anaknya sebagai pewaris yang diinginkan oleh ayah mertuanya.

Bagaimanapun tujuan Arham menikahinya dalam kontrak adalah hal itu. Dia mengelabui ayahnya yang termakan hasutan ibu tiri. Perusahaan dan kekayaan ayahnya akan jatuh menjadi milik istri keduanya jika Arham tidak segera memberikan cucu. Begitu, 'kan?

"A-aku tidak hamil, Arham. Salah paham ...," ujarnya dengan tangis tersendat. "Maafkan aku karena malam itu. Please, tidak ada kehamilan, Arham. Kau salah paham .... Darimana kau tahu kabar palsu itu? Ayolah, jangan percayai. Bisa saja itu kehamilan orang lain yang ingin menghancurkan kebahagiaan pertunanganmu."

Arham melihatnya yang tampak sesenggukan takut. Ucapan dan kegugupan wanita itu justru membuatnya melihat sisi lainnya. Launa hamil akibat jebakannya sendiri. Dia yang membuatnya meminum obat malam itu hingga akhirnya mereka menghabiskan malam bersama.

"Aku tidak hamil. Kau bisa ceraikan aku sekarang." Masih melanjutkan, Launa tampak amat sangat berharap dengan tatapan memelasnya. "Aku tahu aku salah malam itu karena sudah menjebakmu. Namun, aku tidak-"

"Berhentilah menangis." Arham tersenyum melihatnya. "Kau tidak harus sampai menangis mengatakannya. Aku tidak bodoh, Launa. Meski malam itu kau mempengaruhiku dengan obat. Aku tahu apa tujuanmu melakukannya."

Launa menggeleng hingga Arham terkekeh melihatnya yang amat sangat keras kepala. Pria itu beringsut mendekat, lalu meraih tangan halus Launa dan menatap matanya.

"Tidak perlu memaksakan dirimu," ujarnya pelan membuat Launa makin terisak. "Aku juga tidak akan memaksakan diriku. Ada banyak hal rahasia yang tersembunyi di antara kita karena memang kita tidak pernah terbuka. Tetapi aku akan menyelaminya perlahan hingga kau benar-benar kukenali dengan baik. Dan selama itu, kumohon ..., jangan tutupi kehamilanmu dariku. Karena aku akan bertanggung jawab atasmu dan dia."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Istri Untuk Warisan
1

Bab 1 Memulai Tanggung Jawab

01/07/2022

2

Bab 2 Tujuan Hidup

01/07/2022

3

Bab 3 Bersediakah

01/07/2022

4

Bab 4 Bukan ...

01/07/2022

5

Bab 5 Di Kantor

01/07/2022

6

Bab 6 Selalu Ada

01/07/2022

7

Bab 7 Jangan Berpikir Keras

01/07/2022

8

Bab 8 Mencari 'Bahagia'

01/07/2022

9

Bab 9 Kalau Tahu Kamu Hamil

01/07/2022

10

Bab 10 Menyesalinya!

01/07/2022

11

Bab 11 Rumah Keluarga Rumman

02/07/2022

12

Bab 12 Dimeja Makan

03/07/2022

13

Bab 13 Menantu Sesuai Kategori

04/07/2022

14

Bab 14 Tidak Ada Yang Penting!

05/07/2022

15

Bab 15 Meminta Syarat

06/07/2022

16

Bab 16 Dia Juga Anakmu

07/07/2022

17

Bab 17 Masih Yang Dulu

08/07/2022

18

Bab 18 Makan Tengah Malam

09/07/2022

19

Bab 19 Rencana-Rencana Launa

10/07/2022

20

Bab 20 Perkara Launa dan Sakit Hatinya

11/07/2022

21

Bab 21 Untuk Mandi Lagi

12/07/2022

22

Bab 22 Hanya Kita Berdua

13/07/2022

23

Bab 23 Pengganti Kepala Staf

14/07/2022

24

Bab 24 Jangan Dipikirkan!

15/07/2022

25

Bab 25 Artikel Kehamilan

16/07/2022

26

Bab 26 Photo Yang Familiar

17/07/2022

27

Bab 27 Parfume

18/07/2022

28

Bab 28 Mengapa Harus Kasta

19/07/2022

29

Bab 29 Kesempatan Kedua

19/07/2022

30

Bab 30 Membersihkan Apartemen

19/07/2022

31

Bab 31 Bicara Dengan Rumman

20/07/2022

32

Bab 32 Efek Parfume

20/07/2022

33

Bab 33 Memberi Pernyataan

20/07/2022

34

Bab 34 Kasih Sayang Rumman

21/07/2022

35

Bab 35 Doakan Saja

21/07/2022

36

Bab 36 Apa Hebatnya Launa !

21/07/2022

37

Bab 37 Kerumah Felina

22/07/2022

38

Bab 38 Kelakuan Arbara

22/07/2022

39

Bab 39 Makan Bersama ...

22/07/2022

40

Bab 40 Percintaan 21+

23/07/2022