Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
"Shirenn... Ah, kau sangat menggairahkan Sayang. Kau sangat nikmat."
Keina hanya bisa memberikan tatapan datar pada pria yang tengah berada di atasnya yang mulai menyebut nama lain di sela-sela mereka bercinta. Bukan sekali dua kali ini Alden Nathaniel Syarakar selalu menyebut nama lain saat pria itu sudah sampai pada puncaknya. Ingin sekali Keina berteriak dan menampar wajah Alden sekuat tenaga. Dia bukan Shiren, dia adalah Keina, Keina Nayara! Tidakkah pria itu sadar siapa yang tengah ia sentuh sekarang?
Hunjaman yang dilakukan Alden berkali-kali di sana hanya menyisakan getir-getir luka baru di dalam hatinya. Ia bahkan tidak dapat menikmati sentuhan-sentuhan ini karena ia tahu Alden saat ini tidak memandangnya, ia tengah berilusi bahwa dirinya adalah wanita lain, wanita lain bernama Shiren Athalia.
Keina meringis, ia memalingkan wajahnya enggan menampilkan perasaan terluka yang selalu ia rasakan saat Alden menyentuhnya hanya untuk sebuah pelampiasan. Pelampiasan saat dirinya merindukan Shiren, mantan kekasih yang ia tinggalkan karena terhalang sebuah restu.
"Shiren..." Pria itu seketika mengerjap, seolah berusaha menyadarkan sisa-sisa kesadaran dalam kepalanya, "Ah, maksudku.. Keina, terimakasih untuk pelayananmu hari ini,"
Keina mendengus saat pria itu mulai sadar siapa yang tadi ia gagahi. Ia menarik dressnya yang berada di lantai karena Alden memelorotkan pakaiannya begitu saja tanpa aba-aba. Ia tahu persis bagi Alden, Keina hanyalah alat pelampiasan untuk segala hasratnya yang tidak sampai pada Shiren. Alden begitu menggilai Shiren, hingga sampai pernikahan mereka menginjak satu tahun pun Alden tidak pernah menganggap keberadaan Keina. Pernikahan mereka yang diatur setelah Alden mengenalkan Shiren kepada orang tuanya membuat Alden merasa Keina hanyalah seorang penghalang bagi kebahagiaannya. Padahal Keina mencintai Aiden, padahal Keina hanya memandang Alden selama beberapa tahun terakhir. Sungguh ironis!
Keina dan Alden adalah dua manusia yang sejak dulu sudah diikat oleh kedua orang tua mereka. Perjodohan mereka sudah diatur bahkan saat mereka masih menari di dalam rahim ibundanya masing-masing. Klise memang, tapi itulah perjanjian konyol antara Reymand Syarakar juga Handika Nayara yang awalnya hanya sebuah keisengan yang mereka lakukan saat mengetahui para istrinya hamil dalam kurun waktu hampir bersamaan. Perjanjian konyol itu lama kelamaan berubah menjadi perjodohan yang begitu serius dan mengikat diantara dua keluarga.
Sialnya, Keina jatuh cinta pada proses pengenalannya pada Alden. Ia tidak pernah merencanakannya, pun ia tidak pernah mengatur hatinya untuk jatuh pada pesona pria itu. Ia hanya tahu hatinya telah memilih pria itu saat mereka menginjak usia dewasa. Alden yang sejatinya merupakan teman terbaiknya berubah menjadi cinta pertama dan cinta terakhir dalam hidupnya. Sayangnya selama setahun pernikahan mereka, bahkan selama mengenal Keina, Alden tidak merasa begitu. Alden mungkin tidak menganggap dirinya seorang wanita. Hingga akhirnya hatinya terkurung pada Shiren yang bekerja sebagai karyawan di kantornya. Shiren yang ditolak kehadirannya oleh keluarga Syarakar menghilang entah kemana dan Alden yang merasa frustasi menyetujui perjodohan mereka dan menjadikan Keina sebagai pelampiasan amarahnya. Seperti sekarang, hanya dalam beberapa kali dalam setahun Alden menyentuhnya, tapi hanya untuk menggaungkan nama Shiren Athalia di tiap permainan mereka. Pria itu bahkan tidak peduli jika Keina terluka dalam tiap prosesnya.
Keina ingat saat pertama kali disentuh pria itu dan ia merasa sangat bahagia karena Alden sudah menjadikannya seorang istri sesungguhnya. Alden malah berkata sesuatu yang kejam, "Kau hanyalah pengganti Shiren, jangan bermimpi untuk mendapatkan hatiku, Keina,"
Hingga sampai sekarang kata-kata itu Keina pegang teguh. Sepuas apapun Alden menyentuhnya, sedahsyat apapun Alden bercinta dengannya, Alden tidak akan pernah menganggap dirinya. Tubuhnya hanya dianggap sebagai pengganti untuk Shiren.
"Jadi, kau merindukan perempuan itu lagi, begitu? Kau datang padaku dalam keadaan mabuk lalu berkhayal tentang dia lagi?" sinis Keina sambil mengikat kembali tali dressnya yang berantakan.
Alden hanya mendengus, ia menyambar kemejanya yang tergeletak di lantai, "Bukan urusanmu. Kau harusnya bersyukur aku mau menyentuhmu lagi, Keina."
Keina hanya menghela nafas, ia menatap Alden tidak senang, "Baiklah, jadi apa aku harus berterimakasih atas pelayananmu ini?"
"Terserah!" balas Alden sambil mengangkat tangannya enggan berdebat. Saat ini kepalanya terasa hampir pecah oleh alkohol yang ia tenggak semalaman.
Alden terlihat hendak beranjak dari kamar tidur mereka. Keina kembali mendengus. Lihatlah pria itu, setelah hasratnya sudah tersampaikan, pria itu akan pergi seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka.