Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Young Master's Love

Young Master's Love

Vie_Rabbani

5.0
Komentar
51.9K
Penayangan
192
Bab

Seorang pemuda tampan tiba-tiba saja muncul di hadapan Zeana, memaksa untuk ikut ke rumah, dan rela diapa-apakan olehnya asalkan bisa mendapatkan makan dan juga tempat tinggal. Zeana yang tak tahu apapun dan menganggap pemuda itu hanya sebagai gelandangan, terpaksa menerimanya dan akhirnya mereka pun tinggal bersama. Siapa sangka pemuda berparas tampan yang terlihat tak memiliki apapun itu, rupanya adalah anak dari seorang CEO di sebuah perusahaan besar tempat di mana selama ini Zeana bekerja! Ada apa sebenarnya? Mengapa sang tuan muda begitu sangat terobsesi untuk mendekatinya?

Bab 1 Dihampiri Pemuda Tampan

"Tante. Apakah aku boleh ikut denganmu?" tanya seorang pemuda bertubuh tinggi tegap di hadapannya.

Wajahnya sangat tampan, alisnya terukir dengan tajam dan indah sempurna. Hidungnya mancung, dan memiliki senyuman manis yang sangat memabukan. Selama beberapa saat, Zeana terpaku memandang keindahan paras yang ada di sana. Hingga ucapan sang pemuda, membuat Zeana mengerjap dan tersadar kembali dari keterpakuannya.

"Tante ... "

Zeana pun berdecak dengan gemas. "Jangan panggil aku Tante! Umurku masih sangat muda!"

"Tapi tante bisa melakukan apapun kepadaku dengan sesuka hati," bujuk pemuda itu lagi dengan polosnya, membuat Zeana sampai menyentuh keningnya frustasi.

Mereka berdua tak sengaja bertemu sekitar dua jam yang lalu, ketika Zeana mampir ke sebuah toko sebelum akhirnya akan pulang ke rumah setelah seharian bekerja di kantor.

Menyadari ada seorang pemuda yang tak henti-hentinya mengamati, Zeana cukup merasa risih. Namun ia sama sekali tidak menyangka, jika pemuda itu juga akan berani untuk terus mengikuti setiap langkahnya.

"Tante ... "

Kedua tangan Zeana mengepal, menahan diri untuk tidak segera membungkus pemuda tampan itu dan memasukkannya ke dalam karung! Sungguh! Bagaimana bisa ada pemuda setampan ini berkeliaran di tengah malam?

"Apapun?" tantang Zeana dengan raut jengah, karena pemuda itu begitu sangat keras kepala, dan terus mengikutinya tanpa henti sehingga sulit bagi Zeana untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Apapun," jawab pemuda itu dengan yakin. "Sungguh! Aku akan melakukan apapun asalkan Tante mau membawaku pulang."

Zeana mendesah seketika. Ia menatap jam yang ada di pergelangan tangannya, lalu mengernyit ketika menyadari jika waktu sudah semakin larut. Sepatu high heels sudah ia lepas dan berganti dengan sandal jepit, blazer lengan panjangnya pun sudah ia lipat setengah, menunjukkan betapa lelahnya ia hari ini.

"Kenapa kau ingin sekali ikut denganku?" tanya Zeana penasaran. "Pemuda sepertimu, seharusnya sadar jika wanita asing yang tak dikenal bisa saja menjadi berbahaya. Dan bisa jadi aku adalah salah satunya. Pergilah! Aku sedang tidak ingin berurusan dengan pemuda sepertimu."

Pemuda itu mengedip-ngedipkan matanya dengan polos. "Memangnya tubuhku tidak bagus ya? Kenapa Tante sama sekali tidak tertarik? Aku bisa memperlihatkannya kepadamu, siapa tahu saja Tante bisa berubah pikiran," ujarnya polos.

Ya Tuhan! Rasanya Zeana ingin sekali menepuk jidat. Mimpi apa dirinya semalam sehingga harus berurusan dengan hal yang menjengkelkan seperti ini?

Sesekali matanya menyapu ke arah sekeliling, menahan rasa malu karena tidak sedikit orang yang masih berlalu lalang memperhatikan percakapan mereka berdua, dan memberikan pandangan yang sangat aneh.

Bagaimana tidak? Tak henti-hentinya pemuda ini menawarkan dirinya untuk ia bawa dan rela diapa-apakan dengan nada lantang.

Sungguh gila! Memangnya Zeana terlihat seperti tante-tante yang sedang mencari berondong, hah?

"Pergilah!" Perintah Zeana dengan geram. "Cari wanita lain jika kau ingin melakukan sebuah modus, karena aku sama sekali tidak merasa tertarik denganmu."

"Wanita lain?" Pemuda itu mengernyit, menunjukkan sedikit rasa kecewanya. "Tapi aku hanya ingin bersama dengan Tante."

Ya Tuhan! "Tapi kenapa?" tanya Zeana gemas.

"Karena Tante cantik dan sepertinya sangat kaya. Aku mau jika hanya dijadikan sebagai simpanan. Tante tidak perlu memberi uang, asalkan aku bisa makan dan memiliki tempat tinggal selama beberapa waktu."

Deg! Zeana terpaku sejenak. Tempat tinggal? Dan juga makan? Sepertinya Zeana mulai mengerti dengan alasan mengapa pemuda ini bisa sampai berani menawarkan diri. Namun anehnya, kenapa Zeana sama sekali tidak menemukan raut putus asa di wajah polos itu.

Seolah-olah, menawarkan diri adalah hal yang biasa pemuda itu lakukan. Apakah mungkin dirinya adalah wanita yang kesekian?

Zeana, tentu tidak akan mudah luluh begitu saja dengan kepolosan yang mungkin hanyalah sekedar modus seperti ini.

"Oke, mungkin kau sudah salah paham, Anak Muda. Tapi aku tidak pernah memakai jasa seorang pria untuk menyalurkan hasratku. Lebih baik kau pergi sebelum aku memanggil para petugas keamanan."

"Aku masih perjaka, Tante. Belum pernah terjamah dan belum pernah berpacaran sama sekali. Apakah Tante sama sekali tidak tertarik? Tante juga bisa memeriksanya secara langsung jika belum yakin."

Wajah Zeana memerah. Ya Tuhan! Anak ini benar-benar ...

Kenapa menawarkan diri seperti sedang menawarkan jajanan?

"Bersama siapa kau sebenarnya?" selidik Zeana dengan tajam sambil bersedekap dada. "Katakan. Apakah ada seseorang dibelakangmu yang menyuruhmu untuk melakukannya, hah?"

"Tidak ada," jawab pemuda itu apa adanya. "Ini adalah inisiatifku agar bisa bertahan hidup."

"Bertahan hidup apanya?" Zeana mendadak jengkel.

Ia kembali mengamati keseluruhan pemuda itu, yang hanya mengenakan kaos polos lengan pendek berwarna putih, dengan celana panjang berwarna hitam. Memang terlihat polos, namun memiliki jahitan rapi dan sepertinya bahan yang digunakan sangatlah mahal. Atau hanya perkiraannya saja?

Dan pemuda itu juga hanya membawa tas kecil yang terlampir di pundak dan tidak ada benda apapun lagi di sana.

Menyadari Zeana terus diperhatikan, membuat pemuda itu tersenyum dengan begitu antusias. "Apakah Tante mulai penasaran dengan bentuk tubuhku? Aku bisa memperlihatkannya sekarang jika Tante mau."

Zeana melotot sambil membekap mulut pemuda itu dengan tatapan memperingatkan, karena ada sepasang anak muda-mudi yang baru saja melewati mereka lalu tertawa. "Kau gila! Aku sampai merinding ketika menghadapimu."

Bola mata pemuda itu bergulir mengamati mulutnya yang masih dibekap, lalu menatap Zeana lagi sambil tersenyum.

Menyadari setiap sudut bibir yang ada di dalam bekapan tangannya terangkat, Zeana panik dan segera melepaskannya.

"Aku sama sekali tidak menyangka jika Tante tidak sabar untuk menjamah tubuhku."

"Diam! Dan jangan panggil aku Tante!" Entah rona di wajahnya sudah semerah apa. Pintar sekali pemuda ini membuatnya salah tingkah. "Aku akan pulang! Dan berhentilah mengikutiku! Jika kau tidak mau mendengarkan, maka aku tak segan-segan untuk berteriak. Apa kau mengerti?" Sambil menunjuk dengan tegas.

Pemuda itu hanya menatap dengan sedih, membuat Zeana mulai diserang perasaan tidak tega. Namun tidak mungkin wanita lajang seperti dirinya membawa seorang pria ke tempat tinggalnya, karena hanya akan menyebabkan masalah dan juga fitnah jika orang-orang sekitar sampai mengetahui.

"Awas saja jika kau berbuat nekat!" ancam Zeana lagi.

Awalnya Zeana bergerak mundur hanya dua langkah, dengan sepasang mata yang terus menatap pria muda itu dengan waspada. Sadar jika pemuda itu hanya diam saja dan tidak lagi mengikuti, Zeana pun terus melangkah mundur hingga ia pun sampai ke bagian mobilnya yang masih terparkir di sana.

Gerakannya seperti sebuah robot, terus mengamati pemuda itu hingga ia bisa memasuki mobilnya dengan aman. Oke, berhasil.

Zeana mulai menyalakan mesin mobilnya dan bersiap-siap untuk pergi. Meskipun begitu, sepasang matanya tak bisa berhenti untuk melihat pemuda itu dari kejauhan yang masih setia berdiri di sana.

Tatapan yang sama, seakan ada harapan besar untuk ikut dengannya.

Tapi hei! Sadarkan dirimu Zeana. Dengan membawa pemuda itu bersamamu, hanya akan membawa banyak bencana.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku