Pernikahan dengan kontrak eksklusif? Mungkin itu terdengar aneh bagi sebagain orang. Namun, tidak untuk Cristal dan Taraka. Dengan tujuan yang sama yaitu balas dendam pada Devano, suami Cristal, mereka sepakat untuk menjalani itu pernikahan tanpa cinta itu. Seiring berjalannya waktu, sebuah rasa pun tumbuh di hati Cristal. Namun, tidak dengan Taraka. Hati dan cintanya masih untuk Emely. Mampukan Cristal meluluhkan hati Taraka? Akankah kontrak itu bisa dihapus dan berganti cinta?
"Emely," teriak Taraka saat melihat seorang wanita jatuh dari lantai lima ke lantai dasar.
Seketika laki-laki itu berlari dan melihat seorang wanita yang tergeletak di tanah sudah tak bernyawa dengan luka di kepala.
Taraka langsung memeluk wanita itu. "Emely, kenapa Kamu meninggalkanku," teriaknya dengan rasa sakit yang begitu luar biasa.
Sepasang pengantin yang hendak menikah pun tertunda karena tragedi ini.
"Ada apa ini?" tanya Tarisa, Kakak dari Taraka.
"Emely.... Emely...." Taraka hanya menyebut nama kekasihnya meraung-raung dengan air mata yang terus-terusan mengalir tanpa henti.
Tarisa pun menelepon ambulans dan pernikahannya pun tertunda karena tragedi ini. Semua orang pun ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan pada wanita yang tadi bunuh diri.
Seorang laki-laki terlihat tak suka dengan karena pernikahannya tertunda.
Taraka terus saja menangis dan dengan sabar Tarisa pun mengusap lembut pundak adiknya. Tak ada yang tau kenapa Emely melakukan ini?
"Keluarga pasien Cassandra Emely," panggil dokter setelah memeriksa pasien.
Taraka, Tarisa dan calon suami Tarisa, Devano pun menghampiri dokter itu.
"Pasien dinyatakan bunuh diri karena tak ada unsur pembunuhan sama sekali dilihat dari tubuhnya tak ada tanda-tanda kekerasan. Sangat disayangkan pasien sedang hamil muda dan janinnya pun hancur karena benturan keras ke tanah," ucap dokter yang bernama Kelsa.
Seketika Tarakan pun ambruk menangis sejadi-jadinya. Karena Emely tak pernah mengatakan ini dan ia benar-benar tak tau apa yang terjadi padanya.
Tarisa yang mendengar itu pun meneteskan air matanya. Karena melihat kesedihan adiknya yang begitu pilu dan lirih. Wanita itu tau kalau Taraka sangat mencintainya.
"Kita urus pemakaman Emely terlebih dahulu tak baik jika lama-lama dibiarkan," ucap Devano sembari menepuk punggung Tarisa.
Tarisa pun menoleh dan menganggukan kepalanya dan mengajak adiknya untuk bersiap untuk mengubur jasad Emely.
Setelah mengurus semuanya Emely pun di makamkan di TPU setempat. Orang tuanya berada di luar negeri dan sehingga pemakaman pun dilakukan tanpa orang tua Emely.
Semuanya bersedih karena Emely dikenal sebagai gadis yang baik dan juga periang tapi, tak ada yang menduga bisa-bisanya Emely melakukan ini.
Taraka menangis sejadi-jadinya di atas batu nisan Emely. Ia benar-benar sudah tak bisa melihatnya lagi. Semuanya berkabung atas kematian yang tak terduga.
***
Di tempat lain seorang wanita sekuat tenaga berlari dari kejaran beberapa orang yang berusaha menangkapnya. Tanpa lelah ia terus-menerus berlari menghindar tanpa alas kaki berharap ada yang menolongnya.
Namun, tak ada yang menolongnya. Semua orang yang melihatnya hanya menonton saja tanpa berbuat sesuatu. Dalam pikiran wanita ini sekarang bagaimana caranya untuk melarikan diri dan tak tertangkap lagi.
Wanita ini pun bersembunyi di samping mobil yang sedang terparkir. Beberapa kali ia menghembuskan napas panjang. Ia mendudukkan kepalanya melihat dirinya yang benar-benar mirip orang gila.
Keduanya lecet-lecet bahkan sampai berdarah karena sedari tadi ia melarikan diri. Ini kali ketiga wanita ini kabur dari tempat yang seharusnya bukan tempatnya.
Air matanya terus-menerus keluar dan segera ia hapus kembali. Secara pelan-pelan ia melihat sekitar, situasi benar-benar aman. Sebenarnya ia sendiri tak tau mau ke mana tapi, ia harus kabur dari sana.
Saat meraba pintu mobil ternyata mobil tak terkunci. Wanita ini pun buru-buru masuk dan bersembunyi di bagasi belakang. Ia pun melipat tubuhnya agar ia masuk dan menutupnya kembali dengan rapat.
Ia pun berbaring dengan kondisi kaki di lipat sembari mendengarkan beberapa langkah kaki yang ada tepat di samping mobil itu. Wanita itu mencoba menutup matanya dan menutup mulutnya sendiri berharap ia tak ketahuan.
***
Taraka masih bersedih air matanya terus-menerus mengalir tanpa henti.
"Taraka," panggil Tarisa sembari menepuk punggungnya.
Taraka pun menoleh.
"Ayo, Kita pulang," ajaknya.
"Tidak Kak, Kakak pulang saja duluan. Aku masih mau di sini kasihan Emely jika Aku tinggalkan Dia akan sendiri," jawab Taraka menolak ajakan kakaknya.
"Sayang, semua orang sudah pulang. Ayo, kita adakan doa bersama agar jiwa Emely tenang," ungkap Tarisa.
Mendengar ucapan Kakaknya Taraka pun beranjak bangun. Ia mau pulang terlihat sedari tadi Devano berada di belakang Kakak beradik ini. Tersenyum melihat Taraka dan Tarisa.
Supir sudah menunggu sedari tadi. Tarisa pun meminta supir membawa mobil Taraka pulang ke rumah dan Taraka sendiri bersama Tarisa dan Devano yang menyetir.
Taraka seseorang yang tak mau benda kesayangan di sentuh orang lain karena itu ia lebih suka menyetir sendiri dibandingkan memakai supir. Tapi, kali ini Taraka menurut saja karena ia benar-benar tak bisa menyetir.
Sesekali Devano melihat Taraka dan Tarisa di bangku belakang berusaha menahan kekesalan yang ia rasakan karena pernikahannya diundur.
Tak ada percakapan di dalam mobil. Benar-benar merasakan duka yang mendalam. Devano pun fokus menyetir sembari memikirkan rencana selajutnyanya.
Beberapa saat kemudian mereka pun sampai di rumah. Beberapa kerabat yang masih berkumpul pun yang awalnya menyambut kebahagiaan kini menjadi luka yang mendalam.
Taraka tersenyum masam ketika beberapa orang mengatakan bela sungkawa padanya. Tak ada yang mengerti perasaannya saat ini rasanya kehilangan seseorang yang begitu ia cintai.
Begitu banyak pertanyaan di dalam hatinya? Kepada siapa ia meminta jawaban untuk semua tanya dalam hatinya.
Doa bersama pun dilakukan dikediaman Taraka dan Tarisa. Semuanya khusu memanjatkan doa untuk mendiang Cassandra Emely atau Emely.
Setelah acara doa bersama Taraka pun masuk kamar Emely. Hampir satu bulan ia tinggal di kamar ini.
"Emely, kenapa Kamu melakukan ini? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanyanya sendiri.
Sekali lagi Taraka meneteskan air matanya. Pria ini benar-benar tak bisa menerima kenyataan ini.
"Emely, kenapa Kamu meninggalkanku. Aku sangat mencintaimu. Sekarang bagaimana Aku hidup tanpamu?"
"Emely..."
Taraka tersungkur di bawah ranjang tempat tidur kamar tamu. Pria itu menundukkan kepalanya merasakan sakit hati yang teramat sangat sakit.
"Tuhan, kenapa Kau membuatku merasakan perasaan kehilangan seperti ini? Jika saja Aku mampu memutar waktu, Aku ingin mengembalikan waktu untuk mengembalikan Emely padaku," gumannya sendiri dalam tangisnya yang begitu perih.
Taraka pun menyandarkan kepalanya ke tempat tidur sambil menghadap bantal. Air matanya terus-menerus mengalir tanpa henti.
Taraka pun mengangkat kepalanya saat melihat sesuatu yang terselip di balik bantal. Ia pun beranjak bangun dan berjalan dua langkah untuk melihat sesuatu di balik bantal.
Taraka pun duduk di samping batal dan mengulurkan tangannya untuk mengambil sesuatu.
Namun, Taraka langsung menyembunyikan kembali saat seseorang membuka pintu kamar itu.
"Taraka, Kamu di sini?" tanya Tarisa berjalan mendekati Taraka dan duduk di sampingnya.
"Ayo, Kita makan?" ajak Tarisa sembari mengelus tangan adiknya.
Taraka pun menggelengkan kepalanya.
Bersambung....