Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bunga Untuk Ustad Ramadan

Bunga Untuk Ustad Ramadan

Chaerani T

5.0
Komentar
128
Penayangan
1
Bab

Bunga Lestari (22) seorang model terkenal yang terpaksa menerima perjodohan dengan seorang Ustad yang sudah sangat lama menyukai dirinya. Sayangnya Bunga sudah memiliki kekasih yang berprofesi sebagai seorang fotografer terkenal di dunia entertainment, sehingga ia tidak memberitahu Julian (25) tentang perjodohannya bersama Ustad Ramadan (28). Lalu bagaimana kisah Bunga dengan Ustad Ramadan? Bagaimana nasib Julian jika mengatahui Bunga akan nenikah dengan pria pilihan keluarganya?

Bab 1 1 Menolak Perjodohan

"Apa? Di jodohin lagi?" tanya Bunga tidak percaya.

"Iya, sebelum bulan puasa tahun ini kamu akan menikah sama Mas Ramadhan, jadi siap-siap ya dari sekarang, berjalan yang anggun, belajar memasak, menyuci baju jadi abis nikah kamu enggak bakalan kaget deh!" ucap Mamah dengan wajah gembira.

"Ya ampun, apa harus secepat ini? Aku ini baru selesai karantina jadi model loh, aku masih mau melanjutkan karier aku Mah, Pah!" rengek Bunga dengan wajah dibuat sedih, dan kenyataan dirinya memang merasa sedih harus di jodohkan lagi dengan pria yang bernama Ramadhan.

"Enggak bisa! Papah sama Mamah sudah memutuskan untuk menikahkan kamu dengan Ramadhan, minggu besok keluarga besar Ramadanakan melamar kamu!"

"Pah, lagian juga si Ramadan itu kan sudah pernah menolak perjodohan ini, kenapa tiba-tiba dilanjutin lagi sih?" tanya Bunga lagi yang menyenderkan kepalanya di sofa.

"Apapun alasannya kamu harus menikah dengan Ramadhan!" pinta Handi dengan tegas, sehingga Bunga tidak akan berani menolak.

Kedua orangtua Bunga hanya tersenyum dan saling memandang satu sama lain, mereka begitu senang jika akhirnya Bunga dapat menikah dengan seseorang seperti Ramadhan.

'Sial!'

Bunga mengambil tas nya dan pergi ke kamar, ia merasa sangat kecewa dengan keputusan kedua orangtuanya. Saat ini ia masih ingin berkarir di dunia entertainment, menjadi seorang aktris adalah impiannya, ia bisa dikenal banyak orang, ia juga memiliki fans yang akan

ya, namun impiannya kini harus terhalang karena perjodohan yang dilakukan oleh keluarganya secara diam-diam.

"Argh..., sebel deh! kenapa sih dipikiran mereka aku harus menikah? lagian juga aku anak terakhir, aku udah dewasa dan aku berhak menentukan apa yang aku mau dong! Bukan di kekang harus menikah sama si ini lah, jangan pacaran sama itu lah! Menyebalkan!" pekiknya dengan suara yang nyaring.

Bunga merebahkan tubuhnya, ia mengambil ponselnya dan menatap layar tersebut, ia merasa tidak enak hati dengan pria yang saat ini memiliki hubungan spesial dengannya. Ia tidak mau menyakiti hati sang kekasih, tetapi ia juga tidak mau di cap sebagai anak durhaka karena tidak menuruti keinginan kedua orang tua.

"Maaf Julian, aku terpaksa menduakan kamu, walau sejujurnya aku sangat mencintai kamu, I Love You, Julian!"

Bunga mencium foto Julian yang terpampang di layar ponselnya. Dua hari yang lalu mereka baru saja menjalin cinta sebagai sepasang kekasih. Julian merupakan fotografer terkenal yang sudah di kontrak untuk bekerja di sebuah perusahaan yang ikut menaungi karier Bunga sebagai seorang model. Bunga memang bukan seorang pemenang di acara tersebut, namun ia adalah pemenang yang sudah merebut hati Julian saat ini di antara banyak wanita cantik yang menyukai Julian.

Bunga sendiri sudah melebarkan sayapnya sebagai bintang iklan sejak kecil, namun semenjak remaja ia sudah diajarkan untuk mementingkan pendidikannya dulu baru karir.

Bunga ingin sekali menghubungi Julian, namun karena gengsi ia lebih menunggu Julian yang lebih dulu menghubunginya.

"Kemana sih Julian, kok hari ini dia enggak nelpon aku yah?" ucapnya yang saat ini merasa resah.

"Apa aku kawin lari aja ya? Lagipula aku ini model terkenal, pasti mudah untuk mendapatkan pekerjaan, ya kan, iyalah masa enggak ada yang tahu aku seorang model terkenal!"

Bunga tertawa sendirian, sehingga ganpa disadari ada seorang pria yang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya yang unik itu.

"Hem, siapa memangnya yang mau kamu ajak kawin lari? Emangnya kamu udah punya pacar?" seru suara seorang pria yang sudah lama mengamati gerak gerik Bunga.

"Abang? Kok abang sudah di Jakarta? Kapan pulang?" tanya Bunga yang segera menghampiri Dimas, kakak kandung Bunga yang baru pulang dari Kairo.

"Masa adeknya mau menikah, abangnya enggak datang sih!" sahut Dimas yang langsung masuk ke dalam kamar Bunga.

"Ih siapa yang mau nikah sih? Apa aku sudah bilang setuju gitu?" tanya Bunga dengan nada sinis.

"Bunga, ini semua demi kebaikan kamu, Mamah sama Papah itu peduli sama kamu, jadi kamu enggak akan kecewa kalau menikah sama Ustad Ramadhan!"

"What? Ustad? Nikah sama ustad, enggak deh!" ucap Bunga yang tidak percaya jika ia benar-benar akan menikah dengan Ustad.

"Mau di kasih makan apa anakku? Cuma ceramah di beberapa masjid pun, mungkin ustad seperti dia akan menolak untuk di bayar!" ucapnya remeh di depan sang kakak.

"Hati-hati Bunga, nanti suatu saat kamu bakalan bucin sama calon imammu itu."

Dimas berlalu pergi, sementara Bunga begitu kesal dengan ucapan sang kakak yang terus menyanjung calon suaminya.

"Sebagus apa sih Ramadan itu?" tanyanya kesal.

Dimas berjalan ke bawah untuk menemui papah dan mamahnya yang masih asyik bercanda di ruang keluarga.

"Assalamualaikum Mah, Pah!" sapa Dimas lalu mencium kedua tangan orang tuanya.

"Wa'alaikumsalam, sudah segar sayang? Bagaimana perjalanan kamu selama di Kairo?" tanya Mamah.

"Alhamdulillah Mah, semua berjalan lancar, aku sama Ramadhan sudah siap untuk menjadi pendakwah yang baik dan benar, kami juga siap untuk membangun pesantren tahun depan!"

"Alhamdulillah, sukses ya, Mamah harap semoga apa yang kamu kerjakan bisa menjadi ladang pahala untuk kamu!"

"Aamiin, oh ya, apa tidak dipercepat saja pernikahan Ramadan dengan Bunga?"

"Lo kenapa? Apa terjadi sesuatu dengan Ramadan?"

"Bukan seperti itu Mah, pah, sepertinya adikku ini akan merencanakan sesuatu supaya perjodohan ini bisa batal!" jelas Dimas dengan raut wajah yang serius.

"Masa sih, mana mungkin adikmu seperti itu? Ya walaupun sepertinya kurang setuju, tetapi ia bersedia untuk di jodohkan!"

"Aku tadi mendengar jika Bunga akan melakukan kawin lari, apa dia sudah memiliki pacar?"

"Pacar? Kamu paham bukan jika keluarga kita dilarang pacaran sebelum halal? Baik, mungkin benar kata Dimas, lebih cepat lebih baik."

Dimas,dan kedua orang tuanya sepakat jika besok adalah hari dimana Ramadan akan datang melamar Bunga dan menentukan hari pernikahannya.

"Ya sudah, nanti aku beritahu ustad Ramadan, pasti dia akan senang dengan kabar ini!" tutur Dimas yang ikut merasa senang akan kabar bahagia untuk sahabatnya itu.

Dimas menghubungi Ramadan, dan tidak lama kemudian kedua sahabat itu saling berbincang kembali di sambungan ponsel mereka masing-masing.

"Assalamualaikum ustad?" sapa Dimas dengan cengiran di wajahnya, walaupun Ramadan tidak akan melihat senyumannya.

"Wa'alaikumsalam kenapa? Masih rindu dengan ana?" tanya Ramadan.

"Oh bukan itu, ada kabar bahagia nih tadi!"

"Kabar apa?" tanya Ramadan yang saat ini tengah mengunyah kurma, oleh-oleh dari kairo untuk keluarganya.

"Besok datang sama keluarga ya, acara lamaran dipercepat karena sang mempelai wanita sudah tidak sabar!" ucap Dimas yang sengaja membuat hati Ramadan akan bermunculan bunga-bunga.

"Kok berubah? Ana belum menyiapkan apa-apa!"

"Udah, seadanya aja! Besok loh tad, ha ha ha, malah enggak bisa tidur ya tad!"

"Berisik! Ana lagi makan kurma, jangan iseng , yang ada keselek biji kurma, terus enggak jadi nikah!"

"Ya ampun di lanjutin dah makan kurma, jangan lupa ya tad, siapkan hati jangan lupa siapkan dompet!"

"Wa'alaikumsalam" jawab Ramadan yang langsung mematikan panggilan teleponnya.

"Dih, sih ustad ngambek, ha ha ha."

Dimas sengaja menghubungi Ramadan di depan kamar Bunga, ia ingin tahu bagaimana reaksi seorang Bunga jika besok Ramadan akan datang untuk melamar adiknya.

"Hmm setelah mereka menikah, aku pasti akan kesepian di rumah ini!" ucapnya yang berubah suasana hatinya menjadi sedih.

Bunga mendengar ucapan Dimas yang berbicara di depan kamarnya. Ia sudah tidak tahu harus bagaimana caranya agar perjodohan yang di inginkan keluarganya itu dapat dibatalkan.

"Malam ini juga, aku harus bertemu Julian!!" ucapnya.

Bersambung....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Chaerani T

Selebihnya
Gelora Cinta Kedua

Gelora Cinta Kedua

Romantis

5.0

HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN +21,BANYAK ADEGAN DEWASA! Pernikahan merupakan sebuah impian setiap pasangan, apalagi jika dikaruniai buah hati, pasti semakin bahagia untuk merasakan keindahan pernikahan itu sendiri. Revan merasa muak memiliki istri cacat seperti Della, selama empat tahun waktunya ia habiskan hanya untuk merawat istrinya yang cacat. Banyak rekan, kerabat, termasuk keluarganya sendiri mengusulkan jika Revan harus menceraikan Della. Hatinya bimbang, ia tidak ingin menceraikan Della, namun di sisi lain ia sudah bosan memiliki istri yang cacat, tidak bisa merawat diri, bagaimana bisa merawat diri sementara semua kebutuhan Della selalu di bantu oleh Revan. Sampai suatu hari, Revan dikenalkan dengan seorang gadis belia, namun terlihat mempesona, sehingga ia jatuh cinta pada pandangan pertama. "Tinggalkan saja istri cacatmu itu, lihat Bella, dia sexy, cantik, menawan, apalagi dia sangat bergairah di atas ranjang, banyak pria yang ingin menjadikannya istri, tapi lihat dia, dia menyukaimu saat kemarin kita bermain di club ini!" Revan menggelengkan kepalanya, ia menolak pesona Bella, sehingga gadis belia itu memanyunkan bibirnya. "Hai cantik, cari saja mangsa lain," tolak Revan, dan berlalu pergi meninggalkan club. Bella merasa terhina, pesona kecantikannya saat ini tidak ternilai di mata Revan. "Tunggu saja, aku akan menaklukkan hati pria tampan itu!" Apa yang akan terjadi selanjutnya, dapatkah Revan menjaga ikatan tali suci pernikahannya, atau tergoda dengan pesona Bella yang sudah menaruh hati saat pertemuan pertama.

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Bunga Untuk Ustad Ramadan
1

Bab 1 1 Menolak Perjodohan

04/04/2022