Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sebatas Istri Bayaran

Sebatas Istri Bayaran

RARA713

5.0
Komentar
91
Penayangan
13
Bab

Tuntutan keluarga Anita Artemio agar wanita itu segera memiliki anak membuatnya mengambil jalan pintas. Dengan menyuruh Julian Narendra, sang suami menikahi wanita lain. Reyna Anindira menjadi wanita pilihan Anita. Gaya hidup glamor serta gengsi yang tinggi membuat Reyna setuju untuk menikah dengan Julian dan melahirkan anak untuk mereka. Namun perasaan lain justru timbul di hati Reyna, di mana dia tidak hanya menginginkan harta Julian dan Anita namun juga ingin memiliki Julian seutuhnya. "Aku ingin kau menjadi suamiku seutuhnya!" bentak Rey. "Tapi aku hanya mencintai Anita. Tolong mengertilah," bujuk Julian.

Bab 1 Seharusnya Aku Tak Di Sini

Happy reading....

Hembusan napas yang terlontar dari mulut wanita itu terdengar sangat berat. Pikirannya melanglang buana entah ke mana membuatnya sampai terperanjak saat tangan besar seorang pria melingkar dengan sempurna di pinggang rampingnya. Wanita itu mengangkat dua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Kepala wanita itu menunduk dengan tangan kecilnya mengusap lembut tangan yang lebih besar itu seakan mengisyaratkan bagaimana dia sangat merindukan sosok yang tengah memeluknya dengan intens.

Kecupan basah yang mengantar rasa geli menjalar di tubuh wanita itu. Desahan lembut pun terdengar dari kedua belah bibirnya yang terbuka. Dia bahkan tidak sadar memejamkan mata untuk menikmati sensasi itu.

Namun pertanyaan lain yang tidak sesuai dengan isi hati justru terlontar begitu saja.

"Kenapa kau di sini, Julian?" tanya Anita Artemio dengan susah payah karena pria yang baru saja ia sebut namanya itu terus memberikan kecupan di sekitar lehernya. Tidak bisa dikatakan kecupan juga karena lidah pria itu bermain di sana. Menggoda Anita.

"Aku merindukanmu," lirih Julian Narendra melanjutkan aktifitasnya.

Kata yang tak perlu penjelasan lagi. Anita menghela napas lalu melepaskan tangan Julian dari tubuhnya dengan pelan. Berbalik untuk menatap pria yang telah menjadi suaminya hampir lima tahun itu.

"Kenapa, Sayang? Apa kau tidak merindukanku?" tanya Julian dengan wajah memelas. Kemeja yang sedikit terbuka di bagian dada dan tataan rambut yang biasanya sangat rapi kini terlihat berantakan.

Sial! Itu malah membuat Julian terlihat sangat seksi.

Pria dengan tinggi 180 cm itu meraih tangan Anita namun lagi-lagi wanita itu menghempasnya cukup kuat.

"Jika kau terus di sini, lalu kapan kita akan punya anak?" tanya Anita membuat raut wajah Julian berubah. Mata elang pria itu menatap tajam.

Haruskah sang istri membahas hal itu dalam situasi ini? Sungguh Julian sangat muak seakan tidak ada lagi pembahasan lain yang bisa mereka bicarakan saat bertemu.

Tanpa basa basi, Julian menarik tubuh Anita untuk merapat dengan tubuhnya. Dia mencium bibir Anita dengan brutal. Walau sempat mendapat perlawanan, pada akhirnya wanita bersurai panjang itu pasrah dengan apa yang dilakukan sang suami padanya.

Lagi pula dia sendiri tidak bisa berbohong. Anita merindukan Julian. Merindukan semua sentuhan Julian yang membuat darahnya berdesir kuat.

Anita menerima segala apa yang diperbuat Julian pada tubuhnya. Menerima segala afeksi yang diberikan oleh suaminya tersebut sambil mendesah menyebutkan namanya.

"Eugh ... aahh ... Julian ...."

Julian benar-benar lelaki yang hebat karena bisa membuatnya melayang hanya dengan sentuhan tangannya.

"Julian ... kau sangat hebat, sayang ...."

Bahkan untuk sekedar bernafas saja Anita sampai kepayahan. Selihai itu Julian memainkan segala titik paling sensitif ditubuhnya.

Julian sendiri pun sangat menikmati setiap momen yang hanya Anita yang bisa menciptakannya. Mendengar wanita itu memanggil namanya dalam balutan kenikmatan adalah hal yang membuat Julian tak bisa mengontrol dirinya lagi untuk segera mengunjungi wanita itu.

Dengan tergesah, Julian melepaskan semua yang ada pada tubuhnya dan Anita. Hingga mereka tak berbalut apa-apa lagi. Sejenak Julian tertegun seraya menelan salivanya berat melihat sang istri. Sudah bertahun-tahun berlalu namun Anita masih sama seperti saat mereka pertama bertemu. Masih wanita yang membuat Julian tergila-gila.

Kecupan kembali Julian berikan di bibir tipis Anita lalu berbisik, "Kau sangat cantik, Sayang," puji Julian membelai wajah Anita.

Anita membuka matanya. Tersenyum penuh arti namun itu hanya bertahan beberapa detik. Saat dua jari Julian dengan lihai mengobrak-abrik di bawah sana, Anita kembali hanyut dalam kenikmatan.

"Sssthhh ... ahh ...." Anita terus meracau tak karuan hingga dia hampir mencapai puncaknya, Julian berhenti.

"Kenapa kau berhenti?" tanya Anita dengan raut wajah kecewa.

"Tidak sekarang, sayang," kata Julian beralih menindih tubuh wanita itu.

Namun bukannya segera menuntaskan hasrat, Julian malah dengan sengaja menggoda Anita.

"Eugh ... Julian! Jangan menggodaku seperti itu!" geram Anita.

"Memohonlah!" Terkadang Julian bak seorang dewa yang ingin dipuja.

"Julian ... aku moh---akh!"

Namun belum sempat Anita meneruskan ucapannya Julian sudah menembus pertahanannya. Mata Anita terpejam kuat. Rasanya panas, sesak dan penuh.

Gerakan yang semula lambat beransur semakin berantakan. Suara yang tercipta dari penyatuan mereka pun membuat hawa panas semakin terasa. Cucuran keringat membahasi tubuh keduanya.

"Bahkan kau tahu jika hanya kau yang bisa membuatku gila seperti ini, Anita," kata Julian tanpa menghentikan gerakannya.

"Akh ... Julian. Tapi aku menginginkan anak dari wanita itu," balas Anita merasa dirinya benar-benar hancur di bawah kendali sang suami.

Julian menghentikan sebentar kegiatannya menatap sang istri yang sudah kepayahan berada di bawah kuasanya.

"Aku tidak perduli dengannya, Anita. Yang kuinginkan hanya kau!" kata Julian penuh penekanan.

Julian memejamkan matanya erat seiring dengan dia membenamkan miliknya lebih dalam lagi di inti tubuh sang istri.

Dalam hati dia menjerit, kenapa dia harus terjebak dalam situasi seperti ini? Bercinta dengan wanita lain tidak akan bisa membuat Julian merasa puas. Hanya Anita. Bahkan saat bersama wanita itu, Julian akan membayangkan Anita yang melenguh di bawahnya.

Tak pernah bisa ia lupakan saat dipaksa menikah dengan wanita yang sama sekali tidak dicintainya. Namun kenapa Anita malah terlihat senang bahkan tersenyum paling lebar saat itu?

Hatinya sakit.

Hancur.

Semakin hancur saat menghadapi kenyataan kalau istrinya tidak dapat mengandung anaknya. Alasan yang mendasari dia harus rela menikahi wanita itu.

Julian makin mempercepat gerakannya hingga putihnya tiba. Mereka berdua sama-sama berteriak saking nikmatnya penyatuan tersebut.

Julian jatuh di samping Anita yang sama-sama terengah. Hening untuk beberapa saat hingga Julian bangkit dari tempat tidur dan memakai kembali pakaiannya. Menyelimuti tubuh telanjang Anita dengan selimut lalu menegecup keningnya.

"Aku hanya mencintaimu, Anita. Ingat itu," kata Julian membuat wanita yang masih terlihat sayu itu tersenyum manis. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi Julian.

"Aku tahu. Jadi segera buat wanita itu hamil agar kita segera lepas darinya," kata Anita.

"Apakah itu membuatmu bahagia?"

Anita menggeleng seraya masih mempertahankan senyumnya. "Bukan hanya aku, tapi kita akan bahagia bersama, Julian."

Julian menghadiahi bibir tipis Anita dengan sebuah kecupan singkat. Mengambil kemejanya lalu segera memakainya.

"Aku akan pergi sekarang!" kata Julian.

"Julian, tunggu!" tahan Anita bangun dari tempat tidur seraya menahan selimut tadi untuk tetap menutup tubuhnya.

Pria itu berbalik menatapnya. "Ada apa, Sayang?" tanyanya lembut.

"Aku mencintaimu." Ucapan yang begitu spotan dari mulut Anita.

Julian terkekeh kecil. Mendekati Anita lagi. Lagi dan lagi ciuman yang menciptakan suara kecapan terdengar.

"Aku lebih mencintaimu, Anita," kata Julian. Bahkan pancaran matanya tidak pernah bisa berbohong bagaimana dia sangat mencintai Anita.

Ucapan cinta yang diiringi dengan perlakuan manis terus dilakukan pasangan suami istri itu. Melupakan sosok yang sejak tadi berdiri di depan pintu yang entah sengaja dibiarkan. sedikit terbuka atau tidak. Agar dia bisa menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya berdenyut sakit.

Sosok itu menyapu kasar air matanya. Mengepalkan tangannya kuat kemudian berlalu dari sana. Hal yang seharusnya dia lakukan sejak tadi.

To be continue.....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh RARA713

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku