Erina pikir dia bisa mengusir tutor baru itu. Namun yang dia alami malah membuat dirinya terikat dengan tutor baru itu.
***
Suara musik keras. Lampu temaram yang berkelap-kelip. Dentingan gelas wine. Goyangan pinggul di lantai dansa. Decakan bibir yang bertautan. Kehidupan malam yang penuh warna, meramaikan diskotik elit di pusat kota.
Semua orang terlihat menikmati malam ini dengan cara mereka masing-masing. Namun, sepertinya ada yang merana di tengah keramaian itu. Seseorang sedang mengeluh sendirian di meja bar dengan segelas anggur. Kepalanya terantuk-antuk seperti orang mengantuk. Sudah botol ke tiga dia habiskan seorang diri dengan kadar alkohol tinggi.
"Dasar brengsek!" Begitulah makian yang berulang kali keluar dari bibir kecilnya. Dia adalah seorang gadis dengan rambut pendek sebahu. Namanya Erina.
Setelah dikhianati oleh kekasihnya, dia datang ke diskotik dan memesan alkohol kadar tinggi. Kendati demikian, sudah beberapa pria mencoba menawarkan diri untuk menari atau menemaninya minum hingga tidur bersama -melihat penampilannya yang sangat terbuka, tidak sedikit mata pria yang tergoda. Namun tidak satu pun dari mereka mencuri perhatian Erina untuk pergi dari posisinya sekarang.
Erina mengenakan potongan baju yang sangat minim. Malah tidak bisa dikatakan sebagai pakaian kecuali mungkin seperti berbikini. Bagian atasnya tampak seperti bra namun dengan model yang seolah hanya menutupi cerinya saja. Dia memiliki semangka yang sangat bulat dan berisi. Barista di depannya menang banyak.
Perutnya rata dengan pinggang ramping. Sebuah rok mini menggantung di pinggulnya. Rok hitam yang terlampau pendek, sehingga hanya dapat menutupi setengah bokongnya dan memamerkan melon sintalnya yang mulus terlihat dari belakang. Apalagi saat dia bersandar malas pada meja bar, secara otomatis bokongnya menungging. Hal itu memberikan pemandangan menggairahkan bagi lawan jenis.
Tiba-tiba Erina beranjak turun dari kursi bar yang tinggi itu. Dia berjalan sempoyongan. Erina sudah mabuk berat. Sesekali dia menabrak orang yang dilewatinya dengan acuh.
Lalu seseorang menghadang jalannya. Seorang pria mesum yang sejak tadi memperhatikannya dari kejauhan. "Hey, cewek sexy, mau ikut denganku?" ujar pria mesum itu.
Erina tidak peduli dengan apapun. Dia hanya ingin pergi ke tempat yang lebih tenang. Jadi dia mengabaikan orang di depannya. Namun ternyata hal tersebut membuat pria mesum menjadi kesal. Lantas dia menarik tangan Erina ke sudut tembok. Erina didesak oleh tubuh besarnya yang sedikit gempal.
Pria mesum itu terkekeh senang. Pandangan matanya terpaku pada belahan dada Erina yang bulat. Erina mendorong badan pria itu, tetapi tenaganya tidak kuat. Tiba-tiba saja pria mesum itu menangkup dada Erina yang besar. Dia meremasnya dan memberi pijatan kasar. Membuat Erina mengeluh tak nyaman.
"Apa kau menyukainya?"
Erina tidak suka. Tetapi tubuhnya bereaksi sebaliknya. Dia menggosok-gosokkan kakinya. Erina sudah merasakan kehangatan di bawah sana. Tapi! Apakah dia akan melakukannya bersama orang jelek ini!!! Dalam mimpi saja! Seketika dia mendorong pria mesum itu sekuat tenaga sampai terjungkal. Kemudian Erina berjalan pergi.
Ketika dia sedang melenggang di koridor karaoke yang sepi, pintu di depannya tampak sedikit terbuka. Niatnya Erina hanya melewatinya dengan acuh sebelum lirikan matanya justru bergeser ke celah pintu. Sekadar mengintip sekilas, tetapi sesuatu di dalam ruang karaoke kecil itu membuat langkah Erina terhenti.
Erina terdiam di celah pintu dan mengamati dengan penasaran. Dia melihat pasangan pria dan wanita di ruangan kecil itu. Mereka berdua sedang asik bercumbu di mana si pria duduk di kursi sedangkan si wanita berjongkok di depannya.
Benda yang dimiliki pria itu lah yang telah mencuri perhatian Erina. Tatapan mata Erina hanya terfokus pada tongkat pria itu. Tampak jumbo. Sembari membayangkan bagaimana rasanya benda itu dimakan olehnya.
Sepertinya tidak mungkin bisa masuk ....
Secara sadar lelehan air merambat turun dari pangkal kaki Erina. Erina dapat merasakan dirinya bagaikan diguyur hujan sampai basah kuyup. Tiba-tiba saja matanya bertemu dengan mata pria itu. Sontak mengejutkan Erina yang bergegas pergi dengan wajah memerah.
Erina pergi dari klub itu lalu menghentikan taksi. Dia kemudian duduk di belakang kursi kemudi taksi. Taksi pun meluncur ke rumahnya. Diam-diam dia duduk dengan gelisah di kursi. Tubuhnya basah dan membuatnya merasa tidak nyaman.
Lantas dengan nekat dan hati-hati Erina melepas segitiga putihnya turun ke kaki. Dia melihat benda itu seperti kehujanan. Lalu dia menyimpannya di dalam tas kecil. Setelahnya dia sedikit membuka kakinya untuk membiarkan pendingin ruangan mengeringkan tubuhnya. Erina bersandar dengan nyaman. Tanpa sadar membuatnya ketiduran.
Supir membangunkan Erina. Memanggil-manggil namanya. Tetapi tidak ada sahutan dari Erina. Wanita itu tidur dengan sangat pulas. Karena agak kesal, akhirnya supir menekan klaksonnya dan membuat Erina terlonjak kaget.
Erina terbangun. Lalu dengan buru-buru memberikan uang pada supir. Erina membuka pintu dan melangkah keluar taksi.
Erina berjalan lunglai ke gedung apartemennya. Efek alkohol yang sangat berat membuat dia sempoyongan. Erina berusaha menjaga kesadarannya walaupun sedikit. Dia masuk ke lift yang kosong. Lalu lift terbuka lagi dengan seorang pria masuk.
Aroma parfum pria itu semerbak harum. Membuat Erina secara naluriah mengendus ke leher pria itu. Pria itu menoleh pada Erina dengan pandangan aneh.
"Nona? Ugh!" Pria itu mengibaskan tangannya saat tercium bau alkohol. "Anda mabuk berat."
Erina terkekeh garing. "Kau adalah tipeku," ujar Erina. Pria itu tampak tampan. Mengenakan hoodie hitam dan celana jeans selutut. Erina terus menggoda pria itu.
Belum lagi dengan pakaian seperti itu, Erina mengundang perhatiannya. Sehingga sedetik kemudian pria itu mendorong Erina ke dinding lift. Pria itu menangkup bagian belakang Erina. Tidak ada penolakan.
Erina setengah sadar saat mereka melakukan hal ini di dalam lift. Namun belum sampai jauh, pintu lift segera terbuka, dan pria itu memperbaiki penampilannya.
Beberapa orang berduyun masuk ke lift, sementara Erina sudah keluar lebih dulu. Pria ini ingin mengikutinya tetapi tertahan oleh sekumpulan orang-orang di sini.
Erina berjalan lunglai. Dia membuka pintu apartmentnya dengan nomor sandi. Kemudian masuk dan langsung melompat ke kasur. Dalam sekejap Erina tertidur dengan sangat pulas.
Ketika bangun di pagi hari, dia merasa sangat pusing dan berat kepalanya. Erina berjalan ke dapur untuk mengambil air dan meminum air dingin itu sampai habis segelas. Barulah kesadarannya perlahan kembali.
Erina merenggangkan tangannya ke atas. Kemudian berniat untuk mandi. Lantas dia melepas seluruh pakaiannya yang masih melekat, dan membiarkan tubuhnya mondar-mandir polosan. Toh tidak ada seorang pun di sini selain dirinya.
Dia masuk ke kamar mandi. Setelah cukup lama, Erina keluar dari kamar mandi dengan mantel handuk di tubuhnya. Lalu dia membuat roti panggang untuk sarapan meskipun jam menunjukkan waktu siang.
Dering telepon terdengar nyaring. Itu sedikit mengganggu ketenangan. Erina meraih ponsel itu dengan berat hati, dan mendapati nama asisten ayahnya menelpon. "Ada apa?" kata Erina dengan suara malas.
"Tuan Besar telah mempersiapkan keperluan nona untuk hari ini. Bahwa malam ini nona akan kedatangan tutor yang baru. Tuan Besar berharap anda tidak membuat ulah padanya."
Setelah itu sambungan ditutup sepihak oleh seberang sana.
Erina tampak muram.
***
Bab 1 Klub Malam
10/08/2022
Buku lain oleh Elga Cadistira dR
Selebihnya