/0/23359/coverorgin.jpg?v=6cc1c8db761967eeaa4c45bc90ba2de5&imageMogr2/format/webp)
"Mohon maaf, Bu." Dokter menjeda kalimatnya.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Allah memiliki rencana lain," sambungnya kemudian.
"Ma-maksudnya, Dok?"
"Mohon maaf, suami Ibu sudah meninggal dunia."
Bagai tersambar petir di siang bolong, hidup Aira hancur seketika. Suami yang sangat ia cintai berpulang lebih dulu dan meninggalkan ketiga anak mereka yang masih kecil-kecil.
Aira Annisa, wanita tangguh yang telah membersamai suaminya sejak sebelas tahun yang lalu hingga akhirnya sang suami menyerah dengan kanker hati yang ia derita sejak tiga tahun terakhir.
Abda Abdillah meninggalkan ketiga anaknya, yakni Amara yang berusia sembilan tahun, Amar enam tahun, dan si bungsu Akbar yang masih berusia tiga tahun.
"Kenapa Ayah bobok terus, Bu?" tanya Akbar polos.
Pertanyaan sederhana, tetapi berhasil membuat Aira hanyut dalam kesedihan yang mendalam. Ia dekap erat tubuh sang anak, kemudian kembali hanyut dalam kehampaan.
Tangis pilu yang begitu menyayat hati siapa saja yang melihatnya. Seorang ibu muda dengan tiga anak ditinggalkan suami untuk selama-lamanya.
Aira menyeka air matanya kemudian menatap dalam wajah sang putra. "Sekarang Akbar belum paham, Sayang, tapi ibu janji suatu hari nanti akan menjelaskan semuanya."
Aira merupakan seorang anak yatim-piatu yang tidak memiliki keluarga, dikarenakan ayah dan ibunya sama-sama anak tunggal dan mereka hanyalah seorang perantau. Untung saja Aira memiliki tetangga serta sahabat yang sangat baik kepadanya.
"Tenangkan dirimu, Ra. Biarkan Akbar bersamaku," pinta Nuraini—sahabat dekat Aira.
"Bagaimana nasibku dan anak-anak ke depannya, Nur? Aku harus bagaimana sekarang?"
Nuraini langsung memeluk tubuh Aira, memberi kekuatan untuk sang sahabat yang sedang rapuh hati dan jiwanya.
"Serahkan semuanya sama Allah, Ra. Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kalian."
"Tapi, Nur ..."
"Ssssttt ... sudah, Ra. Percaya sama aku. Kamu pasti bisa lalui ini semua, aku yakin. Kamu harus kuat demi anak-anak, coba kamu bayangkan gimana rapuhnya mereka tanpa kamu, mereka sudah kehilangan satu sayap, Ra! Jangan buat mereka semakin hancur dengan kehancuranmu. Aku tahu ini berat, tapi kamu harus menjalani ini. Kamu nggak sendiri, Ra, kamu punya Allah, kamu punya mereka, dan kamu punya aku."
Keduanya kembali berpelukan, setelah merasa sedikit tenang barulah Aira menghampiri ketiga anaknya yang sejak tadi dijaga oleh beberapa tetangga.
"Yang kuat ya, Ra. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuanmu," ucap salah satu tetangga.
Aira hanya bisa mengangguk lemah, ia sadar jika kini ada tiga anak yang harus ia tenangkan juga.
Amara yang memang sudah paham dengan keadaan yang terjadi terlihat lebih tegar dari sang ibu, ia terus menjaga kedua adiknya dan menjelaskan kepada Amar tentang kondisi ayah mereka.
"Sekarang Ayah udah nggak ada, Dek. Kita harus sama-sama jagain Ibu dan Akbar, ya," ucapnya.
Gadis cantik berhijab biru muda itu terus menggenggam tangan ibunya, tak sedetik pun ia lepas hingga akhirnya semua proses pemakaman sang ayah selesai.
Sama halnya dengan Amara, Nuraini pun tetap setia mendampingi Aira yang sempat tak sadarkan diri ketika jasad sang suami mulai dimasukkan ke liang lahat.
"Kuat, Ra, kuat. Kasihan suamimu."
Semua orang sudah pergi meninggalkan area pemakaman, bahkan ketiga anak Aira pun sudah dibawa pulang oleh beberapa tetangga, kini tinggal Aira yang masih terus menatap papan yang tertancap di atas pusara sang suami dengan Nuraini yang masih setia mendampinginya.
/0/19830/coverorgin.jpg?v=20241030112405&imageMogr2/format/webp)
/0/6564/coverorgin.jpg?v=c72b177e278c9e6af24fd98df77dff73&imageMogr2/format/webp)
/0/5491/coverorgin.jpg?v=20250121171507&imageMogr2/format/webp)
/0/12811/coverorgin.jpg?v=07f09c1cb53b04ffef0059c131e8018a&imageMogr2/format/webp)
/0/9067/coverorgin.jpg?v=c97c160b1f7e5de936fe89beed03c9f0&imageMogr2/format/webp)
/0/3455/coverorgin.jpg?v=261d52468b469710fc3e8e55d0684dbd&imageMogr2/format/webp)
/0/28771/coverorgin.jpg?v=dd87c90c4cacbdda0b632c3dadf540b3&imageMogr2/format/webp)
/0/24099/coverorgin.jpg?v=20250706130056&imageMogr2/format/webp)
/0/17239/coverorgin.jpg?v=fb9051abfe928fe97b10451bd3259ec7&imageMogr2/format/webp)
/0/22465/coverorgin.jpg?v=20250213211033&imageMogr2/format/webp)
/0/18179/coverorgin.jpg?v=63f513b814a2d4b1cab07025936663fe&imageMogr2/format/webp)
/0/16777/coverorgin.jpg?v=74f167ae85a6ab8e65573e4de19a0998&imageMogr2/format/webp)