Laura de Coco ditugaskan membunuh Kenzo Barokwok, ketua gangster de Jangkriks. Namun, meskipun Laura berhasil memotong tangan Kenzo, ia gagal membunuhnya bahkan nyawanya sendiri nyaris melayang. Beruntung Arata, seorang gelandangan yang secara tidak sengaja menemukan Laura, membawa dan menyelamatkannya. Namun, keburuntungan itu justru tidak berpihak pada Arata. Laura justru menyerang Arata dan meninggalkannya setelah ia menyembuhkan lukanya. Kenzo Barokwok yang selamat dari kematian, mengerahkan anak buahnya untuk menemukan orang yang telah berusaha membunuhnya. Dan nasib sial kembali menimpa Arata yang tertangkap oleh anak buah Kenzo. Di tangan Kenzo, Arata ternyata dimanfaatkan Kenzo untuk mencari dalang dan pelaku yang menyerangnya dengan imbalan yang sangat besar. Misi membunuh Arata pun dimulai. Namun ketika dia kembali bertemu dengan Laura, benih-benih asmara antara keduanya pun tumbuh. Akankah Arata menyelesaikan misinya untuk membunuh Laura? Ataukah Arata justru bersatu dengan Laura?
"Toloooooong!"
Suara teriakan perempuan meminta tolong sayup terdengar di telinga Arang, seorang gelandangan yang sedang mengais tempat sampah mencari sisa makanan di belakang klub malam Tango.
"Ja-jangan, Tuan! Jangan!"
Suara perempuan itu kembali terdengar. Arang yang merasa penasaran segera mencari dari mana datangnya sumber suara itu berasal. Dengan hati-hati, Arang mengendap-endap menuruni anak tangga darurat yang menuju lantai basemen yang menjadi tempat parkir pengunjung gedung klub Tango.
Sreeeeeet!
Dari balik mobil, Arang menyaksikan dua orang bertubuh besar sedang memegangi seorang perempuan muda dan cantik. Salah satu dari mereka telah merobek blus yang ia kenakan, hingga tersisa hanya bra yang menutupi buah dadanya yang sedikit menyembul keluar.
"Tolong, jangan lakukan, Tuan!" pinta wanita itu sambil berusaha menepis tangan jahil lelaki itu yang berusaha menyentuh payudaranya. Namun, dekapan lelaki lainnya yang memeganginya dari belakang, membuat wanita itu tak bisa berkutik ketika lelaki di depannya meremas dengan kasar kedua payudaranya.
"Biadab! Dasar ka-"
Makian wanita itu terhenti ketika mulut lelaki di depannya melumat rakus bibir merahnya. Sementara lelaki yang memeganginya dari belakang, juga tak mau tinggal diam. Tangan kanannya mulai masuk ke dalam rok panjang dengan belahan sampai ke paha wanita itu dan mulai menggerayangi bagian tubuh yang ada di dalamnya.
TIT! TIIIIIIIIIIIIIT!
Suara klakson panjang dari Roll Royce yang mendekat menghentikan aksi mereka. Lalu dari dalam mobil itu keluar laki-laki yang memakai tuxedo hitam dan dua orang pengawal lainnya yang berjalan mengikutinya dari belakang.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya lelaki itu dengan tenang.
Kedua orang itu buru-buru melepaskan wanita itu dan menunduk memberi hormat kepada lelaki yang baru saja tiba dan menanyai mereka.
"Maaf Tuan Kenzo! Kami hanya sedang bersenang-senang," jawab salah satu dari kedua orang itu.
"Hmmmm." Kenzo Barokwok, ketua gangster De Jangkriks hanya menatap tanpa ekpresi wanita cantik di depannya yang terduduk dengan bagian tubuh atas hanya tertutup bra. Sementara rok panjang dengan belahan panjang sampai ke pahanya tersingkap, mempertontonkan betisnya yang jenjang serta paha putih dan mulusnya.
"Dari mana kalian menemukan wanita jalang ini?" tanya Kenzo seraya mendekati wanita itu. Tubuhnya sedikit membungkuk, lalu tangan kanannya mencengkrang leher wanita muda berkacamata dan berambut pirang itu.
"Kami ...."
Belum usai salah satu dari kedua orang itu akan menjawab pertanyaan Kenzo, tangan kiri Kenzo Barokwok terangkat untuk memberi isyarat agar mereka tak berbicara.
"Siapa namamu, Manis?" tanya Kenzo kepada wanita itu, tangan kanannya yang masih mencengkeram leher wanita itu, menarik ke atas sehingga memaksa wanita itu untuk berdiri.
"Na-namaku ...."
CREEEEEES!
Sabetan wakizashi yang tiba-tiba sudah berada di tangan kanan wanita itu langsung memotong pergelangan tangan Kenzo hingga putus.
"Aaaaaaaaaaa." Kenzo Barokwok berteriak sambil melangkah mundur. Tangan kirinya memegangi tangan kanannya yang telah terpotong dan berlumuran darah. Dua lelaki yang datang bersama Kenzo segera berlari dan menahan tubuh Kenzo yang limbung agar tidak terjatuh.
"Perempuan jalang! Bunuh dia!" teriak Kenzo memberi perintah.
Dua orang lelaki yang berdiri di sebelah wanita itu juga terkejut, secara bersama-sama mereka menatap wanita itu dan bersiap menyerangnya. Namun, wanita itu telah bergerak dengan cepat menyabetkan wakizashi, samurai kecil di tangan kanannya menggorok leher kedua lelaki itu. Keduanya pun jatuh bersimbah darah dengan leher yang nyaris putus.
"Si-siapa kamu sebenarnya?" tanya Kenzo, sambil menahan rasa sakit di tangannya. Tubuhnya yang masih dipeganggi kedua pengawalnya, diseret mundur menjauhi wanita itu.
"Namaku Laura, Laura de Coco," ucap wanita yang menyebut dirinya sebagai Laura. Dia membuka kacamata seraya mengibaskan rambutnya. Lalu berjalan perlahan mendekati Kenzo dan kedua pengawalnya yang masih bergerak surut ke belakang.
"Siapa yang menyuruhmu? Aku akan membayarmu dua kali lipat dari yang kau terima dari orang yang menyuruhmu, asalkan kau mau melepasku," tawar Kenzo.
"Ha ... ha ... ha ...." Laura tertawa terbahak mendengar ucapan Kenzo. "Kau pikir uangmu bisa menyelamatkan nyawamu?"
Mendengar jawaban Laura, Kenzo melirik ke salah satu pengawalnya.
"Bereskan dia, Cuba! Potong kedua tanggganya untukku" perintah Kenzo. "Aku akan memberikan hadiah yang besar bagi siapapun yang bisa membunuhnya."
Laki-laki yang bernama Cuba itu hanya mengangguk, dia melepaskan pegangan tangannya di tubuh Kenzo dan bergegas berjalan menghadang Laura.
Wuuuuuuz!
Sebuah tendangan Mae Geri dilepaskan Cuba ke arah perut Laura. Namun, dengan sigap Laura segera menghindar dan membalas serangan Cuba dengan melakukan tendangan Ushiro Geri.
PLAAAAK!
Kaki Laura berhasil mengenai kepala Cuba dengan telak. Belum sempat Cuba memperbaiki posisi tubuhnya yang sempat terhuyung, kaki kanan Laura sudah kembali bergerak dengan cepat melakukan tendangan memutar dan mengenai pelipis kiri Cuba. Tak ayal, tubuh Cuba langsung tersungkur setelah tendangan keras kaki Laura mengenai kepala Cuba untuk yang kedua kalinya. Cuba meninggal seketika dengan batok kepalanya yang retak dan berlumuran darah.
Kenzo dan satu orang pengawalnya yang tersisa hanya terkesima melihat aksi yang dipertontonkan Laura. Keduanya bergidik ngeri melihat sorot mata pembunuh yang terpancar dari wajah Laura. Gadis muda yang terlihat masih belia dan cantik, tapi memiliki naluri seorang pembunuh yang kejam.
DOR! DOR! DOR!
Tiga kali suara tembakan tiba-tiba menggema di ruangan itu. Meskipun Laura sudah bergerak dengan cepat berusaha menghindar. Namun dua peluru berhasil bersarang di perut Laura. Laura jatuh terduduk sambil memegangi perutnya yang mulai mengucurkan darah segar.
"Maaf , Tuan Kenzo! Aku datang terlambat." Dari arah Roll Royce yang berhenti tak jauh dari mereka, seorang laki-laki berjalan dengan pistol ditangannya dan mengarahkan senjatanya ke Laura yang masih berjongkok memegangi lukanya.
"Ce-cepat bbu-bunuh dia, Tarooo ...." Suara Kenzo melemah memberi perintah kepada Taro, supir pribadi Kenzo yang baru saja turun dari mobilnya dan menembak Laura. Taro hanya terdiam, matanya masih menatap dengan penuh waspada ke arah musuh di depannya. Dengan perlahan, dia mendekati Laura dengan pistol yang masih ke arahnya.
Wuuuuuuuuz!
Laura tiba-tiba melempar wakizashi di tangannya ke arah Taro. Taro yang dalam kondisi siaga, dengan cepat menghindari datangnya wakizashi yang melayang ke arah kepalanya. Pada saat Taro menghindar dan perhatiannya terpecah, Laura dengan cepat melompat dan bergegas lari meninggalkan tempat itu.
"Jangan kejar, Taro!" cegah salah satu pengawal Kenzo yang masih memegangi tubuh Kenzo. "Kita selamatkan Tuan Kenzo dulu."
Taro mengurungkan niatnya untuk mengejar Laura, dia menatap ke arah Kenzo yang mulai lemas dan kehilangan kesadaran karena terlalu banyak mengeluarkan darah dari lukanya.
"Cepat bawa masuk Tuan Kenzo ke dalam mobil, kita harus segera membawanya ke rumah sakit," ucap Taro sambil menyimpan pistolnya dan bergegas naik ke dalam mobilnya.
Sementara Laura yang berhasil melarikan diri dari mereka, berjalan terseok, mengendap-endap di antara mobil-mobil yang terparkir. Pandangannya mulai mengabur sebelum akhirnya ia jatuh tersungkur tak jauh dari Arang yang bersembunyi menyaksikan kejadian tadi.