Clarissa tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah dua tahun menetap di Jakarta. Pekerjaannya sebagai perempuan malam, membuat Clarissa harus putar otak untuk menjaga tubuhnya sendiri. Saat seorang laki laki tampan muncul sebagai 'pelanggan' tetapnya, hari hari Clarissa mulai tidak beraturan. Semuanya rahasia dan misi yang dia jalankan selama bekerja sebagai perempuan malam, harus sia sia karena ulah laki laki yang bernama Arga. Laki laki gila itu sudah seperti penguntit bagi Clarissa. Bermacam cara Clarissa lakukan agar terlepas dari Arga. Sayangnya, Arga dengan segala kekuasaannya akan memiliki apa yang dia inginkan. Termasuk menginginkan Clarissa. Sayangnya, kebencian Clarissa pada laki laki, membuat Arga harus berjuang dengan keras untuk mendapatkan hati Clarissa. Bukan hanya itu, Arga juga mendapat penolakan keras dari saudara kembarnya tentang keberadaan Clarissa, hingga menimbulkan banyak pertengkaran hebat.
Jakarta memang tidak pernah terlepas dengan dunia malamnya yang seakan tak pernah mati, sama seperti perempuan berparas cantik bertubuh seksi yang sudah terbiasa dengan kehidupan malam yang gemerlap.
Tak perlu menggunakan pakaian yang minim dan nyaris menampakkan seluruh tubuh, Clarissa hanya cukup memakai off the shoulder lace crop top berwarna hitam, di padukan dengan rok jeans ketat di atas lutut beraksen sobek di bagian pahanya. Tidak terlalu mencolok, tapi berhasil menjadi pusat perhatian para lelaki tampan dari yang muda hingga tua yang berada di dalam klub malam tersebut.
Tanpa ragu, Clarissa melenggang santai melewati kerumunan manusia yang sedang meliuk liukkan tubuh mereka di iringi dentuman musik yang dibawakan oleh DJ perempuan yang berpenampilan sangat seksi.
Dengan sikapnya yang terkenal dingin, Clarissa mendatangi sebuah meja VIP yang tengah diduduki oleh seorang dua orang perempuan beda usia serta satu laki laki berusia yang hampir memasuki kepala empat yang tengah duduk sambil memangku seorang perempuan muda di antaranya.
'Cih! Aku akan merebut semuanya dari kamu, agar kamu tahu kehilangan sesuatu yang berharga itu sangat menyakitkan,' batin Clarissa menyeringai.
"Hei, Sayang. Kamu sudah di sini? Madam kira kamu tidak akan datang biasanya," ucap perempuan paruh baya yang menggunakan full make up yang sering di panggil sebagai Madam sambil berdiri mendekati Clarissa.
Clarissa tersenyum tipis, lalu menarik tubuh Madam dan mencium pipi kiri dan kanan madam secara bergantian.
"Ya, sepertinya aku harus datang." Melirik perempuan yang sedang beraksi menggoda pria matang yang kini justru mengarahkan tatapan laparnya pada Clarissa.
"Sini, duduk." Madam menarik tangan Clarissa dan mendaratkan pantatnya di atas sofa empuk berwarna coklat itu. "Tuh diminum. Madam pesan khusus untuk kamu loh." Mengarahkan wajahnya pada meja yang telah tersedia beberapa botol minuman alkohol dengan berbagai merek ternama serta gelas kaca berkaki.
Clarissa sendiri sebenarnya tidak terlalu suka mengkonsumsi alkohol. Selain tidak bisa minum, dia juga harus mengontrol kesadarannya agar pekerjaannya berjalan dengan baik. Tapi, demi menjaga jaga dari cibiran rekan lainnya, Clarissa terpaksa meneguk sedikit minuman itu .
"Jadi, aku free malam ini, Madam?" Mengambil gelas kaca yang telah berisi minuman alkohol dengan begitu elegan.
Madam memainkan bola matanya ke kiri dan kanan dengan bibir yang bergerak maju mundur seakan sedang berpikir keras untuk menjawab pertanyaan dari 'anak asuh' kesayangannya itu.
Mendengar kata free, entah kenapa laki laki yang duduk di hadapannya itu segera bersemangat, matanya berbinar binar seolah mendapat santapan daging segar di depan matanya. Bahkan kini tangannya mendorong tubuh perempuan yang sejak tadi bergerak menggodanya dan nyaris membangkitkan keperkasaannya, hingga perempuan yang berpakaian seperti menggunakan handuk itu turun secara paksa.
"Kenapa? Aku lagi membangkitkan hasratkmu," ucapnya dengan nada yang di buat semanja mungkin.
Tak menghiraukan perempuan yang telah dipilihnya itu, laki laki itu justru mengulurkan tangannya pada Clarissa. "Temani aku malam ini, Babby."
"Tapi, Chris. Malam ini aku yang bertugas memuaskanmu, kamu sendiri yang sudah memilihku dari Madam. Kamu tidak bisa seenaknya begitu saja," teriak perempuan itu dengan api amarah yang berkobar kobar.
"Aku sudah tidak bergairah denganmu, Eliza." Laki laki bernama Chris itu melemparkan tatapan jijik pada Eliza.
Eliza menggeram kesal, sebelah kakinya menghentak keras lantai bangunan itu. "Memangnya aku kurang seksi seperti apa lagi? Nanti saat kita di kamar, kamu bisa melihat semua aset milikku yang indah ini. Ayolah, Chris. Kita bisa pergi sekarang juga jika kamu mau." Kata kata menjijikkan itu meluncur bebas dari mulut Eliza--perempuan yang telah menjebak Clarissa enam bulan yang lalu, sampai akhirnya Clarissa membenci tubuhnya sendiri dan memilih untuk bekerja menjadi wanita pemuas nafsu birahi pria hidung belang.
Seringai licik tercetak jelas di wajah Clarissa. Sudut bibir menawannya tertarik ke atas menyaksikan drama yang sedang di gelar oleh mantan temannya itu.
"Heem... sepertinya aku butuh beristirahat malam ini." Clarissa menyentuh ujung jari jari Chris sekilas. Dirinya berniat berdiri dari duduknya. Sampai tangan Madam menghentikannya.
"Clarissa, sebenarnya ada satu pelanggan kamu yang sudah membayar full, bahkan dua kali lipat." Madam mendekatkan bibirnya di telinga Clarissa. Berniat untuk menyembunyikannya dari Eliza dan Chris.
Jelas saja Clarissa bersemangat mendengar kata 'dua kali lipat' dalam ucapan Madam itu. Tapi, bukan Clarissa namanya jika tidak bisa menyembunyikan ekspresi girangnya karena akan menerima pundi pundi rupiah yang mengalir deras di rekeningnya. "Katakan dimana alamatnya, Madam."
Madam menggelengkan kepalanya, lalu ia mengarahkan wajahnya ke sisi kanan Clarissa. "Kamu sudah di jemput sejak tadi."
Clarissa segera mengikuti pergerakan arah wajah Madam, di sana matanya bisa melihat seorang laki laki dengan setelan serba hitam, berkepala plontos lengkap dengan kacamata yang menyangkut di batang hidungnya.
'Astaga, menyeramkan sekali. Masa iya aku harus melayani orang seperti itu. Pasti misiku sulit untuk berjalan lancar ini,' batin Clarissa dengan perasaan was was.
"Pergilah, layani dia dengan baik. Bukan tidak mungkin kamu bisa mendapatkan bonus darinya, sayang." Madam mengedipkan sebelah matanya pada Clarissa.
Clarissa tidak akan menolak siapa pun pelanggan yang berani membayarnya lebih, apalagi dua kali lipat seperti ini. Pasalnya, tarif dalam satu kali kencan saja, dirinya mematok harga puluhan juta, mengingat pamor Clarissa semakin melejit setelah bergabung menjadi anak asuh Madam, menggeser posisi Eliza yang hanya bertarifkan belasan juta saja. Clarissa menganggukkan kepalanya, dan segera berdiri untuk menjalankan pekerjaan rutinnya yang hampir setiap malam tidak pernah absen.
"Oh, akhirnya kamu setuju, Babby." Chris tanpa aba aba memeluk tubuh Clarissa yang hendak berjalan melewatinya.
"Sialan!" guman Clarissa kesal sambil mendorong paksa dada Alex. "Lepasin aku. Aku harus pergi."
Chris tak menghiraukan ucapan Clarissa yang masih terdengar jelas di telinganya. Dengan nafsu yang sudah di ubun ubun, Chris mencecap bibir menawan Clarissa. Membuat Madam menggelengkan kepalanya dengan kelakuan laki laki yang telah memiliki istri dan seorang anak itu.
"Bajingan, lepas!" Kembali Clarissa mendorong kasar dada Chris hingga bibirnya berhasil bebas dari lumatan kasar Chris.
Buuuk!
Tubuh Chris jatuh ke lantai saat seorang pria berkepala plontos bertubuh kekar itu menghantam wajah Chris yang dipenuhi dengan hasrat menggebu itu.
"Dia milik bosku, malam ini. Jangan berani menyentuhnya lagi," geram laki laki itu.
'Haah? Bos? Ternyata dia hanya bodyguard laki laki hidung belang yang telah membayarku dua kali lipat?' batin Clarissa terperangah.
Tak ingin berlama lama lagi di sana, setelah puas menghantam Chris, laki laki itu meminta Clarissa untuk mengikutinya keluar dari dalam bangunan klub mewah nan berkelas itu.
Kini Clarissa telah berada di dalam sebuah mobil sporty yang di kendarai bodyguard pelanggannya malam itu. Sambil sedikit meringis akibat luka di bibir dalamnya karena gigitan kasar Chris beberapa saat tadi, Clarissa memberanikan diri untuk bertanya pada bodyguard tersebut.
"Kalau aku boleh tahu, siapa bosmu itu?"
Laki laki berwajah garang itu melirik Clarissa dari balik kaca spion tengah yang ada di dalam mobil tersebut. Tidak ada senyum di wajahnya, tidak ada ekspresi amarah juga di sana, membuat Clarissa bergedik ngeri menyaksikan tatapannya. Padahal, laki laki itu menggunakan kacamata hitam, tapi rasanya Clarissa seolah akan dikuliti oleh laki laki itu.
'Gila, ini bodyguard mengerikan sekali sih. Untung saja pelanggannya bukan dia, bisa kalang kabut aku di buatnya,' batin Clarissa.
Jarak dari klub mewah tempat dirinya bertemu Madan hingga ke hotel bintang lima itu tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit saja, dan mereka telah tiba.
Seperti biasanya, sebelum memasuki hotel yang akan menjadi tempatnya mengais pundi rupiah, Clarissa selalu menggunakan kacamata hitam dan mengikat rambutnya ke atas. Untuk apa? Entahlah, yang jelas Clarissa selalu menyukai gayanya tersebut sebelum menyambut pelanggannya dari dalam kamar hotel.
Tanpa banyak bicara, Clarissa mengikuti pergerakan langkah bodyguard tersebut yang membawanya hingga berada di lantai dua puluh dua. Langkah Clarissa melambat saat tubuh bodyguard itu berhenti tepat di depan pintu yang di yakini Clarissa adalah President suite, kamar dengan pelayanan lengkap nomor satu di hotel tersebut.
Entah kenapa nyali Clarissa sedikit menciut seketika, padahal ini bukan untuk yang pertama kalinya dirinya akan bertemu dengan pelanggan kaya rayanya. Namun, ini baru yang kedua kalinya Clarissa menginjakkan kakinya di President suite hotel untuk memuaskan hasrat pelanggannya, setelah malam sial yang merenggut paksa keperawanannya enam bulan yang lalu. Sebelumnya, para pelanggan Clarissa hanya akan menyiapkan kamar hotel dengan fasilitas terbaik nomor dua. Hal ini membuat Clarissa berpikir, apakah pelanggannya orang yang sama dengan malam itu--laki laki tua bajingan yang tidak memiliki hati saat mencumbuinya secara brutal.
"Silahkan masuk, Nona," ucap bodyguard itu setelah pintu kamar tersebut terbuka dari dalam dan menampilkan seorang pria berpakaian formal dengan wajah yang terlihat tampan.
Clarissa segera tersadar dari lamunan menjijikkan enam bulan yang lalu. Rasanya saat ini juga Clarissa ingin memaki semua laki laki yang bertemu dengannya. Tapi, melihat kegarangan wajah laki laki di hadapannya membuat Clarissa mengurungkan niatnya.
"Ya." Menampilkan senyum palsu di wajahnya, lalu menatap laki laki lainnya yang sedang menatapinya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Clarissa?" tanya laki laki yang berdiri di balik pintu dari arah dalam.
"Yes, i'm," sahut Clarissa tanpa melepas kacamatanya.
'Benar itu dia. Tidak aku sangka penampilannya berubah derastis. Sikapnya juga terlihat lebih dingin, mengalahkan dinginnya suhu ruangan di dalam,' batin laki laki itu dengan sebelah alis yang terangkat.
Melihat pelanggannya itu terdiam beberapa saat, akhirnya Clarissa sengaja mengeluarkan suara deheman, lalu melepaskan ikat rambutnya, membiarkan rambut panjang bergelombangnya terurai begitu saja. Ini juga termasuk dalam trik yang dilakukan Clarissa dalam menarik perhatian pelanggannya. Apakah Clarissa semurah itu pada pria asing? Jawabannya hanya menunggu beberapa saat lagi, dan kita semua akan mengetahuinya.
"Sorry. Ayo masuk, kau sudah di tunggu." Laki laki itu melebarkan tangan kanannya untuk menghormati kedatangan Clarissa.
'Ha? Jadi bukan dia juga pelangganku? Ini apa apaan? Kenapa aku merasa di permainkan seperti ini?' batin Clarissa mulai kesal.
Tak ingin terburu buru dalam mengambil kesimpulan, Clarissa kembali melangkahkan kakinya, memasuki ruangan termewah di dalam hotel tersebut. Dari balik kacamatanya, Clarissa mengedarkan matanya, mengagumi setiap keindahan nuansa keemasan di dalamnya dengan berbagai fasilitas yang membuatnya takjub.
Langkah kaki Clarissa saat ini telah membawanya ke dalam salah satu kamar, dan kembali terhenti begitu mendengar sapaan laki laki yang menyambutnya dengan seseorang yang tampak duduk di sofa tunggal di dalam kamar itu.
"Tuan Muda, Nona Clarissa telah berada di sini," ucap laki laki bersetelan formal itu.
"Pergilah. Dan jangan ganggu waktuku sampai aku yang memintamu untuk kemari." Suara bariton yang mendominasi kamar berukuran luas itu mampu membuat Clarissa penasaran pada sosok laki laki yang di panggil tuan muda itu. Pasalnya, laki laki tersebut sedang menutup wajahnya dengan majalah bisnis yang sedang berada ditangannya..
"Baik, Tuan Muda." Menundukkan kepalanya sopan, lalu pergi meninggalkan kamar tersebut.
Tanpa menunggu aba aba, Clarissa berjalan mendekati Tuan Muda yang belum di kenali namanya itu.
"Selamat malam, Tuan Muda," ucap Clarissa di iringi dengan kacamatanya yang terangkat ke atas.
Perlahan majalah yang menutupi wajah laki laki itu menyingkir dan menampilkan keseluruhan wajah sang tuan muda.
'Ah sial, kenapa tampan sekali pelangganku kali ini.'
Clarissa menelan salivanya kasar, senyum tipis di bibirnya terurai dengan kedua mata yang tertunduk ke bawah untuk menghilangkan rasa kagumnya itu. Bagaimana pun juga, Clarissa tidak akan pernah ingin melibatkan hati dan perasaannya pada setiap pelanggannya. Baginya, tidak ada satu pun laki laki yang pantas untuk menerima perasaan cintanya, setelah kejadiaan malam itu.
"Anda terlambat, Nona." Seringai licik terlihat jelas di wajah pelanggan Clarissa.
"Benarkah? Apa itu menjadi masalah buat anda, Tuan Muda?" sahutnya santai.
Laki laki yang menggunakan bathrobe berwarna putih itu berdiri dari duduknya, mendekati Clarissa lalu berjalan mengitari tubuh seksi nan menggoda milik Clarissa.
"Aku membayar mahal untukmu, apakah pantas aku menerima keterlambatanmu ini?"
"Aku bisa mengganti rugi keterlambatanku ini, Tuan Muda. Anda tenang saja." Suara Clarissa di buat setenang mungkin, padahal rasa gugupnya mulai menjalar ke tubuhnya, karena secara tak sengaja hidungnya mencium aroma maskulin yang dominan dari tubuh pelanggannya itu.
Laki laki itu menghentikan pergerakan kakinya tepat di belakang Clarissa. Perlahan tangannya menyibak rambut panjang bergelombang Clarissa dan meletakkannya kedepan, lalu mendekatkan wajahnya di tengkuk Clarissa, sambil berbisik, "Katakan padaku, bagaimana caramu akan menggantinya?"
Seketika sekujur bulu roma Clarissa berdiri saat merasakan hangat napas yang keluar dari melalui hidung dan mulut pelanggan muda dengan sejuta pesonanya itu.
Cup!
Ciuman lembut nan basah itu mendarat di leher jenjang Clarissa dari arah belakang, membuat Clarissa menggerakkan sedikit kepalanya karena sensasi geli yang dirasakannya.
'Sial, kenapa aku jadi lemah seperti ini? Sadar Clarissa, sadar. Bukan dia yang harus memulai permainannya, tapi kamu? Kamu harus menjalankan misi seperti biasanya,' batin Clarissa menyadarkan kembali kewarasannya yang nyaris terbuai.
"Katakan, Honey. Cara apa yang akan kamu gunakan, heum?"
Bab 1 Dia Milik Bosku
09/06/2022
Bab 2 Don't Call Me Baby
09/06/2022
Bab 3 Mission Complete
09/06/2022
Bab 4 Permintaan Amira
09/06/2022
Bab 5 Satu Minggu Milikku
09/06/2022
Bab 6 Sentuhan Lembut Arga
09/06/2022
Bab 7 Terungkap
09/06/2022
Bab 8 Jangan Tinggalkan Bekas Apapun
09/06/2022
Bab 9 Peringatan dari Araya
09/06/2022
Bab 10 Saudara Kembar
09/06/2022
Bab 11 Hukuman ala Arga
09/06/2022
Bab 12 Aksi Nekat Clarissa
09/06/2022
Bab 13 Dia Istriku
09/06/2022
Bab 14 Keangkuhan Eliza
10/06/2022
Bab 15 Keangkuhan Eliza
12/06/2022