/0/15094/coverorgin.jpg?v=e47e40b3c69070a2e7c84429b1b2df6d&imageMogr2/format/webp)
Terkadang karena keadaan, terpaksa atau apa pun itu membawa kita pada perjalanan hidup berlika-liku. Seperti aku berada dalam bubble yang tidak ada ujungnya. Entah jam berapa sekarang, mataku tak bisa terlelap dan pikiranku melayang. Dari waktu ke waktu sebenarnya aku berkesempatan untuk kabur di sini, tapi entah mau kemana.
Di luar sana seperti tidak ada tempat untukku. Namun lebih dari itu aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan pegangan. Hari-hari yang kuhabiskan di tempat ini tidak jauh berbeda dengan keseharian pembantu.
Suara petir mengagetkanku.
Malam ini hujan lebat, aku menyelimuti tubuhku dengan selimut lalu kulapis lagi dengan handuk. Karena selimut saja tidak bisa menghangatkan tubuhku yang berbaring di atas tikar. Dinginnya lantai menebus tikar menusuk hingga ke tulangku.
Sorot lampu dari cela kayu di atap cukup memberi penerangan di kamarku, setidaknya aku bisa melihat walaupun samar-samar. Kata Tanteku hemat listrik makanya kamarku tidak dipasang lampu. Kututup mataku supaya cepat terlelap, berharap malam cepat berlalu dan aku cepat dewasa. Ah, bodoh bukan! Mana mungkin dalam waktu semalam aku langsung dewasa. Umurku sekarang masih 16 tahun tapi aku ingin cepat dewasa.
Suara petir menggelegar membuatku semakin takut. Tante dan Omku belum pulang, mereka pergi ke acara syukuran saudara. Mungkin tidak akan pulang karena hujan sangat lebat. Ya, aku tinggal bersama Tante Gani, adik ayahku. Orangtuaku meninggal karena kecelakaan mobil.
"Milaaa... " suara Om Danu terdengar kuat, kupingku sangat sensitif jika mendengar suaranya. Kenapa dia pulang? Perasaanku tidak enak. Aku memegang kuat selimutku.
Laki-laki itu kelakuannya tidak bisa dibilang manusia. Suka bermain judi, malas bekerja, suka marah-marah di rumah. Kalau makananku tidak enak dia tidak segan melempar ke arah wajahku.
"Milaaa."
Aku tersentak terbuka tepat pada saat suara pintu terbuka. Melihat pria bermata hitam menatapku dengan mesumnya sambil menyeringai. Aku bangkit terduduk. Kuremas selimutku kuat sangking takutnya. Om Danu bukan pertama kalinya datang ke kamarku dengan seringai seperti itu, untungnya waktu itu ada Tante Gani. Dan sekarang siapa yang akan menyelamatkanku, Tuhan tolong..
Aku semakin mempererat selimutku. "Om, ngapain ke sini? Tante mana?"
"Oh, itu Tantemu nginap katanya. Ndak bisa pulang hujannya kuat. Om kasihan sama kamu makanya pulang." Dia menjawab dengan senyum yang membuatku jengkel.
Aku semakin takut, pria itu berjalan dua langkah dari ambang pintu. Samar-samar aku masih bisa melihat dia tersenyum dan menatapku liar ke seluruh tubuhku, padahal masih tertutup selimut. Aku yakin dia berpikiran mesum.
"Mila, pijitin Om ya. Saya capek, Tantemu nggak ada di rumah jadi kamu aja ya."
Aku menggeleng kuat, dia menyebut namaku lembut tapi membuatku jijik. Namaku Karmila, dipanggil Mila. Tapi aku tidak suka kalau pria itu yang memanggil.
Lihat dia sedang meraba-raba bagian tengah celananya. Mataku dingin melihatnya. Aku menarik selimutku semakin ke atas tertutup hingga ke leher. Sekarang aku yakin yang merusak kunci kamarku pria bandot ini. Tangannya menarik selimutku lalu melemparnya asal.
"Om, saya nggak mau. Tolong keluar dari kamar saya sekarang." Aku berucap tegas ditengah-tengah ketakutanku.
/0/6414/coverorgin.jpg?v=4ac4d21ae461a9e2086025a31bc1aae9&imageMogr2/format/webp)
/0/10526/coverorgin.jpg?v=9471a0dfddb2aab3707bc11266eed41b&imageMogr2/format/webp)
/0/9312/coverorgin.jpg?v=21d9bc4ea5347318d4e102094147b4c7&imageMogr2/format/webp)
/0/3517/coverorgin.jpg?v=3462e1a574e19158fc2fcdcee6e93998&imageMogr2/format/webp)
/0/13429/coverorgin.jpg?v=4476ce2e9ddeaee82066f4079752e69a&imageMogr2/format/webp)
/0/5783/coverorgin.jpg?v=3712bdebc069917f2361658abd585e25&imageMogr2/format/webp)
/0/4312/coverorgin.jpg?v=8259b29301e1a72896409b2d270cb8f2&imageMogr2/format/webp)
/0/22932/coverorgin.jpg?v=1b294fcbf95f81ac62f4534a39516158&imageMogr2/format/webp)
/0/2876/coverorgin.jpg?v=b6f741482328071711a47edb054e69dc&imageMogr2/format/webp)
/0/12749/coverorgin.jpg?v=0fc6bbc9d0a7ac280a42e79a4213e9f3&imageMogr2/format/webp)
/0/22521/coverorgin.jpg?v=e6e55055de7c588d9a79bea61450a346&imageMogr2/format/webp)
/0/16927/coverorgin.jpg?v=7b46931921d8c029c2f0426f3bf18b01&imageMogr2/format/webp)
/0/25081/coverorgin.jpg?v=3d5c547eb2a541aeedf7de0c0cc15e76&imageMogr2/format/webp)
/0/6373/coverorgin.jpg?v=ba7b426fcbd0c88aa1e9083e031a45a0&imageMogr2/format/webp)
/0/25398/coverorgin.jpg?v=4bd1df5a711a566c9b22935296a5c8ac&imageMogr2/format/webp)
/0/26152/coverorgin.jpg?v=f26362a8ed9523afaac31945b76f61f6&imageMogr2/format/webp)
/0/16737/coverorgin.jpg?v=9e81b26d3b8d0e34fef68d540fe003ec&imageMogr2/format/webp)
/0/14126/coverorgin.jpg?v=963c5609ae381918b2bdde934ae4e5ed&imageMogr2/format/webp)
/0/4237/coverorgin.jpg?v=d5c82edae8e3ddb94afa88c3aac83db7&imageMogr2/format/webp)