Dear Clarissa
t keduanya beradu tatap. "I'm Clarissa. Don't call me Baby o
dua botol red wine dan dua gelas kaca berkaki di sana. Clarissa duduk di atas sofa tu
utih bersih yang mampu menggoda iman siapa pun. Rambutnya yang tergerai kedepan, dia rapikan k
Tuan muda?" katanya tersenyu
g sulit ditebak. Tidak seperti perempuan perempuan 'panggilan' lainnya yang dengan malu malu akan segera naik ke atas tubuhnya. 'Kenapa dia terlih
edang sibuk menuangkan red wine ke d
mu karena terlambat?" tanya laki lak
lahan bergerak naik dan merapikan ujung bathrobe yang dikenakan laki
idalam dirinya. Laki laki itu langsung menangk
ja tidak ada sofa di belakangnya
sofa memang bagian dari rencananya, meski pun berciuman tidak masuk dalam misinya
mpai dia tidak mengetahui pergerakan tangan Clarissa yang sedang m
ua bibir mereka terlepas. "Slow down." Menyeka bibir bawahnya yang tera
s yang telah terisi cairan red wine di dal
g di panggil dengan sebutan tuan muda itu, sam
uan muda meneguk hingga tandas red wine ya
ikan wajah pelanggannya yang mulai memerah
u jembatan untuk kamu menjadi seperti ini, heum?" Lalu mengecup basah pundak Clarissa
u maksud?" tanyanya berusaha tenang. Meski pun sebenarnya Clarissa mulai khawatir jika laki laki tersebut a
k mulus Clarissa. Sesekali dia mencium leher jenjang Clari
terpejam dan tubuh yang lunglai. Sebelum dia benar benar tidak s
elinga sang pelanggan dengan suara yang dib
, Honey," katanya seraya
ka berhubungan dengan laki laki ya
di lantai karena reaksi obat tidur yang Clarissa m
a Arga itu, Clarissa mencari kembali ingat
mata yang memutar. "Arga? Siapa dia sebenar
rtanyaannya sendiri, Clarissa segera membawa tubuh Arg
pai ranjang segala. Menambah pekerjaanku saja," gerutu
a. Di sinilah Clarissa akan melancarkan aksinya. Mulai dari dasi, kemeja hingga celana yang dikenakan Arga, dia tanggalkan semuany
t jelas wajah Arga dalam jarak yang sangat dekat. Sekali lagi, dia mencoba u
Siapa pun kamu, yang pasti kita tida
akhir Clarissa tidak sekali pun berhubungan badan dengan para pelanggannya. Dia terpaksa melakukan ini semua hanya untuk meraup pundi pundi rupiah da
ng kelam ini. Di usianya yang masih sangat muda, Clarissa harus terjerumu
gangkan otot ototnya. Tak ingin meninggalkan curiga bagi para pengawal Arga, dia
sofa sambil memainkan ponselnya. Tak lupa earphone yang terpas
kan selalu mampir untuk membuatnya menangis tersedu. Seperti sekarang, Clarissa p
sudut pembatas. "Kalau mama tahu Rissa seperti in
an indah masa kecilnya yang begitu bahagia. Di balik sosoknya yang dingin, Clarissa hanyalah seoran
n tubuhnya yang mulai membeku, dia nyaris saja tertidur ji
a untuk mematikannya, agar Arga tak
nama 'My Soul' tampil di layar kaca ponsel
asih mau yang berbayar. Astaga, rasanya, ingin sekali aku meludahinya," guman Clarissa me
buah pesan singkat tiba tiba masuk dan muncul di layar uta
anggilanku. Aku tahu Arga seda
ar hotel, tapi masih sanggup bertahan." Entah pujian atau cibiran yang Clarissa ka
an tersebut bersuara, sampai akhirnya dia beranikan diri untuk menjawab panggilan te
eser tombol gagang telpon berwarna h
ana