Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
28.2K
Penayangan
69
Bab

Hal yang terakhir kuingat adalah kondisiku yang menggenaskan. Lantas bagaimana aku kembali bernafas dengan tubuh yang dibalut dengan hanfu putih yang mengingatkanku dengan pakaian tradisional zaman dulu. Melihat kondisiku yang masih bernafas, banyak pertanyaan yang muncul dalam kepalaku. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah saat ini aku sedang bermimpi? Tapi bagaimana bisa orang yang telah mati merasakan sakit dari guncangan hebat benda persegi yang membawaku? Bagaimana bisa aku merasakan sakit dan nyeri saat kedua pundakku menabrak kedua sisi kayu yang berada di sisi kanan dan kiriku? Bukankah orang yang telah mati tak mampu merasakan apapun? Terlalu pusing dengan pikiranan dan pertanyaan - pertanyaan yang terus bermunculan dalam kepalaku, aku lantas memilih bangun dan mendudukan diriku. Baru saja aku bangun dari tempat yang kutiduri, seketika kedua bola mataku terbelalak terkejut saat menyadari tempat yang menjadi tempat tidurku. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa aku bangun dari peti mati? Apa yang sebenarnya terjadi padaku, bukankah aku telah mati di tangan tunanganku sendiri? Lantas apa ini?

Bab 1 Mati dan Hidup Kembali

Hal yang tak pernah ku bayangkan dalam hidupku adalah saat pria yang menyandang status sebagai tunanganku itu memukulku dengan keras hingga aku terlempar dan terjatuh tepat di atas sofa panjang yang ada di apartemennya. Aku tak pernah melihatnya memancarkan tatapan tajam dan mengerikan seperti yang ia tunjukan sekarang, selama kami menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih, ia selalu memberiku tatapan teduh yang berhasil membuatku nyaman. Namun hari ini, entah hanya firasatku saja, aku merasakan ia berbeda.

Aura yang ia keluarkan, tatapan yang ia berikan, serta perasaan asing yang kurasakan seketika berhasil membuatku merasa ketakutan.

Aku memegang pipiku yang terasa sakit akibat satu pukulan yang ia berikan dan berhasil merobek sudut bibirku. Ku tatap pria yang selama beberapa bulan setelah statusnya berganti menjadi tunanganku dengan tatapan berkaca - kaca, jujur melihatnya saat ini membuatku merasa amat ketakutan dengan sosok lain yang ada pada dirinya dan baru ia tunjukan saat ini.

"Na Na ..." panggilnya dengan suara terkejut seakan - akan ia baru saja sadar dari perbuatan yang ia lakukan padaku.

Aku menatapnya takut - takut, tubuhku bahkan telah bergetar ketakutan karna perbuatannya padaku. Aku tak tahu hal apa yang membuatnya memukulku hari ini, padahal yang ku tahu, aku tak melakukan kesalahan apapun yang membuatnya lantas merah dan memukulku.

"Na Na.. mengapa kau menjauh?" tanyanya saat aku beranjak bangun dari sofa dan terus melangkah mundur dan menjauh darinya "Na Na.. aku minta maaf, aku tak bermaksud menyakitimu, percayalah padaku" pintanya yang entah mengapa membuat hatiku hampir saja luluh.

Aku lantas menggeleng kuat bagaimanapun kewarasanku menolakku percaya dengan perkataannya bahkan bujukan dan rayuan yang ia lontarkan, saat ini yang terbesit dalam benakku hanyalah ingin segera pergi dari sini. Sebab jujur saja aku mulai takut dengan sosok tunanganku.

"Na Na, aku minta maaf" katanya

Tatapan memohonnya perlahan berubah, ia dengan kasar menghampiriku dan menarikku dalam dekapannya, ia memelukku dengan sangat erat hingga aku kesulitan bernafas. Aku lantas memukul dadanya kuat, lalu mendorongnya dengan sekuat tenaga. Aku menatapnya dengan tatapan nyalang, bahkan aku tak tahu dari mana keberanian itu muncul untuk menatapnya demikian.

"Jun Jie, apakah kau sudah gila dengan ingin membunuhku?" teriakku

He Jun Jie lantas tertawa, ia lalu memberiku senyum miring yang entah mengapa berhasil membuatku kehilangan nyaliku. Ia lalu berkata "Aku memang berniat membunuhmu" balasnya yang entah mengapa membuatku merinding ketakutan karnanya.

He Jun Jie, laki-laki yang bekerja sebagai seorang manejer di perusahan keluargaku itu lantas melangkah mendekat. Aku yang menyadari kedatangannya lantas mendapat peringatan tanda bahaya, aku dengan cepat lantas meraih tas selempangku dan bergegas berlari keluar dari apartemen tunanganku.

Namun belum jauh aku berlari, He Jun Jie berhasil menangkapku. Ia lalu dengan kasar menarik rambutku hingga aku meringis. Rasa sakit yang kudapatkan dari tarikannya berhasil membuatku menangis saat merasakan rambut yang begitu ku jaga dan kurawat pada akhirnya harus tercabut dari ubung - ubungku.

"Jun Jie, lepaskan!"

"Tolong!"

"Tolong...!"

Aku terus saja berteriak, namun lorong apartemen Jun Jie saat ini sangat sepi. Mungkin dikarenakan para penghuni unit apartemen yang lain sedang bekerja, atau mereka tak mendengar teriakanku.

Jun Jie menyeretku kembali menuju unit apartemennya, ia berusaha membuka pintu dengan cepat sebelum para penghuni apartemen lain keluar dari apartemennya karna teriakanku. Merasa frustrasi karna apartemennya tak kunjung terbuka, sedangkan aku terus meronta dan meminta tolong, Jun Jie lantas dengan kasar dan keras membenturkan kepalaku pada pintu unit apartemennya yang terbuat dari besi.

Kejadian itu terlalu cepat sehingga aku tak mampu menghindar, suara 'Buk!' terdengar begitu nyaring di telingaku seiring dengan rasa sakit, nyeri dan pusing mulai melandaku. Jun Jie membenturkan kepalaku berulang - ulang, hingga aku merasakan kepalaku mulai terluka dan mengeluarkan darah. Meskipun aku memohon, pria itu bahkan tak mendengar permohonan dan pintaku meminta maaf. Ia malah hanya membalas ucapanku dengan tawa dan racauan bak orang gila yang begitu senang menyaksikanku terluka dan tersiksa karnanya.

"Teruslah memohon Na Na, aku begitu menyukaimu ketika kau meminta dan memohon seperti itu!" katanya lalu kembali membenturkan kepalaku pada pintu apartemennya

Buk!

Buk!

"Mengapa kau tak memohon dan meminta lagi? Kau ingin aku segera membunuhmu?" geramnya kembali membenturkan kepalaku cukup keras hingga aku merasakan penglihatanku terasa berputar, gelap sayup - sayup mulai menyapaku, serta nafasku yang terasa putus - putus.

"Na Na tak masalah jika kau tak ingin memohon aku segera melepasmu, bagaimanapun aku tak akan pernah melepaskanmu, hahahaha..." katanya di susul tawanya yang begitu nyaring.

Jun Jie terus membenturkan kepala pada pintu apartemennya, mendapati perlakuan Jun Jie yang begitu kasar dan kejam, aku tak lagi merasakan sakit, tapi aku kini mulai lelah dan berharap aku mati dan semua ini berakhir. Namun tampaknya takdir masih saja ingin mempermainkanku dan membuatku menderita, karna sampai saat ini ia belum juga mencabut nyawaku bahkan setelah banyaknya darah yang keluar dari kepalaku.

Saat Jun Jien kembali membenturkan kepalaku, denting lift berbunyi dan sekumpulan orang yang baru saja pulang dari bekerja atau berbelanja. Salah satu dari mereka lantas berteriak dan hal itu menarik perhatian para penghuni apartemen lainnya.

"Ahkkk..., wanita itu di bunuh!" teriak seorang wanita yang begitu terkejut sehingga jatuh terduduk di atas lantai.

Semua orang lantas menoleh menatap arah telunjuk wanita itu, dan dengan cepat bergegas lari menghampiriku yang kini mulai merasa sangat lelah. Saat semua orang ingin menyelamatkanku, Jun Jie menghantam kepalaku kembali dengan keras pada pintu apartemennya sebelum ia berlari dan kabur dari kejaran para penghuni apartemen lain.

Aku terjatuh dan punggungku menghantam permukaan lantai dengan keras, beberapa penghuni lain tampak menghampiriku walaupun saat ini pandanganku mulai tampak mengabur. Nafasku terasa sangat berat, begitu pun dengan mataku yang sangat ingin terpejam, saat aku menghembuskan nafasku yang terasa membuat dadaku sesak, saat itu pula mataku terpejam dan kegelapan menyapaku sepenuhnya.

................

Aku berpikir, setelah nyawaku habis di tangan tunanganku yang memiliki penyakit gila seorang psikopat, jiwaku akan tenang dan aku akan segera berada di nirwana. Sayangnya pemikiranku tentang hal itu lantas lenyap ketika aku merasakan guncangan yang membuat bahu dan lenganku menabrak benda keras di kedua sisiku yang jelas menghantarkan rasa sakit.

Aku lantas membuka kedua mataku yang sempat terpejam, beberapa saat aku mengerjap beberapa kali untuk beradaptasi dengan cahaya yang masuk melalui cela - cela kecil sebuah benda bergerak yang membawaku. Aku lantas menatap pakaianku yang di dominasi warna putih, saat mengamati pakaian yang membalut tubuhku, aku seakan teringat pakaian tradisional China yang kami sebut sebagai hanfu.

Menyadari ke tidak beresan yang sedang ku alami, aku lantas bangun dan mendudukkan diriku. Saat baru saja bangun dari tempat yang kutempati kini, seketika aku sadar bahwa aku baru saja bangun dari sebuah peti mati.

"Bagaimana bisa aku bangun dari sebuah peti mati?" tanyaku pada diriku sendiri

Aku menatap sekitarku, lalu terbesit sebuah pikiran bahwa mungkin aku hanya sedang bermimpi, namun pemikiranku tentang hal itu langsung ku tepis jauh bagaimanapun orang mati tidak bisa lagi bermimpi, dan aku merupakan orang yang telah mati.

Menyadari kejanggalan yang ku alami, aku mulai berpikir dengan apa yang baru saja ku alami. Bagaimana aku bisa merasakan guncangan dan rasa sakit, bagaimana aku tiba - tiba bisa bangun dan bergerak, juga bagaimana aku bisa bangun dari peti mati mengenakan sebuah hanfu berwarna putih. Setahuku, seseorang yang telah mati tidak dapat merasakan apapun sebab semua fungsi otak yang memerintah tubuhnya telah berhenti, kecuali...

"Apakah aku kembali hidup?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Baekhyun_G

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Feng Na Na
1

Bab 1 Mati dan Hidup Kembali

06/06/2022

2

Bab 2 Putri Mahkota Feng Na Na

06/06/2022

3

Bab 3 Pangeran Feng Lang dan Kaisar Feng Rui

06/06/2022

4

Bab 4 Pria Mesum

06/06/2022

5

Bab 5 Penyesalan Keluarga Feng dari Masa Depan

06/06/2022

6

Bab 6 Rutinitas Baru Feng Na Na

06/06/2022

7

Bab 7 Kekuatan Tersembunyi Kaisar Feng Rui

06/06/2022

8

Bab 8 Ketakutan Feng Na Na

06/06/2022

9

Bab 9 Kubu Pemberontak

06/06/2022

10

Bab 10 Pengumuman Resmi Kerajaan Feng

06/06/2022

11

Bab 11 Provokasi Meng Yi Ran (1)

06/06/2022

12

Bab 12 Perasaan yang Mengganjal

06/06/2022

13

Bab 13 Jamuan Makan Malam

06/06/2022

14

Bab 14 Jamuan Makan Malam (2)

06/06/2022

15

Bab 15 Ketidakhadiran Feng Na Na

06/06/2022

16

Bab 16 Penyesalan Kaisar Feng Rui

06/06/2022

17

Bab 17 Kekhawatiran Feng Na Na

06/06/2022

18

Bab 18 Fakta dan Penjelasan Kaisar Feng Rui

06/06/2022

19

Bab 19 Memulai Hari Tanpa Beban

06/06/2022

20

Bab 20 Provokasi Meng Yi Ran (2)

06/06/2022

21

Bab 21 Masalah yang Ditimbulkan Meng Yi Ran

09/06/2022

22

Bab 22 Pembalikan Kerajaan Feng

09/06/2022

23

Bab 23 Membalikkan Keadaan

09/06/2022

24

Bab 24 Berdebar

09/06/2022

25

Bab 25 Amarah Penduduk Ibukota

09/06/2022

26

Bab 26 Kemalangan Meng Yi Ran

09/06/2022

27

Bab 27 Amarah Mentri Meng Lu dan Pangeran Zhi Weng yang Tidak Ingin Ikut Campur

09/06/2022

28

Bab 28 Perubahan Pangeran Feng Zhi Weng

09/06/2022

29

Bab 29 Mempercepat Pernikahan

09/06/2022

30

Bab 30 Kesibukan Menjelang Pesta Pernikahan

09/06/2022

31

Bab 31 Rencana Pangeran Zhi Weng

09/06/2022

32

Bab 32 Mentri Meng Lu yang Tidak Bisa Mengimbangi

09/06/2022

33

Bab 33 Mentri Meng Lu yang Menjalani Hukuman Tak Kasat Mata

09/06/2022

34

Bab 34 Aktivitas Kerajaan Feng yang Terasa Tidak Wajar

09/06/2022

35

Bab 35 Kecurigaan Pangeran Zhi Weng dan Keputusan

09/06/2022

36

Bab 36 Pangeran Zhi Weng yang Memilih Mundur

09/06/2022

37

Bab 37 Pangeran Zhi Weng yang Memilih Mundur (2)

09/06/2022

38

Bab 38 Teror Meng Yi Ran

09/06/2022

39

Bab 39 Teror Meng Yi Ran (2)

09/06/2022

40

Bab 40 Rencana Feng Na Na

09/06/2022