/0/26469/coverorgin.jpg?v=fc1ceb5883144d608f870aadd772a8c4&imageMogr2/format/webp)
"kali ini kamu temenin aku cek kandungan ya, Mas. Masak selama 9 bulan aku sendirian terus sih periksa kandungannya." Ujarku agak merengek pada Mas Juan, laki-laki yang sudah membersamaiku selama 1 tahun lamanya.
Ku lihat pantulan wajahnya pada cermin rias yang saat ini juga memantulkan wajahku, sayangnya pria itu tetap tidak bergeming dan masih sibuk sendiri dengan ponselnya. Satu detik, dua detik berlalu. Mas Juan tetap tidak bergeming dari tempatnya.
"Mas,,," tergurku lagi.
Drrtt ...
"Ya Hallo, Ada apa, Re?" Ucapnya pada seseorang yang tengah melakukan panggilan disebrang sana.
Padahal lebih dulu aku yang ingin bertegur sapa dengan suamiku itu, tapi dia malah lebih tanggap dengan ponselnya dari pada istrinya sendiri.
"Oh, ok deh. Kamu siap-siap aja dulu."
Klik ...
Mas Juan mematikan sambungan telponnya, seraya melihat ke arahku. Dengan gerak cepat ia nampak buru-buru merapikan berlembar-lembar kertas yang ia pangku barusan. Yang katanya ingin mengoreksi UTS para mahasiswanya, tapi yang ku lihat dia sangat sibuk bermain ponsel dari pada mengoreksi lembaran ujian itu.
"Mas, mau kan temenin aku. Kali ini saja," ucapku memohon. Masih berusaha membujuk Mas juan untuk mengantarku, sebagai calon Ayah aku ingin dia bisa melihat dan tau kondisi anaknya didalam perutku ini. Ya, meskinpun hanya sebatas gambar tiga dimensi, setidaknya dia bisa merasakan hadirnya. Seperti aku yang selalu meneteskan air mata, saat mendengar detak jantungnya dan juga melihatnya bergerak-gerak dilayar monitor saat USG.
"Kemana, Ra? Mas sibuk hari ini," lagi dan lagi jawabannya tetap sama. Setiap kali ku ajak kemana pun tetap dengan alasan yang sama, kadang aku berpikir benarkah Mas Juan menikahiku dengan senang hati, atau karena terpaksa??? Karena selama pernikahan kami, dia tidak pernah mau diajak kemana pun olehku, bahkan kami tidak pernah jalan kemana pun bersama kecuali acara keluarga.
Padahal, dulu dia yang tiba-tiba saja langsung mengajak nikah. Hanya karena tidak sengaja bertemu dan kebetulan waktu itu kami tengah bersama Ibu kami masing-masing, dan saat itu pula Ibuku langsung setuju tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu dariku.
Aneh memang, tapi ya inilah kisah cinta kami. Aku juga tidak bisa menolak, selain karena usia yang sudah menginjak 25 tahun, sedangkan saat itu teman-temanku rata-rata sudah menikah semua. Mas Juan juga tampan, badannya eksotis. Siapa wanita yang bisa menolak kemolekan badannya itu, aku pun jadi klepek-klepek meski hanya pertama kali bertemu.
Sayangnya, perkenalan yang begitu singkat tanpa berusaha mengenal satu sama lain, aku jadi tidak tau bagaimana karakter sebenarnya suamiku ini. Mas Juan tipikal pria yang baik, dia tidak pernah kasar padaku. Dia selalu mengiyakan apa yang aku pinta, sayangnya dia tidak bisa seperti pria lainnya. Seperti halnya romantis atau merayakan hari special bersamaku.
"Ra, kok malah bengong sih? Mas berangkat dulu ya!" Ujarnya padaku. Saking asiknya melamun aku sampai tidak sadar ternyata priaku ini sudah siap dengan penampilan casualnya.
"Lho, Mas. Mau kemana? Ajakan ku yang tadi gimana?" Tanyaku penuh harap.
"Kan Mas udah bilang kalau hari ini, Mas sibuk." Jawabnya sambil membenarkan lengan baju yang ia lipat ke atas.
"Ini hari minggu loh, Mas. Hari libur, sibuk ngapain sih? Masak nemein istri cek kandungan, gak punya waktu terus." Bujukku padanya, entah kenapa hari ini aku sangat ingin Mas Juan ikut untuk memeriksakan kandunganku. Karena hari perkiraan lahirku semakin dekat, dan lagi aku masih bingung apakah mau melahirkan secara normal atau cesar.
Kebanyakan orang berkata, melahirkan normal itu sakit. Tapi, ada juga yang bilang cesar pemulihannya juga lama. Jadi aku ingin Mas Juan membantuku memilih proses mana yang harus aku pilih.
"Bentar doang kok,"
"Kamu sendiri aja ya! Kan biasanya juga sendiri,"
Hah, tak ada gunanya lagi merengek. Toh jawabannya tetap saja sama.
/0/21616/coverorgin.jpg?v=70da33353d2d85f761fceb37078daded&imageMogr2/format/webp)
/0/17369/coverorgin.jpg?v=c636ecfb089e67f8a572620eb4174d8f&imageMogr2/format/webp)
/0/8080/coverorgin.jpg?v=0f27fb98e9d0a37240cbd0f9093e1bb2&imageMogr2/format/webp)
/0/17261/coverorgin.jpg?v=211dec2471a438566a136d1b977f0108&imageMogr2/format/webp)
/0/5442/coverorgin.jpg?v=6edb6abdd0901c5c557c93d907b2e647&imageMogr2/format/webp)
/0/22327/coverorgin.jpg?v=8a134ffe7929053d6cf2e5a45979148b&imageMogr2/format/webp)
/0/14167/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)
/0/19953/coverorgin.jpg?v=961208aec80280658e04a1b4776d168f&imageMogr2/format/webp)
/0/3565/coverorgin.jpg?v=e3cb0343bbd128c218a354b3ab719c21&imageMogr2/format/webp)
/0/15003/coverorgin.jpg?v=68e2d087ac0c7c7bf21296162acddd50&imageMogr2/format/webp)
/0/21233/coverorgin.jpg?v=699e8b4b0e456f9ed95cdbd8908e68b3&imageMogr2/format/webp)
/0/12757/coverorgin.jpg?v=793ac30f25de39b84c541ec38164f105&imageMogr2/format/webp)
/0/4605/coverorgin.jpg?v=dab066a6707c6150a790a9c3ad2c8dbf&imageMogr2/format/webp)
/0/5008/coverorgin.jpg?v=bf80187d49dfa6d4c4874668a2ea8d5a&imageMogr2/format/webp)
/0/12389/coverorgin.jpg?v=4b10959a3a9b80a616ef0c2e5f37d09c&imageMogr2/format/webp)
/0/4344/coverorgin.jpg?v=6c3b5185aefa9c3b86ee98a79d469efe&imageMogr2/format/webp)