Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Contract De Marriage

Contract De Marriage

Liliana3108

5.0
Komentar
34
Penayangan
10
Bab

Dipertemukan dalam suatu tragedi yang memalukan. Bela yang merupakan seorang pegawai di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, harus bertemu dengan Hendrik, orang yang harus ia hindari, dan ternyata dia adalah cucu dari pemilik perusahaan tersebut, yang juga merupakan CEO baru di tempat ia bekerja. Tentu saja hal itu tak bisa membuat Bela terus menghindar. Dipikirnya karena kesan pertama kali itu, Bela akan dipecat olehnya dan nyatanya malah sebaliknya, Hendrik malah memintanya bekerjasama sama. Menikah kontrak dengannya untuk mendapatkan hak warisan seutuhnya, karena bagi Hendrik uang adalah segalanya. Namun Bela yang menganggap sebuah rumah tangga adalah hal sakral, tak lantas menyetujuinya. Bagi Bela uang bukanlah segalanya dalam hidup walau hidupnya sangat kekurangan uang. Tapi karena sesuatu hal yang tak bisa dihindari. Bela akhirnya setuju menikah dengan Hendrik. Bagaimanakah kisah pernikahan kontrak diantara mereka? Dua orang yang memiliki perbedaan anggapan tentang uang.

Bab 1 Fille Payée

"Dum..dum...dum..dum...disssss ta..."

Suara disotik di sebuah club malam terdengar sangat kencang sampai memecah gendang telinga Bela. Apalagi suara teriak-teriakan orang-orang yang menari, menambah kebisingan di tempat itu.

"Kenapa harus bertemu di sini?" keluh Bela. Melewati orang-orang yang ada di depannya. Menggeser beberapa orang yang menghalangi jalannya.

"Maaf! Maaf!" ucap Bela cepat ketika tak sengaja menyenggol seorang gadis yang ada di samping kirinya, yang langsung berbalik untuk menatapnya. Dia diam, melihat Bela sambil mengangguk tak jelas. Entah karena menjawab ya atau mengikuti alunan musik yang diputar.

"Maaf Mba!" ucap Bela lagi, cepat-cepat menghindar dari gadis yang kehilangan akalnya itu.

Setelah menembus beberapa orang di depannya, Bela kembali melihat tempat yang terlihat remang-remang itu. Mencari sosok wanita yang ia kenal.

"Di sini Bel!" panggil teman wanitanya, mengacungkan tangannya ke atas. Memberikan tanda ke Bela bahwa dia ada di sana.

Melihatnya, Bela jadi agak ragu untuk mendekat. Di tempat temannya itu, hampir seluruh teman duduknya adalah laki-laki semua.

"Ayo duduk!" ajak temannya itu.

Bela terpaksa datang menghampiri temannya itu karena tidak ada pilihan lagi. Dia datang ke sana untuk meminjam uang.

"Kita bicara di luar aja. Di sini ribut!" ucap Bela dengan suara keras. Tak mau duduk. Apalagi semua mata laki-laki yang sedang duduk dengan temannya itu terarah padanya.

"Aku gak bisa keluar. Aku bentar lagi mau manggung!" jawab temannya itu yang seorang DJ di club itu. Berbicara dengan suara sedikit keras juga karena alunan musik yang sangat kencang.

"Duduk aja dulu!" ajak temannya itu.

"Ayok duduk di sini!" ucap laki-laki di sebelah temannya itu, memberikan tempat duduk untuk Bela. Sementara itu dia pindah ke sisi yang lain.

Karena sangat butuh pertolongan temannya itu. Mau tak mau bela jadi duduk di tempat yang sudah diberikan.

"Terima kasih!" balas Bela.

"Don't judge people by cover!" gumamnya dalam hati. Menenangkan hatinya yang merasa takut untuk datang ke tempat itu.

"Jadi bagaimana?" tanya Bela langsung pada intinya.

"Ohhhh itu....," balas temannya itu lagi. Melihat ke arah teman-teman prianya. Seolah memberikan kode untuk temannya itu.

"Kamu mau uang berapa?" tanya teman laki-laki dari temannya itu. Membuat Bela terkejut dan langsung melihat ke arah laki-laki yang bertanya padanya itu.

"Kamu memberitahunya?" tanya Bela pada teman wanitanya, menatapnya dengan tatapan tajam.

"Aku lagi gak punya uang. Kamu bilang aja ke dia. Dia orang kaya!" bisik temannya itu ke Bela. Tersenyum kembali ke arah laki-laki itu setelah dia selesai mengatakannya.

"Seharusnya kamu bilang kalau memang tidak ada!" balas Bela, merasa kesal. Dia bangun dari tempat duduknya dan segera pergi dari tempat itu. Tapi laki-laki yang tadi bertanya padanya itu langsung berdiri menghadangnya.

"Bro! Dia gak mau sama kamu....," teriak temannya yang lain sambil tertawa.

"Diam kalian!" bentak laki-laki itu. Melihat kembali ke arah Bela.

"Aku hanya mau membantumu!" balasnya, melirik ke arah Cika yang ada di belakang Bela.

"Ya Bel. Dia ini temanku. Jadi dia juga temanmu!" balas Cika, ikut berdiri sambil menepuk pundak Bela.

Saat ini Bela marah bukan karena dia di goda hanya saja karena malu, semua orang jadi tahu dia sedang membutuhkan uang dan lagi, ditawari uang oleh laki-laki yang sering datang ke club membuatnya berpikir dirinya seperti gadis bayaran saja.

"Ambil saja. Dia orangnya baik kok!" bisik Cika lagi,

"Laki-laki memberikan sesuatu pada seorang pasti ada maunya. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Jadi apa sebenarnya maumu?" tanya Bela dengan tegas langsung pada intinya.

"Aku hanya ingin berteman denganmu!" jawab laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Bela.

"Berteman?" tanya Bela mulai memikirkan kembali permintaan laki-laki itu. Pasalnya dia sangat membutuhkan uang untuk Ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit.

"Teman ranjang maksudnya!" sahut teman-temannya yang lain sambil tertawa ngakak.

"Kalian bisa diam gak...," tekan laki-laki itu sambil memberi isyarat ke teman laki-lakinya yang lain.

Mendengarnya, Belapun jadi semakin emosi. Apalagi sosok wanita tiba-tiba datang menghampiri laki-laki itu dan melingkarkan tangannya di leher laki-laki itu, membuat Bela semakin berprasangka buruk dengan niat laki-laki itu.

"Ada apa ini sayang?" tanya wanita itu dengan manjanya, meliuk-liukkan tubuhnya di sekitar laki-laki itu.

"Jadi bagaimana? Kamu mau atau tidak? Aku hanya menawarkan bantuan satu kali saja!" ucap laki-laki itu.

"Daripada menerima bantuan darimu. Aku lebih mati!" balas Bela dengan nada tegas, menatap laki-laki itu dengan tatapan jijik.

Bela melepaskan tangan Cika yang ada di pundaknya dan menatap temannya itu dengan tatapan tajam. Kecewa sekali rasanya pada Cika, merasa Cika sedang menjualnya pada laki-laki buruk yang ada di depannya.

"Menjijikkan!" umpat Bela dengan suara pelan saat melewati laki-laki yang ada di depannya itu.

Tak terima dikatai seperti itu, laki-laki itu lantas langsung memegang tangan Bela. Membuat Bela berhenti dari langkah kakinya. Namun, Bela yang sudah terlanjur merasa jijik pada laki-laki itu, lantas langsung berbalik ke belakang dan melayangkan tangannya ke arah wajah laki-laki itu.

"Plakkkkk," suara tamparan Bela mengalahkan musik yang sedang diputar di club itu. Membuat semua orang jadi melihat ke arahnya.

"Jangan sentuh aku!" tekan Bela, menggertakkan giginya.

"Bel.....," panggil Cika ketakutan. Langsung menghampiri Bela.

"Maaf. Dia gak bermaksud seperti itu!" ucap Cika cepat, membelakangi Bela seolah untuk melindungi Bela dari laki-laki itu.

"Belagu sekali kamu!" ucap wanita yang ada di samping laki-laki itu berdecak kesal.

"Kamu gak apa-apa kan?" tanya wanita itu dan teman-temannya yang lain, yang langsung mengelilinginya saat di melihat laki-laki itu di tampar oleh Bela.

"Ada apa itu?"

"Sepertinya dia menamparnya!"

Bisik para penghuni club tersebut. Berdiam diri sambil menonton mereka.

"Cepat minta maaf!" bisik Cika dengan suara pelan. Menarik tangan Bela agar meminta maaf pada laki-laki itu.

"Untuk apa?" balas Bela, menarik tangannya.

"Kamu......," ucap laki-laki itu, mengarahkan wajahnya ke arah Bela dengan mengepalkan kedua tangannya.

Cika yang ada di depan Bela, ditariknya untuk menyingkir.

"Dia gak bermaksud seperti itu Hen!" cegah Cika, mencoba menghentikan laki-laki yang bernama Hendrik tersebut.

"Diam kamu!" tunjuk Hendrik ke Cika membuat Cika langsung diam.

Walau melihat amarah yang dipancarkan oleh Hendrik, Bela sama sekali tak gentar. Dia diam dengan tubuh tegap seolah menantang Hendrik. Membuat Hendrik tertawa sinis.

"Dari mana datang keberanianmu itu?" ucap Hendrik dengan nada kesal.

"Untuk apa aku takut?" balas Bela dengan senyuman tipis. Tambah menantang Hendrik.

"Kamu pikir kamu seberharga itu? Dengarkan aku, kamu tidaklah berharga dari alas kakiku. Kamu bahkan tak ada nilanya di mataku. Jadi jangan anggap dirimu seberharga itu!" tekan Hendrik dengan sudut bibir naik sebelah sambil mendorong kening Bela dengan telunjuknya beberapa kali. Tersenyum licik dengan merendahkan harga diri Bela. Membuat batas kesabaran Bela habis.

Bela yang tidak terima, akhirnya menjambak rambut Hendrik dengan sekuat tenaga sampai laki-laki itu tertunduk di depan Bela.

"Hei!" teriak Hendrik. Mencoba melepaskan dirinya. Sedangkan orang -orang yang ada di sana hanya terdiam kaget melihatnya. Mereka kaget karena Bela yang begitu berani menantang tuan muda tersebut.

"Lepaskan!" teriak Hendrik, hendak menarik rambut Bela juga. Tapi Bela yang sedikit lincah darinya bisa menghindar dan malah semakin menekan kepala Hendrik ke bawah sampai wajahnya hampir menyentuh lantai.

"Kalian! Kenapa kalian diam?" tegur Hendrik ke arah teman-temannya yang tertegun menonton mereka.

Cika yang tak tega melihat temannya di serbu ramai-ramai, memberi isyarat ke Bela untuk segera lari. Sebelum teman-teman Hendrik itu bertindak.

Benar saja, melihat teman-temannya Hendrik sudah mulai berdiri untuk menghampirinya. Bela langsung melepaskan tangannya dan kemudian menendang kaki Hendrik dengan sekuat tenaga.

"Laki-laki menjijikkan!" umpat Bela, langsung kabur dari tempat itu.

Orang-orang yang melihat keberanian Bela, serempak bertepuk tangan sambil berteriak.

"Keren! Keren!" teriak mereka tanpa tahu siapa Hendrik. Membuat Hendrik semakin geram dan bahkan sampai mengumpat beberapa kali.

"Sial!" ucapnya, menggertakkan giginya sambil mengepalkan kedua tangannya. Keluar dari club tersebut.

"Hen! Bayarnya?" tanya temannya.

"Bayar sendiri!" balas Hendrik berdecak kesal, melewati orang-orang yang masih meneriakinya.

Keluar dari club malam tersebut, Hendrik langsung dijemput oleh seseorang.

"Sudah selesai?" tanya supir pribadinya.

"Ya. Jangan kasih tahu Kakek aku ke sini!" balas Hendrik, masuk ke dalam mobil. Duduk santai di belakang pengemudi. Dia kembali menggertakkan giginya.

"Aku pasti akan membalasnya!" ucapnya dengan tatapan membara.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Liliana3108

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku