/0/26437/coverorgin.jpg?v=7defb1e099e0469d5d8b819df5e17a97&imageMogr2/format/webp)
Matahari bersinar terik, membuat badan terasa hangat. Seperti hari-hari biasanya, jalan raya di Texas tidak pernah sepi dari berbagai macam kendaraan dan trotoar dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu lalang. Maklum, sedang jam istirahat.
Drystan membantu ibunya berjalan keluar dari rumah sakit dengan perlahan. Dia merasa kasihan bercampur sedih, melihat tangan sang ibu yang terdapat beberapa plester itu. Sudah berapa ratus kali ibunya melakukan cuci darah? Dia sangat bangga, karena ibunya dapat berdiri kokoh dan tegar hingga hari ini. Andai dia memiliki uang untuk membeli ginjal supaya dia tidak perlu lagi melihat ibunya kesakitan dan pergi ke rumah sakit untuk cuci darah.
"Ibu duduk di sini, ya. Aku akan mencari taksi." Drystan menyuruh ibunya duduk di bangku besi tempat menunggu halte. Dia berjalan ke depan untuk memberhentikan taksi yang tampaknya dari tadi melaju dengan cepat karena membawa penumpang. Dia memperhatikan tiga pria yang lewat di depannya seraya berbincang dan memandangi orang-orang lain yang berjalan kembali ke kantor mereka bekerja.
Dia menghela napas panjang. Dia telah menyebar puluhan surat lamaran pekerjaan, tetapi hingga kini belum ada perusahaan atau bank yang meneleponnya menyuruhnya datang untuk melakukan interview. Padahal dia telah menyiapkan setelan jas beserta dasi dan sepatu pantofel warna hitam—yang dia beli menggunakan uang hasil menabung selama bekerja sambilan—yang selalu dia lap takut dihinggapi debu, juga berlatih berbicara siang dan malam agar nanti tidak gugup. Beberapa temannya sudah mulai bekerja dan ada pula yang baru melakukan pelatihan.
Dia kapan? Apakah dia terlihat tidak menarik? Padahal dia sudah mencantumkan berbagai keahlian dan pengalaman kerja sambilan. Walaupun itu hanya bekerja di minimarket dan karaoke. Tidak, dia tidak boleh menyerah dan pesimis. Dia harus selalu optimis. Dia pasti akan mendapatkan pekerjaan. Drystan mengangguk. Jauhkan segala pikiran buruk yang menghantui. Akan ada waktunya dia mengenakan kemeja, jas, dasi, dan sepatu pantofel.
Salah satu taksi yang berlalu lalang berhenti di depannya, dia meminta sopir untuk menunggu dan dia berlari ke ibunya, menuntut malaikat tanpa sayapnya itu hingga masuk ke mobil warna kuning itu. Drystan menyebutkan alamat rumahnya, mobil melaju membelah ibu kota.
"Jangan sedih. Percayalah, kamu akan segera mendapatkan pekerjaan." Isabel menggenggam tangan anaknya erat, dia tahu perasaan seperti apa yang sedang berkecamuk dalam hati anak tunggalnya itu.
Drystan mengulas senyuman tipis. "Iya. Aku juga sangat yakin. Nanti kalau aku bekerja, aku akan mengajak ayah dan Ibu ke mal. Beli pakaian baru." Dia menyengir lebar hingga menunjukkan deretan giginya.
Isabel terkekeh. "Ibu tidak sabar menunggu hari itu tiba. Kita sudah lama tidak membeli pakaian."
Drystan mengangguk pelan, sekilas terdapat kesedihan di pancaran matanya. "Nanti beli yang banyak, ya."
Isabel tertawa seraya mengelus lembut rambut anaknya itu.
***
"Ibu ke apartemen duluan saja, biarkan aku yang ke minimarket. Ibu istirahatlah." Drystan menatap sang ibu lekat.
"Tidak apa."
"Tapi aku khawatir, takut Ibu jatuh dari tangga."
"Kamu jangan berlebihan." Isabel memukul lengan anaknya itu. "Ibu bisa, tenang saja. Lagi pula, ayah sudah pulang, bukan?"
Drystan mengangguk. "Oh, atau aku telepon ayah? Supaya ayah menunggu Ibu di tangga."
Isabel menggeleng. "Tidak perlu. Ibu bisa sendiri. Hanya ke lantai tiga, bukan sepuluh." Dia terkekeh kecil.
Namun, Drystan tetap tidak bisa mengenyahkan perasaan khawatirnya. "Aku akan antar Ibu."
Isabel memelototi anaknya itu. "Tidak perlu. Nanti kamu capek. Selama seharian kamu menemani Ibu di rumah sakit."
"Aku menunggu sambil duduk, Ibu. Hanya pantat dan punggungku yang pegal." Drystan menggandeng tangan Isabel. "Ayo."
Isabel bergeming di tempatnya berdiri, tidak mau melangkah barang sejengkal. Dia menatap Drystan dalam dengan wajah tegas. "Kamu lupa siapa Ibumu ini? Ibu dulu merupakan atlet angkat besi. Bahkan sampai sekarang Ibu bisa mengangkat ayahmu!"
Drystan mengerutkan keningnya. "Aku tidak pernah melihat Ibu mengangkat ayah." Dia pun heran, ibunya seperti batu yang tidak bergeser sedikitpun walaupun dia menarik tangan keriput itu dengan lumayan kencang. Ternyata masih tersisa kekuatan ibunya yang dulu merupakan atlet angkat besi.
Isabel menatap anaknya sangat datar. Berkutat pada buku dan pekerjaan sambilan, membuat Drystan tidak tahu apa-apa. Padahal laki-laki yang seusia dengannya telah bermain dengan puluhan wanita atau setidaknya pernah melakukan hubungan intim dengan seorang wanita. Hah, Isabel bingung mengekspresikan perasaannya. Dia harus senang atau sedih?
"Kamu tidak perlu melihatnya." Isabel melepaskan tangannya dari genggaman Drystan dengan kencang, hingga sang anak terdorong ke arahnya. "Bahkan Ibu bisa mengangkatmu dengan mudah. Mau dicoba? Sudah lama Ibu tidak menggendongmu."
Drystan menatap ibunya dengan horor. "Tidak." Dia meneguk salivanya. "Bukan maksudnya aku tidak ingin digendong oleh Ibu. Oke, aku percaya Ibu dapat menaiki puluhan anak tangga sampai ke unit apartemen kita dengan selamat."
Isabel mengelus senyuman geli. "Dasar kamu, ya. Padahal Ibu ingin menggendong kamu."
/0/7289/coverorgin.jpg?v=33811c3744019db7b0544db226eff49b&imageMogr2/format/webp)
/0/10508/coverorgin.jpg?v=7c9895434e5354b939ff2e09fa8ee2c0&imageMogr2/format/webp)
/0/18824/coverorgin.jpg?v=dd98140633e26b2633176819c42f74f4&imageMogr2/format/webp)
/0/15727/coverorgin.jpg?v=0f1e882d6f19ae2445370e17982db77a&imageMogr2/format/webp)
/0/12725/coverorgin.jpg?v=20250123144730&imageMogr2/format/webp)
/0/10356/coverorgin.jpg?v=8ddc7ba8a74b17160cd9b5a3b2b1cf07&imageMogr2/format/webp)
/0/17417/coverorgin.jpg?v=e881884a6bb9067a07ed89da094bfa22&imageMogr2/format/webp)
/0/6013/coverorgin.jpg?v=20250120174932&imageMogr2/format/webp)
/0/13982/coverorgin.jpg?v=a766d950748ca86d559e7bd8cae59046&imageMogr2/format/webp)
/0/28433/coverorgin.jpg?v=d9454893a1dea57d36ce056f56ce321c&imageMogr2/format/webp)
/0/8601/coverorgin.jpg?v=b60602a076b68007b7151d7bfd1147c0&imageMogr2/format/webp)
/0/6216/coverorgin.jpg?v=db880a810232cf3ff786cc26586d1d44&imageMogr2/format/webp)
/0/12517/coverorgin.jpg?v=7ed580ed51cf1ad046de4ea9df6ab30d&imageMogr2/format/webp)
/0/10727/coverorgin.jpg?v=4eb24ffd02e72b0564aca571fd2e35f1&imageMogr2/format/webp)
/0/12731/coverorgin.jpg?v=145564fc8081ccc7999f968bac6633cb&imageMogr2/format/webp)
/0/21471/coverorgin.jpg?v=8caf8ee1f7581f740854c438f274af88&imageMogr2/format/webp)
/0/12790/coverorgin.jpg?v=88b5588692e190dcd05549a1b03750fe&imageMogr2/format/webp)