Bayaran Cinta Yang Terluka

Bayaran Cinta Yang Terluka

Ahmad Bayhaqi

5.0
Komentar
684
Penayangan
30
Bab

Clarisse Nayara dilanda amarah ketika suaminya, Dario Mahendra, memilih membayar seorang pengawal bernama Keiran untuk menemaninya setiap saat, alih-alih meluangkan waktu bersamanya. Dario berdalih bahwa ia terlalu sibuk dengan urusan bisnis untuk mendampingi Clarisse secara langsung. Namun amarah Clarisse berubah menjadi kehancuran saat ia mengetahui alasan sebenarnya: Dario ternyata memiliki seorang istri kedua yang telah ia sembunyikan selama dua tahun terakhir. Dikhianati, diremehkan, dan dijadikan alat pelindung reputasi, Clarisse memutuskan untuk tidak lagi menjadi korban. Dengan hati yang dingin dan mata penuh dendam, Clarisse membayar Keiran-bukan lagi sebagai pengawal, tapi sebagai kekasih gelapnya. Ia ingin Dario tahu bagaimana rasanya dikhianati, dan ingin membuat lelaki itu kehilangan kendali seperti yang dulu ia alami. Namun yang tidak Clarisse sangka, Keiran bukan pria biasa. Di balik sikap dinginnya, Keiran menyimpan rahasia kelam yang membuat permainan ini jauh lebih berbahaya daripada sekadar balas dendam.

Bab 1 menyembunyikan kehampaan di balik riasan sempurna

Clarisse Nayara memandangi bayangan dirinya di cermin rias yang besar, wajah cantiknya tak bisa menyembunyikan kehampaan di balik riasan sempurna. Bibir merah delima, mata dihiasi eyeliner mahal, dan rambut panjangnya ditata bergelombang oleh stylist profesional. Ia adalah gambaran wanita sempurna-setidaknya di mata publik. Tapi di balik itu semua, jiwanya kosong. Beku.

Pintu kamar suite apartemen mewahnya terbuka pelan. Bukan oleh Dario, suaminya, melainkan oleh seorang pria asing yang tinggi dan bersurai hitam, berpakaian hitam formal dengan tatapan dingin yang tak bisa ditebak.

"Bu Clarisse, saya Keiran," ucap pria itu datar. "Saya ditugaskan Tuan Dario untuk menjadi pengawal Anda mulai hari ini."

Clarisse hanya memiringkan wajah, menatap Keiran tanpa ekspresi. "Kau bukan pengawal pertamaku," katanya pelan. "Apa yang membuatmu berbeda?"

Keiran tak menjawab. Dia hanya berdiri diam seperti patung batu, penuh wibawa dan jarak. Bukan hanya wajahnya yang tak menunjukkan emosi, tapi auranya-dingin, tak terjangkau.

Clarisse mendengus pelan. Ia tahu, ini bukan soal keamanan. Ini tentang Dario yang makin tak ingin menyisakan waktu untuknya. Selama enam bulan terakhir, lelaki itu nyaris tak pernah tidur di rumah. Selalu sibuk, selalu rapat, selalu terbang ke luar negeri tanpa pemberitahuan. Dan kini, alih-alih menemani istrinya, ia malah mengirim pengawal bayaran.

"Beritahu Dario," kata Clarisse sambil berdiri dari meja rias. "Kalau dia ingin menjauhiku, tak perlu repot mengirimkan bayangan pria untuk menggantikan tempatnya."

Keiran menatap Clarisse dengan mata gelapnya. "Saya hanya menjalankan tugas, Bu."

Clarisse berjalan melewatinya, menyentuh pundaknya sekilas. "Kalau begitu, bersiaplah. Karena mulai detik ini, hidupmu akan lebih rumit dari yang kau duga."

Dario Mahendra tak pernah benar-benar mencintainya. Clarisse menyadari itu sejak tahun pertama pernikahan mereka. Lelaki itu menikahinya karena status, bukan perasaan. Clarisse adalah putri tunggal dari keluarga Nayara, pemilik jaringan media nasional yang bisa melambungkan reputasi Dario sebagai pengusaha muda ambisius. Pernikahan mereka adalah kontrak elegan yang dibungkus sutra dan senyum palsu.

Namun Clarisse, seperti wanita naif pada umumnya, sempat berharap. Ia mencoba mencintai, memberi, bertahan. Tapi perlahan, ia belajar bahwa tidak semua luka bisa disembuhkan dengan kesetiaan. Terlebih ketika kesetiaan itu tak pernah dibalas.

Malam itu, Clarisse duduk sendirian di balkon apartemen, memeluk secangkir teh hangat yang tak disentuhnya. Keiran berdiri tidak jauh, menjaganya dalam diam. Lelaki itu seperti bayangan. Tak pernah bicara, tak pernah bertanya.

"Apa kau sudah menikah, Keiran?" tanya Clarisse pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh hembusan angin malam.

"Belum."

"Punya pacar?"

"Tidak."

Clarisse tertawa miris. "Luar biasa. Seorang pria tanpa masa lalu, tanpa masa depan, dan tanpa kehidupan pribadi."

Keiran tidak menanggapi. Matanya tetap awas menatap sekeliling, seperti robot yang diprogram untuk mengabaikan emosi.

Tapi Clarisse bukan wanita yang mudah diabaikan. Ia adalah istri yang dikhianati. Seorang wanita yang sudah terlalu lama diam.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, ia membuntuti Dario.

Dengan mengenakan hoodie hitam dan kacamata besar, Clarisse mengamati mobil suaminya dari kejauhan. Ia menyewa mobil lain dan menyuruh supir pribadinya berhenti di ujung jalan. Hatinya berdetak kencang, bukan karena ketakutan, tapi karena firasat yang selama ini ia tolak dengan keras kepala: bahwa Dario menyembunyikan sesuatu.

Mobil Dario berhenti di sebuah rumah klasik di kawasan elit Menteng. Sebuah rumah yang tidak asing-bukan karena Clarisse pernah ke sana, tapi karena surat-surat pajaknya pernah masuk ke email bersama mereka. Dulu Clarisse mengira itu hanya aset kosong.

Tapi malam ini, rumah itu menyala. Tirainya terbuka sedikit.

Dan dari balik jendela, Clarisse melihat Dario memeluk seorang wanita. Rambut wanita itu panjang, berwarna coklat muda. Di pelukannya, ada seorang anak kecil. Sekitar empat tahun.

Clarisse tak bisa bernapas.

Tubuhnya gemetar. Matanya membelalak, lalu mengabur oleh air mata. Wanita itu tidak hanya pacar. Dia... istri. Dan anak itu, wajahnya...

Wajah anak itu adalah salinan kecil dari Dario Mahendra.

Clarisse tak ingat bagaimana ia kembali ke apartemen. Yang ia tahu, saat ia membuka pintu, Keiran masih berdiri di lorong, seperti hantu penjaga neraka.

Clarisse berjalan melewatinya, lalu membanting pintu kamar dengan keras. Ia memukul meja rias, menjatuhkan parfum mahal, dan merobek gaun malam yang baru dibelinya kemarin. Seluruh tubuhnya bergetar.

Keiran tak masuk, tapi ia mengetuk pintu.

"Bu Clarisse. Anda baik-baik saja?"

"Pergi!" teriak Clarisse, suaranya pecah. "Aku tak butuh penjaga bayaran yang bahkan tidak bisa melindungiku dari kenyataan!"

Namun Keiran tidak pergi. Ia tetap berdiri di depan pintu sampai suara Clarisse berubah menjadi isakan pelan. Sampai akhirnya... pintu terbuka.

Clarisse berdiri di ambang pintu, gaunnya sobek, riasannya luntur. Matanya merah. "Kau tahu," katanya pelan, "suamiku punya istri lain. Anak lain. Dan aku? Aku hanya boneka pajangan."

Keiran tidak menjawab. Tapi dalam sorot matanya, untuk pertama kalinya, muncul sedikit... iba.

Clarisse menatapnya lama. Lalu, tanpa peringatan, ia berkata: "Aku ingin membayar."

"Untuk apa?"

Clarisse melangkah mendekat, hanya beberapa inci dari dada bidang Keiran. "Untuk membuatnya merasakan apa yang aku rasakan. Untuk menghancurkan harga dirinya. Aku ingin kau menjadi kekasih gelapku."

Apakah Keiran akan menerima tawaran Clarisse?

Apa motif Clarisse sesungguhnya-balas dendam atau pelarian?

Dan siapa sebenarnya Keiran, pria misterius tanpa masa lalu itu?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Ahmad Bayhaqi

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku