Ann The Innocent

Ann The Innocent

TheCalm

5.0
Komentar
270
Penayangan
35
Bab

Buku ini mengisahkan seorang gadis pintar, lugu bernama Ann Arthurian memiliki keluarga dengan latar belakang sangat rumit. Hingga membuat dirinya sering disandang anak pembunuh. Penyebabnya karena ayahnya telah membunuh ibunya. Setelah diketahui ternyata yang dibunuh ayahnya itu bukanlah ibu kandungnya, melainkan ibu angkatnya. Terlebih kurang beruntungnya kehidupan membuat gadis lugu ini menerima perlakuan yang kurang baik dari teman hingga suster tempat dirinya tinggal di asrama pasca meninggal ibu dan neneknya. Akan tetapi keberuntungan berpihak padanya setelah bertemu dengan seorang anak laki-laki dari keturunan mafia yang tak sengaja mengambil buku lusuh miliknya. Bukan hanya itu saja, dia pun akhirnya bergabung dengan para ilmuwan untuk memecah kode-kode penting demi kemajuan suatu negara. Dari situ kehidupannya pun drastis berubah, dan saat bersamaan terkuak kisah rumit keluarganya. -Ann The Innocent-

Bab 1 Panggil aku, Kakak!

~Selandia Baru -1923

Tepatnya ada di kota The West yang terpencil. Di sana ada rumah sederhana, bahkan bisa dikatakan sangat kecil. Hamparan hijaunya sayuran sawi dan wortel, juga pepohonan yang rindang mengelilingi rumah. Air sungai mengalir jernih mengapit antara rumah ke rumah, membuat kota ini begitu sangat sejuk.

Rumah sederhana ini bangunannya dari perpaduan anyaman bambu dan kayu jati yang tertata tidak beraturan. Adalah tempat tinggal gadis usia sepuluh tahun beserta keluarganya.

Tenang, duduk di pelataran rumah dengan kursi panjang yang hampir rapuh. Tangannya asik dengan buku tulis usang ditemani pencil yang hanya tinggal separuh. Langkah kaki kasar dan terburu-buru keluar dari dalam rumah.

"Kamu kalau sudah besar mau menjadi apa?" tanya Johan, yang merupakan Ayah dari gadis kecil ini sambil meraih peralatan melukisnya.

"Aku ingin menjadi penulis, penulis yang hebat!" jawab Ann enteng.

Ann Arthurian, gadis terlahir dari keluarga kurang beruntung namun penuh ambisi. Johan yang sudah kesiangan, tidak menggubris jawaban dari anak ketiganya ini. Juga, sepertinya pertanyaan itu pun hanya sekadar basa-basi. Dengan cepat dia segera meninggalkan rumah.

Sedangkan Natalie sebagai kakak yang hendak pergi merantau ke Wales, tiba-tiba dia berucap, "Jadi perempuan rumahan saja, jaga suami dan anak-anak. Jangan tinggi-tinggi nanti kalau sudah jatuh, sakit!"

Ann tidak menjawab apa- apa, dia hanya memeluk kakaknya ini yang entah kapan bisa berjumpa lagi.

Kendatipun dari hati Ann banyak pertanyaan, 'Kenapa perempuan tidak boleh memiliki mimpi? Punya cita-cita? Lalu orang hebat di luar sana seperti Marie Curie wanita pertama meraih nobel bidang fisika, Edith Wharton seorang novelis Amerika, mereka itu wanita!'

Namun, pertanyaan itu kerap terhenti, karena untuk mencapai mimpi itu, perlu usaha, dorongan dan mental yang kuat. Sedangkan Ann hanya ada keinginan waktu ini, tidak ada seorang dari keluarganya yang mendukung, terlebih lagi dana, dia cukup tahu diri akan hal itu.

Natalie sendiri seperti sudah memahami keadaan ini, dia terpaksa harus pergi karena keluarga tidak bisa menghidupinya. Pergi meninggalkan rumahnya hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.

Natalie tidaklah senang dengan kejadian ini, tapi dia harus tegar dan pasrah.Tangannya menjinjing tas yang isinya beberapa helai baju, dia pun mengikuti Theresa kakak dari Johan.

"Kak, kamu baik-baik saja di sana!!" teriakan Ann terdengar hingga rumah tetangganya.

Natalie hanya melirik dengan menyimpulkan seulas senyum pada bibirnya.

Sepeninggalnya kakaknya, Ann kecil kembali dengan kegiatannya. Ialah merangkai kata, menulis mimpi-mimpi, hingga berdrama dengan alam pikirannya.

Imaginasi merangkai kata pun sudah kontras terlihat dari bagaimana dia berbicara. Baru saja hendak menulis,dikejutkan oleh teriakan Mariez, "Cepat bantu Ibu mencuci pakaian, pegang buku dari pagi!"

Gadis kecil ini beranjak dari tempat duduknya, "Baik Bu," lirihnya sambil tergesa-gesa menaruh buku tulisnya. Tangannya pelan mengambil peralatan mencuci yang tersedia ala kadarnya. Begitulah kebiasaan akhir pekan gadis ini.

***

Senin adalah hari yang Ann tunggu-tunggu, setidaknya dia bisa bertemu dengan teman-temannya dan belajar pelajaran-pelajaran yang hampir semua mata pelajaran dia sukai.

Adrian sudah lama memperhatikan muridnya yang satu ini.

Tulisan yang dia tulis di atas papan tulis, dibaca oleh Adrian Louis gurunya yang tiba-tiba masuk ruangan. "Kamu ini kenapa menulis seperti itu?" tanyanya pelan sembari memberikan separuh roti yang ada di tangannya.

Malu-malu Ann mengambil roti tersebut disertai senyuman kecut yang spontan. "Sepintas saja ada dalam benak lalu ditulis!" ucapnya pelan hampir tidak terdengar.

Adrian hanya menatap wajah Ann yang lugu, lalu meninggalkannya sendirian di dalam kelas.

Jam istirahat ini Ann menyendiri di dalam kelas, bukan keinginannya untuk sendiri karena sahabat baiknya sedang tidak masuk. Hubungan antara keduanya memang tidak bisa tergantikan, mereka seperti satu jiwa. Kalau salah satu tidak ada pasti seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Selain dari itu, penyebab Ann tidak bisa bergabung dengan yang lain karena dia akan tersisih sendiri.

Sejenak Ann menghela napas kasar.

"Ayahku hanya seorang pelukis jalanan, uang yang dihasilkan pun terkadang tidak cukup untuk membiayai kehidupan sehari-sehari. Mana aku berani meminta uang padanya untuk jajan? Sementara yang lain mereka leluasa mendapatkan itu?" ucapnya dalam senyap sembari tangannya membaca kembali materi dari pelajaran yang baru dia tulis.

Ternyata Ann menyendiri, karena dia merasa tidak menyatu dengan yang lain, karena dia tidak memiliki uang jajan. Masuk akal!

Tidak begitu lama, lonceng pun berbunyi tanda istirahat telah usai.

TENG! TENG!

"Ann, kamu masuk kelas 3 ya!" ujar Adrian datang begitu saja dari pintu tengah ruangan.

Ann berjalan penuh semangat sambil membetulkan rok pendeknya.

"Pasti dia dikencani guru yang satu itu, tuh..." usil teman yang tidak menyukai Ann.

"Heh, dia pasti disuruh mengisi kelas karena guru matematika sedang melahirkan!" sahut temannya yang lain membela Ann yang sudah keluar kelasnya.

Ann pun masuk kelas tiga, wajahnya memang tidak asing untuk murid-murid yang jumlahnya 18 orang ini.

"Bu guru Ann, aku tidak mengerti pengurangan yang ini loh," sapa seorang murid yang tiba-tiba datang menghampiri.

Ann mendelikan matanya, kemudian berbicara dengan nada ketus, "Panggil saja 'Kakak' tidak Bu guru, sebab aku ini bukanlah Ibu-Ibu!"

Yep, Ann ini bukanlah Ibu Guru dia masih duduk di kelas empat. Tapi, dia kerap mengisi kelas jika ada guru yang tidak masuk.

Dengan tenang, dia pun mengajar sesuai materi yang ada pada buku. Cara penuturan yang details adalah ciri khasnya, hingga terkadang dia sendiri hafal apa yang tertulis dari buku tersebut. Sehingga membuat adik kelasnya ini begitu sangat dekat dengannya.

Bukan hanya dicintai, saat bersamaan dia pun banyak yang iri. Sayangnya, dia tidak terlalu mempersoalkan akan itu. Setelah mengajar, dia akan kembali ke kelasnya dan mendapati kalau teman-temannya sudah siap-siap untuk pulang.

Matanya melirik pada jam dinding yang menempel dia atas papan tulis. "Pukul 12:05?" ucapnya. Dia pun segera mengambil buku yang ada di atas meja gurunya.

"Jangan dibawa pulang! Bapak mau membuat soal!" ucap Adrian sambil menyimpulkan senyum.

"Tidak Pak, Ann mau selesaikan di sini!" jawabnya datar.

Cepat, dia pun duduk di tempat duduknya, tangan Ann menulis dengan cepat, kalau tidak dia akan sangat terlambat pulang ke rumahnya.

Adrian memperhatikan wajah muridnya ini, "Kamu kalau sudah lulus sekolah mau menikah denganku?" tanyanya.

Mendengar itu, Ann hanya tertawa, "Bapak kalau bercanda jangan sama anak kelas 4 sekolah dasar!" tegasnya sambil menutup buku tulisnya.

"Belum juga datang menstruasi, udah diajak nikah!" imbuh Ann melanjutkan sambil cekikikan.

Baru saja Ann, sampai pintu Adrian berseru. "Ambil ini NZ$2 untuk mengisi kelas tiga pelajaran matematika tadi, dan ini NZ$1 untuk kamu dari aku!"

Ann, menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih Pak," singkatnya pelan.

Adrian tidak berbicara sepatah kata pun, tatapannya pada wajah muridnya ini. Sedangkan Ann segera meninggalkan ruangan dan sekolahnya. Berjalan ke arah selatan, kemudian menyusuri jalan setapak yang merupakan jalan pintas agar cepat sampai rumahnya. Karena jarak rumah dan sekolah yang lumayan cukup jauh, kurang lebih ada sekitar 3 kilometer.

Karena lelah Ann pun duduk sejenak, dia berteduh di bawah pohon rindang sambil mengambil air minum di dalam tasnya, dan tak lupa mengeluarkan buku tulisnya.

Tangannya pun mulai menggerakan penanya, dia menulis.

Tapi, dengan segera Ann menghapusnya, karena gadis kecil ini menulis bukan pada buku usangnya melainkan pada buku tulis untuk sekolah. "Ish, Ibu pasti marah kalau aku menulis di sini, karena akan membuat buku cepat habis!" desisnya.

Iya, dia sangat paham bagaimana Ibunya membatasi pengeluaran.

-Flashback on-

"Ini buku tulis untuk satu semester, tulisan jangan besar-besar agar tidak cepat habis! Mengerti kamu!" ucap Mariez tegas.

Ann menerima dengan senyuman, "Tenang Bu, Ann akan menulis kecil-kecil, seperti semut!"

Ann tersenyum sambil beranjak berdiri, dia pun kembali melanjutkan perjalanannya.

"Hey dunia! Kamu sudah membuatku tersiksa!!" teriaknya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh TheCalm

Selebihnya

Buku serupa

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku