Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pesona Bodyguard Tampan - Hot Bodyguard

Pesona Bodyguard Tampan - Hot Bodyguard

Yezta Aurora

5.0
Komentar
497
Penayangan
6
Bab

Sebagai model papan atas. Anastasia Rose, memiliki fans garis keras juga musuh yang mengincar nyawanya. Suatu ketika datanglah lelaki misterius Sean Ell Benedic, yang siap mengawal selama 24 jam. Tuan Hitman, selaku Paman Ana menyetujui hal tersebut. Berbagai cara Ana lakukan demi menyingkirkan Sean. Nyatanya, lelaki misterius dan dingin tersebut terus mengikutinya ke mana pun ia pergi. Hingga suatu ketika ia di culik. Sean mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Ana. Berawal dari situlah hubungan keduanya semakin dekat. Disaat kuncup bunga mulai bermekaran mengiringi Kupu-Kupu menyenandungkan lagu-lagu cinta. Di saat itulah badai menghantam tentang siapa Sean di balik sikap dingin dan misterius terungkap. Siapa sebenarnya Sean Ell Benedic, dan rahasia besar apa yang telah dia simpan? Dari pada penasaran. Simak kelanjutannya hanya di _PESONA BODYGUARD TAMPAN - HOT BODYGUARD_

Bab 1 Anastasia Rose

Seattle, Amerika Serikat

Anastasia sedang menghadiri undangan resmi dari salah satu brand ambasador yang di selenggarakan di Seattle, Amerika Serikat.

Bersama seorang artis yang juga menjadi brand ambasaddor. Mereka sedang berbincang. Tiba-tiba lelaki berbalut jas mahal menghampiri. "Permisi, Miss Rose. Mr. Luke, ingin bertemu dengan Anda."

Lelaki tersebut membimbingnya menuju ruangan super besar. "Silakan duduk, Miss."

"Di mana, Mr. Luke?"

"Saya di sini, Miss Rose."

Ana menolehkan wajahnya lalu berdiri menyambut kedatangan CEO dari Enstein Group.

Lelaki tersebut mengulurkan tangan. "Terima kasih atas kehadiran Anda. Anda memberi angin segar di detik-detik terakhir."

Garis bibir membentuk senyum menawan. "Tidak ada alasan untuk tidak menghadiri acara paling bergengsi yang di adakan 5 tahun sekali."

"Silakan duduk."

Ana duduk dengan anggunnya. Mata birunya menjerat Luke dengan kuat. Luke pun dibuat tak bisa mengalihkan pandangan. Matanya berkilat takjub pada kecantikan seorang Anastasia Rose.

"Saya dengar agency Anda sedang bermasalah. Apakah itu benar?" Menyelidik wajah Ana.

"Itu tidak benar."

Merentangkan sebelah tangan ke sofa. Matanya menahan mata Ana. "Saya harap kerjasama ini tidak hanya berlangsung selama 5 tahun."

Matanya menyipit. Kilau birunya berbicara. Maksud Anda?

"Perusahaan saya terbuka lebar untuk Anda. Kapan pun Anda siap tanda tangan untuk menjadi ikon model dari lima merek Enstein Group. Hubungi saya."

"Terima kasih atas tawarannya, Mr. Luke. Saya akan mempertimbangkannya kembali."

Seorang pelayan masuk membawakan The Ruby Rose Cocktail lalu meletakkannya ke atas meja. "Silakan, Sir, Miss."

Luke mengangkat tangan sebelah kiri. Pelayan tersebut membungkuk lalu pergi.

Ana mengamati Ruby Rose. Penampilannya saja sangat menggiurkan lalu bagaimana dengan rasanya? Ia penasaran. Jika membeli sendiri dengan uangnya. Itu cukup menguras habis isi kantong.

Menuangkan Ruby Rose ke dalam 2 gelas. Menyerahkan 1 gelas pada Ana, dan 1 gelas lagi untuknya.

"Semoga Anda menyukai rasanya."

Seulas senyum terukir di bibir Ana. Minuman ini sangat menggiurkan untuk kuabaikan. Kurasa kalau pun aku meminumnya satu gelas. Tak jadi masalah.

Bibirnya hampir menyentuh ujung gelas. Tanpa sengaja menangkap tatapan Luke. Ana tahu sorot matanya menyimpan kelicikan.

Melirik gelas yang ada di tangan sebelah kanan. "Jangan-jangan dia menaruh racun atau semacamnya ke dalam minumanku." Gumamnya.

Meletakkan kembali gelas tersebut ke atas meja. Ana tahu Luke kecewa.

"Apakah perbincangan ini sudah selesai?" Melirik jam di pergelangan tangan. "Pengambilan gambar di mulai 10 menit lagi. Jadi saya harus segera pergi."

"Saya sendiri yang akan mengantarkan Anda. Silakan Anda minum terlebih dahulu."

Kilatan matanya menakjubkan. Luke di buat tak berkedip karenanya. "Saya harap Anda tidak keberatan menyisakan Ruby Rose ini untuk saya."

"Apakah Anda akan kembali ke sini setelah pemotretan?"

"Tentu saja."

"Saya memiliki banyak koleksi Ruby Rose juga minuman lainnya. Jika Anda berkenan. Bagaimana kalau malam ini berkunjung ke mansion saya?" Melingkarkan tangannya ke pinggang ramping. Ana langsung menepisnya.

--

Ana sedang menjalani pemotretan. Ia berpose di depan kamera dengan mengangkat sebelah tangannya ke belakang kepala memperlihatkan diamond yang menjadi kebanggan dari perusahaan tersebut.

Pemotretan pertama menggunakan gaun berwarna merah. Gaun tersebut tanpa lengan. Memiliki mode leher one shoulder. Pemotretan kedua menggunakan gaun berwarna hitam. Gaun tersebut panjangnya mencapai mata kaki. Mode leher turun menutup pada bagian bawah leher. Terdapat potongan oval di dalamnya dan bertabur diamond pada pinggirannya. Kedua gaun tersebut menekankan pada kemewahan, keanggunan, tapi tidak meninggalkan kesan seksi.

Untuk pemotretan kedua. Ana meletakkan sebelah tangannya di perut, sebelah tangannya lagi hampir menyentuh dagu.

"Perfect." Seru sang photographer.

Luke Drawis mengamati pose Ana.

"Aku tidak salah dalam memilihmu menjadi brand ambassador, Miss Rose. Semua merk yang kau bintangi pecah di pasaran. Bahkan angka penjualan melebihi yang aku targetkan." Bibirnya mengukir senyum puas. "Kau benar-benar memberi impact besar."

"Sir, mobil sudah siap." Jack, selaku sopirnya memberitahu.

--

Pemotretan selesai. Ana mencari Luke untuk berpamitan, tapi sepertinya lelaki tersebut sudah lebih dulu meninggalkan lokasi.

"Miss Rose, mobil sudah siap." Jack memberitahu dan siap mengantarkan Ana ke tempat di mana Luke sudah menunggu.

Membukakan pintu samping. "Silakan masuk, Miss."

"Tunggu sebentar."

Ana masuk kembali ke dalam mencari Luna.

"Kau di mana, Luna?" Mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Jack menghampiri. "Miss Rose."

"Tunggu sebentar, Jack."

"Apakah Anda mencari seseorang?"

"Ya, Luna. Apakah kau melihatnya?"

"Miss Luna, sudah meninggalkan tempat ini bersama dengan rombongan lainnya."

"Apa?"

"Ya, Miss. Rombongan lainnya sudah meninggalkan tempat ini dari tiga puluh menit yang lalu." Bohong Jack.

"Sebaiknya, saya mengantarkan Anda sekarang. Silakan." Membimbingnya menuju mobil.

"Ana, tunggu."

Bergegas menolehkan wajahnya. Luna berjalan ke arahnya bersama seorang asistant. Kedua tangan menenteng tas besar.

Jack bergegas membantu, meletakkan tas-tas tersebut ke dalam bagasi. Sementara Ana - Luna sudah duduk pada kursi penumpang.

Jack segera masuk ke dalam mobil, duduk di balik kemudi. Dia menoleh pada Luna. "Miss, bagaimana kalau Anda bergabung dengan rombongan lainnya?"

"Tidak." Jawab Ana tegas.

"Saya ingin segera sampai di hotel, jalan." Perintah Ana pada Jack.

Koenigsegg CCXR Trevita melaju kencang dan pengendaranya adalah Jack. Dia berkirim pesan kepada Tuan nya bahwa Luna juga ada di mobil yang sama bersama Ana.

Luke menggeram kesal kemudian mengirimkan sebuah pesan pada Jack.

[Antarkan Miss Rose ke hotel.]

Jack membaca pesan tersebut dan tidak membalasnya.

Setelah membelah pusat Kota Seattle. Koenigsegg CCXR Trevita berhenti di halaman lobby hotel tempat Ana menginap.

Jack segera keluar dari mobil lalu menuju pintu samping dan membukanya. "Silakan, Miss Rose."

Tersenyum pada Jack. "Terima kasih."

"Sama-sama. Saya permisi." Membungkuk lalu masuk kembali ke dalam mobil.

--

Hari ini, sangat melelahkan bagi Ana. Ia langsung mandi, membalut tubuh dengan pakaian santai. Sementara Luna sedang duduk di sofa sembari mengetikkan sesuatu ke layar ponsel.

"Luna, di hotel ini ada club nya, kan?"

Menoleh pada Ana. "Apakah kau ingin pergi ke club?"

"Ya, sekedar minum-minum." Memijat kepalanya. "Aku perlu melepas penat."

"Acara belum selesai. Masih ada satu hari lagi. Sebaiknya, kau tidur supaya wajahmu lebih fresh." Melenggang menuju pintu. Sebelum membukanya menoleh pada Ana. "Aku juga sangat lelah dan ingin segera tidur. Selamat malam, Ana."

"Selamat malam, Luna."

Ana dibuat terkejut Luna masuk kembali ke dalam kamar.

"Apakah ada barangmu yang tertinggal?"

"Ya, ponselku."

"Segera ambil ponselmu dan pergilah."

"Apakah lampunya perlu kumatikan sekalian?"

Menajamkan tatapannya. "Kau tahu kan aku takut gelap."

"Sorry, aku melupakannya. Bye, Ana."

Ana beranjak dari ranjang lalu mengunci pintunya.

Ada sebuah pesan masuk dari Luke. Lelaki tersebut mengirimkan ucapan selamat malam.

Ana tersenyum kecut. "Dasar Buaya darat." Memeluk guling. Beberapa menit kemudian, ia sudah tertidur.

Di tengah malam Ana terbangun dengan keringat dingin bercucuran. Mimpi buruk tersebut datang kembali. Mimpi buruk tentang masa kelam yang menjerat jiwanya di antara kegelapan.

Pada saat itu - Harry menggelar acara pertunangan. Akan tetapi, di pesta pertunangan yang di gelar dengan sangat meriah. Harry tidak datang.

Kekasihnya tersebut meninggalkannya seorang diri. Ana pun harus menanggung malu juga kecaman.

Semenjak kejadian memalukan tersebut. Harry bagai menghilang di telan bumi. Beberapa bulan kemudian Harry mengirimkan orang kepercayaannya menemui Ana.

"Mr. Harry, memberi perintah supaya saya menjemput Anda, Miss."

"Katakan kepada Tuan mu itu. Anastasia Rose, tidak sudi berurusan dengannya, tidak sudi melihat wajahnya dan tidak sudi berhubungan dengan apa pun yang ada kaitannya dengan Tuan mu itu."

"Tapi, Miss."

"Jika dia berani menunjukkan wajahnya." Sorot mata berubah menggelap segelap warna darah. "Dia tidak akan lagi melihat Anastasia Rose di Dunia ini."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku