Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
The Ugly Duckling

The Ugly Duckling

Suzy Wiryanty

4.8
Komentar
35.1K
Penayangan
46
Bab

Bintang Sabda Alam, gadis remaja bertubuh tambun, dekil dan jerawatan akibat masa pubertasnya, tergila-gila pada Christian Diwangkara Junior. Anak sahabat orang tuanya yang dewasa, canggih dan sudah memiliki pacar seorang model professional. Hingga suatu hari, secara tidak sengaja, ia mendengar kalau laki-laki pujaannya itu menghinanya dengan sebutan buntelan jerawatan pada pacarnya. Sejak hari itu Bintang bersumpah bahwa tidak akan pernah lagi menampakkan dirinya di hadapan Tian sebelum ia kurus dan tidak kalah cantik dari pacarnya. Enam tahun kemudian mereka bertemu kembali dalam keadaan Bintang yang sudah berubah 180 derajat dari masa remaja culunnya. "Kamu yang sesempuna ini, mana mungkin dibandingkan dengan buntelan jerawatan seperti bocah halu itu? Kayak bumi dan langit tahu?" -Christian Diwangkara Junior. "Kalau mau ngejelek-jelekin orang, ngomong di depannya dong. Suka banget sih main belakang! Situ banci atau gay?" -Bintang Sabda Alam

Bab 1 Chapter 1

"Selamat pagi Ayah, Ibu, Kak Langit. Apa menu sarapan kita hari ini?" Bintang menuruni tangga dengan suara berdebum akibat langkah-langkah kaki besarnya. Ia sudah begitu tidak sabar untuk ikut sarapan setelah membaui aroma roti panggang dengan taburan keju yang meleleh di atasnya. Mulutnya langsung berair saat hidung mancungnya mulai mengendus-endus udara. Ini namanya keharuman yang hakiki untuk perut karetnya. Disebut perut karet karena memang perutnya mempunyai banyak sekali sisi-sisi kosong.

Jadi walaupun perut utamanya telah terisi, masih ada beberapa slot-slot kosong yang bisa diisi di dalamnya.

Selalu ada tempat di perutnya apabila ada makanan yang melambai-lambai manjah memanggil namanya. Mereka seolah-olah berkata, ayo makan aku, habisi aku dan nikmati aku. Kamu tidak usah takut karena kita masih bisa berolah raga besok pagi (kalau ingat) tentu saja. Bintang berprinsip, makanan tidak boleh dibuang-buang karena itu adalah merupakan tindakan yang mubazir. Di Afrika sana, berapa banyak anak-anak yang menderita gizi buruk dan busung lapar bukan? Oleh karena itu semua makanan harus di maksimalkan agar tidak terbuang cuma-cuma. Dan perutnya adalah salah satu tempat pembuangannya. Hehehe.

"Ahelah Bi, kamu makan roti sampai berapa tangkap itu heh? Mana pakai selai kacang lagi. Bagaimana jerawatmu tidak makin subur dan makmur semua di sana. Lah asupan makanan kamu juga begini-begini amat?" Langit menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia speechless melihat selera makan adik kembarnya.

"Jangan suka mengejek adikmu, Lang. Bintang 'kan masih dalam masa pertumbuhan. Jadi wajarlah kalau dia menikmati semua karbohidrat dan protein," Sabda memotong kata-kata Langit. Ia kemudian memalingkan wajahnya ke arah Bintang sambil berkata," asal kamu mau Ayah ajak jogging setiap pagi. Setuju, Nak?" Sabda membelai sayang surai hitam pekat anak gadisnya. Wajar dalam masa pubertasnya Bintang suka sekali makan. Itu semua wajar saja, asal diimbangi dengan olah raga yang cukup dan teratur. Kalau Bintang rajin dan disiplin, Sabda yakin pasti semua lemak membandel yang saat ini betah menghuni tubuh putrinya itu akan terbakar habis semua. Intinya adalah niat.

"Setuju aja sih, Yah. Tapi Bintang nggak janji ya? Hehehe." Sahut Bintang sembari nyengir. Kaum rebahan seperti dirinya ini memang anti sekali dengan yang namanya olah raga. Capek beut, cuy!

"Kamu itu ya Bi, selalu aja janji-janji melulu. Hari ini bilang besok. Besoknya bilang besok lagi. Eh tahu-tahu tahun sudah berganti, tapi joggingnya malah tidak jadi-jadi. Ayahmu tambah seksi eh kamunya malah tambah bohay. Bintang... Bintang." Senja menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar percakapan antara suami dan putrinya. Sementara yang di

sindir cuma nyengir-nyengir kuda aja. Masuk telinga kiri dan langsung bablas keluar dari telinga kanan.

"Kalian 'kan sudah habis ujian UNBK. Kok masih sekolah aja sih? Bukannya udah libur ya, Bi?" Tanya Senja seraya meletakkan segelas susu buat Bintang.

"Ini cuma rapat untuk membahas beberapa persiapan untuk PENSI nanti malam, Bu. Paling sekitar tiga jam gitu, Bintang juga udah balik. Bintang 'kan mengisi acara kesan dan kesan selama bersekolah di sana." Jawab Bintang seraya terus saja mengunyah.

"Kalian semua harus mengosongkan jadwal untuk besok malam ya? Kita di undang ke acara syukuran kelulusan Tian. Tante Lyn sudah bolak balik mengabari Ibu," Senja mengingatkan kembali mengenai undangan sahabat lamanya. Ia kini memfokuskan pandangan pada Bintang. "Kamu jangan bikin ulah nanti di sana ya, Bi? Apalagi nanti pasti ada pacarnya si Tian, Clara di sana. Jangan membuat Tian risih dan salah tingkah ya, Nak? Jaga sikapmu." Imbuh Senja lagi.

Senja yang tahu kalau putrinya ini tergila-gila kepada Tian, khawatir dengan tingkahnya yang terkadang suka berlebihan. Karena Tian juga sudah punya pacar. Kehadiran anak SMP labil seperti Bintang ini terkadang membuat Tian tampak serba salah. Senja jadi merasa tidak enak terhadap anak muda itu.

"Ck! si Clara Clara itu cuma pacarnya kan Bu? Belum jadi istrinya? Suami istri aja bisa cerai. Apalagi yang statusnya cuma pacaran doang. Kan bisa aja putus ditengah jalan. Orang Tian itu suami masa depannya Bintang kok. Ya kan, Yah?" Bintang meminta dukungan ayahnya yang seketika di hadiahi jitakan ringan di kepalanya.

"Hussss! Kamu itu masih kelas sembilan udah mikir soal suami aja. Umur juga masih lima belas tahun. Jangan suka asal bicara yang aneh-aneh. Pamali! Ya sudah ayah berangkat dulu ya anak-anak? Ayo, Bu." Bintang melihat ibunya segera mengambil tas kerja ayahnya dan mengantarkannya sampai ke pintu utama. Walaupun sudah menikah selama enam belas tahun, kedua orang tuanya tampak masih seperti sepasang pengantin baru saja. Mesra pake banget pokoknya.

"Ayo, Bi. Mau dianter ke sekolah nggak? Cepetan minum susunya. Kakak mau ke rumah Dava dulu nanti." Langit sudah beringsut dari kursi dan meraih tas ranselnya. Takut ditinggal, Bintang segera meneguk susunya hingga tetes terakhir seperti yang diiklankan di televisi. Ia buru-buru mengejar kakaknya yang sudah tidak sabar menunggu di atas sepeda motor.

==================================

"Tuh, gentong air udah dateng. Katanya aja kembar, tapi kok bisa beda banget gitu ya? Nggak yakin gue. Kalo kembar sama gajah sih pantes. Hahahaha..."

"Iya mungkin aja kembar, tapi beda emak, beda bapak cuma satu pembantu. Hahahhaha..."

Bintang menghitung satu sampai lima dalam hati, sebelum akhirnya memaksakan diri untuk melewati para pembullynya. Beginilah perlakuan yang harus diterimanya setiap hari di manapun dan kapanpun. Di sekolah, di tempat les, bahkan di mall dan jalan raya pun orang-orang selalu saja berlomba-lomba untuk membullynya. Itu semua terjadi karena ukuran tubuhnya yang memang di atas rata-rata anak seusianya. Julukan mulai dari gajah, kuda nil sampai tong leger pun sudah kenyang ditelannya.

Bintang sadar tidak semua orang yang dia temui di sekolah akan berakhir menjadi temannya. Dia sekarang juga tahu bahwa di sekolah dia bukan hanya takut saat menghadapi pelajaran fisika. Akan tetapi dia juga harus mulai belajar bertahan dari serangan verbal dan non verbal dari anak-anak yang have fun, dengan cara membuatnya tersiksa dan merasa tidak berguna. Dulu sewaktu kelas tujuh, dia pernah sempat ingin mengadukan perbuatan jahat sebagian orang-orang yang mengaku sebagai temannya di sekolah itu kepada kedua orang tuanya. Tetapi ia takut kalau mereka malah akan balik mengatainya pecundang, pengecut atau si pengadu. Makanya ia memutuskan bahwa ia akan mencoba bertahan semampunya saja. Kepada Langit pun ia tidak pernah mengadukan apa-apa. Soalnya para pembully itu semua mendadak manis kalau ada saudara kembarnya yang terkenal galak itu di sampingnya.

"Eh gentong air! Jerawat lo tambah subur aja. Lo pupukin pake aja sih tumbuhnya? Sampai adil dan merata begitu? Hahahaha..."

Kali ini Bintang melewati segerombolan anak laki-laki yang sedang duduk santai di balkon depan kelasnya. Bintang tahu mereka adalah anak-anak basket yang sangat populer dan digilai oleh semua anak-anak perempuan di sekolah Bina Bangsa Jaya. Bintang juga tahu kalau mereka semua adalah anak kelas 12. Tubuh tinggi besar mereka sangat mengintimidasinya yang hanya 158 cm. Tepat pada saat Bintang ingin melewati kelas mereka, salah seorang bintang basket yang populer itu menyilangkan kakinya.

"Rayu gue dulu Dek bohay, kalo lo emang mau melewati tempat ini dengan selamat tanpa satu insiden pun. Ayo cepat! Kalo lo nggak mau, lo nggak akan bisa masuk aula untuk ikut rapat." Sebuah suara bariton memasuki pendengarannya. Tanpa perlu memandang wajah orang yang membullynya ini pun, Bintang sudah mengenalinya dari suaranya saja. Bumi Persada Prasetya. Anak konglomerat pengusaha kayu kesohor negeri ini. Dari mulai ia kelas tujuh, bad boy ini sudah suka sekali mengganggunya.

"Maaf Kak, saya mau jalan. Tolong singkirkan kaki, Kakak." Tukas Bintang pelan. Hening. Tiba-tiba saja Bintang merasa dagunya diangkat tinggi. Rupanya Bumilah pelakunya. Bintang dengan cepat berusaha menepis tangannya nakal kakak kelasnya ini.

"Kalo lo diajak berbicara dengan seseorang itu, biasakan untuk melihat wajah lawan bicara lo. Paham? Rayu gue sekarang atau lo gue cium di sini. Cepat!" Bintang sampat terlompat kaget mendengar suara bentakannya. Kejadian-kejadian seperti inilah yang ingin dia sampaikan pada saat PENSI nanti. Ia ingin mencurahkan seluruh perasaannya selama tiga tahun ini sebagai salah satu dari korban bullying. Ia ingin menyadarkan teman-temannya bahwa perbuatan mereka itu sungguh sangat tidak manusiawi. Tepat ketika Bumi makin mendekatkan wajah padanya, Bintang mulai mundur-mundur ketakutan.

"Kak Bu--Bumi yang paling tam--pan se bumi pertiwi ini. Saya mau lewat. Saya mohon, tolong saya diberi jalan." Dan kaki Bumi pun segera ditarik kembali. Ia benar-benar memberi Bintang jalan. Entah Bintang salah lihat atau bagaimana, tetapi sepertinya ia sempat melihat si galak ini tersenyum simpul sebentar. Tanpa banyak bicara lagi, Bintang pun segera berjalan menuju aula.

"Bum, lo nggak salah mau nyium itu gajah bengkak depan belakang? Lo sehat?" David memandang Bumi dengan aneh. Bagaimana ia tidak heran, begitu banyak gadis-gadis cantik yang bertebaran di sekolah ini, Bumi malah mau mencium anak SMP yang bertubuh besar seperti gajah. Cantik sih... cuma ukurannya itu lho, jumbo cuy!

"Kenapa rupanya? Selera orang 'kan beda-beda. Dan gue juga nggak perlu menjelaskan tentang perasaan gue sama lo. Lo kan bukan gebetan gue." Sahut Bumi acuh.

"Njirrr, lo kata gue gay apa?" David langsung misuh-misuh sambil menyeringai jijik mendengar kata-kata Bumi. Masak jeruk minum jeruk?

=================================

"Bu, ini baju Bintang kok pada sempit semua sih? Pasti waktu dicuci kainnya pada menciut ini. Nggak bagus berarti bahan gaun-gaunnya semua." Bintang memandang putus asa hamparan gaun yang bertumpuk-tumpuk di ranjangnya. Senja hanya bisa menghela nafas panjang.

"Bukan gaun-gaun kamu yang menciut sayang, tapi tubuh kamu yang mengembang. Ayo, sini Ibu pilihkan satu yang bagus. Untuk acara PENSI kan?" Senja berusaha membuat mood putrinya kembali membaik. Bintang ini sebenarnya sangat cantik. Ini memiliki mata Sabda yang tajam serta hidungnya yang mancung. Bibirnya merah alami dan bergaris lembut seperti miliknya. Hanya saja tubuhnya lebih berisi untuk anak seusianya. Dan ditambah jerawat kecil-kecil yang memenuhi wajahnya. Senja yakin setelah melewati masa pubertas nya, ia akan menjelma menjadi putri yang sangat cantik. Lihat saja nanti.

"Nah pakai gaun putih ini aja ya, Nak? Nanti ibu akan membantu merias wajah dan rambutmu." Dengan segera Bintang mengangguk. Setelah menggunakan gaun putihnya, ia segera duduk manis du depan meja rias. Ibunya pun mulai menggambari wajahnya dengan berbagai macam bedak dan kuas.

"Nah sudah selesai. Coba lihat di cermin, Nak? Kamu cantik sekali, Bi." Dan Bintang pun nyaris tidak percaya bahwa gadis yang balas menatapnya dari dalam cermin itu adalah dirinya. Dia rupanya bisa tampil cantik juga. Begitulah penampilan Bintang saat menghadiri PENSI di sekolahnya malam ini. Banyak teman-temannya nyaris tidak mengenalinya. Ia ketahuan hanya karena tubuh bongsornya.

"Hei Gajah! Percuma juga lo dandan cantik, kalo badan lo tetep aja sebesar gajah!"

"Hei awas... awas... ada kingkong lagi jalan tuh!" Bintang tetap diam dan maju ke atas pentas saat namanya di panggil untuk mengucapkan pesan dan kesannya selama bersekolah di sini. Setelah membaca doa dalam hati, Bintang pun meraih mikrofon dengan mantap.

"Selamat malam Bapak dan Ibu guru sekalian yang saya hormati, dan juga teman-teman sekalian yang kalau boleh saya sayangi. Malam ini saya ingin mengungkapkan kesan dan pesan saya kepada kalian semua.

Dulu saya berpikir bahwa sekolah itu adalah tempat yang pasti akan sangat menyenangkan. Bertemu teman baru, belajar, dan juga bermain bersama. Saya sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan kalian semua yang di sebut dengan kata teman-teman. Akan tetapi apa yang terjadi malah berbanding terbalik dengan semua yang saya pikirkan. Hanya karena bentuk tubuh saya yang di atas rata-rata, kalian mulai mengejek saya, menghina saya, dan membully saya yang kalian sebut dengan satu kata manis yaitu, teman. Kalian juga memberikan nama-nama julukan yang sangat tidak manusiawi kepada saya. Dan akhirnya sekolah pun tidak lagi menjadi tempat yang menyenangkan untuk saya. Dan kalian semua tahu itu kenapa?

Karena sekolah bagi saya bukan lagi hanya sekedar tempat belajar, melainkan juga medan perang. Saya harus memperkirakan bagaimana hari itu saya akan dipermalukan, dan hingga jam sekolah berdentang saya harus berusaha bertahan. Saya bahkan tidak perlu melakukan apa-apa agar kalian semua tertawa. Apapun yang saya lakukan, selalu saja salah tanpa saya sengaja. Gaya bicara saya yang terbata-bata semakin membuat kalian tertawa. Mungkin kalian lupa bahwa saya adalah manusia yang tiga dimensional, bukan hanya bahan baku percakapan dan bercandaan.

Saya diam saja, bukan berarti yang kalian lakukan itu menyenangkan. Saya rasa semua anak yang pernah dibully tahu rasanya menerima gencetan dan cuma bisa diam. Tak ingin memperparah keadaan, kami lebih memilih menghindar.

Saya mengatakan semua ini bukan bermaksud untuk mengadu. Niat saya sederhana. Saya hanya tidak mau kembali jatuh korban. Cukup saya sajalah yang kalian beri pelajaran. Saya mohon, tolong jangan diulangi lagi.

Oh ya satu hal lagi yang ingin saya katakan dalam malam perpisahan ini. Mungkin kalian hanya mengenal saya sebagai Bintang Sabda Alam dan saudara kembar Langit Sabda Alam. Hari ini akan saya katakan satu kebenaran pada kalian semua. Saya adalah cucu dari Bapak Fajar Ramadhan pemilik sekolah ini dan anak dari Halilintar Sabda Alam dan Senjahari Semesta Alam. Jadi bisa dikatakan sayalah pemilik sekolah ini."

Suasana yang tadinya tegang menjadi semakin mencekam. Mereka tidak tahu bahwa sekolah mereka adalah milik keluarga Bintang. Semua teman-teman yang selalu membully nya mulai takut dan merasa tidak nyaman.

"Saya sebenarnya bisa saja membalas kalian semua. Tetapi saya tidak di ajarkan oleh orang tua saya untuk membalas kejahatan dengan kejahatan juga. Karena itu membuat diri saya tidak ada bedanya dengan kalian semua. Saya rasa sudah cukup saya menampilkan pesan dan kesan saya terhadap kalian semua selama bersekolah di sini. Terima kasih."

"Kamu keren, Bi. Kakak bangga sama kamu. Hanya saja kakak merasa bersalah karena kakak tidak tahu betapa dalam penderitaan kamu selama ini di sini. Mulai hari ini, siapa pun yang berani membully kamu, akan kakak ratakan mereka semua. Kakak janji!" Bintang tersenyum dalam deraian air matanya saat merasa kakak kembarnya memeluknya erat. Ia menang! Dia menang karena sanggup bertahan menghadapi para pembully dengan gagah berani selama tiga tahun ini. Tapi ia berjanji, mulai kelas 10 nanti dia akan memberi pelajaran kepada siapa saja yang berani membullynya dan juga anak-anak culun lainnya. Untuk saat ini, cukuplah sudah.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Suzy Wiryanty

Selebihnya
Lelaki Kedua

Lelaki Kedua

Romantis

5.0

Arimbi Maulida merasa dunianya runtuh saat Nina, sepupunya, membawa buku nikahnya dengan Seno Caturrangga, calon suami Arimbi, ke hadapannya seluruh keluarga besar. Nina mengaku telah dinikahi Seno secara hukum dan agama dua hari yang lalu. Dengan kata lain, Seno adalah suaminya sahnya saat ini. Padahal seminggu ke depan, Arimbi dan Seno akan melangsungkan pernikahan, setelah tiga tahun berpacaran. Undangan pun sudah terlanjur disebar. Pihak kedua keluarga geger. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Seno dan Nina menjalin hubungan di belakang Arimbi hingga Nina hamil. Arimbi pada akhirnya mengalah. Ia ikhlas kalau pernikahannya dibatalkan. Namun Handoyo, ayah Arimbi tidak setuju untuk membatalkan pernikahan. Handoyo meminta pertanggungjawaban keluarga Seno yang telah mempermalukan keluarga besar mereka. Keputusan yang dianggap paling tepat pun diambil. Adalah seorang Ganesha Caturrangga, kakak kandung Seno yang belum menikah, diminta untuk menggantikan Seno di pelaminan. Arimbi tentu saja menolak. Selain ia tidak mencintai Ganesha, sejujurnya ia takut pada Ganesha. Ganesha itu sangat dingin dan tidak punya hati. Menurut Menik, sahabatnya, yang dulunya adalah pacar Ganesha, Ganesha itu workoholic. Hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja. Ganesha tidak pernah mencintai siapapun kecuali pekerjaannya. Namun karena desakan keluarga besarnya yang beralasan malu besar apabila Arimbi tidak jadi menikah, Arimbi terpaksa menerima keputusan keluarga besar mereka. Bagaimana nasib Arimbi setelah menjadi istri Ganesha? Bagaimana pula usaha Seno untuk kembali meraih hati Arimbi setelah Nina ketahuan berbohong soal kehamilannya? "Bagi saya, kamu itu cuma beban tambahan, yang lagi-lagi disampirkan keluarga di pundak saya. -Ganesha Caturrangga- "Saya juga tidak pernah ingin ada di posisi ini. Menjadi istrimu itu sialnya tujuh turunan, delapan tanjakan dan sembilan tikungan tajam. -Arimbi Maulida-

Dignity ( Demi Harga Diri)

Dignity ( Demi Harga Diri)

Modern

5.0

Menjelang delapan tahun usia pernikahannya, Suri Hidayah merasa tidak bisa mempertahankan rumah tangganya lagi. Karena Prasetyo Prasojo, suaminya telah berubah menjadi sosok yang tidak lagi ia kenali. Pras berubah setelah karirnya melesat ke puncak. Dari seorang karyawan biasa, Pras kini menjadi seorang direktur pelaksana yang disegani. Pras lupa diri. Pras yang sekarang telah berdasi, kerap merudung Suri, secara fisik dan psikis. Merendahkan pendidikan Suri yang hanya tamatan SMP, serta mencela penampilan Suri yang menurut Pras norak alias kampungan. Dalam pandangan Pras, perempuan sempurna itu haruslah seperti Murni Eka Cipta. Anggun, cerdas, berpendidikan tinggi juga berharta. Murni adalah lady boss perusahaan tempat Pras bekerja. Suri yang sakit hati, dalam diam terus berusaha memperbaiki diri. Ia mencoba mengubah penampilannya menjadi lebih baik, dan juga belajar mencari penghasilan sendiri. Suri secara otodidak belajar memasarkan hasil rajutannya melalui media sosial. Hanya saja Suri terkendala dengan masalah modal. Ia tidak mempunyai cukup dana untuk membeli benang-benang dalam jumlah besar untuk keperluan merajutnya. Adalah seorang Damar Adhiyatna, mantan suami Murni yang kebetulan bertemu dengan Suri secara tidak sengaja. Damar adalah pemilik PT. Karya Tekstil Adhiyatna. Perusahaan yang bergerak dalam bidang benang jahit. Damar yang mengetahui kesulitan Suri bersedia membantu dengan sistem barter. Damar memasok benang, dan Suri memajang hasil rajutannya di toko kerajinan tangan ibunya. Bagaimana perjuangan jatuh bangunnya Suri dalam mengumpulkan serpihan harga diri? Bagaimana juga akhir kisah cinta segitiga antara Suri, Damar, Pras dan juga Murni? Cerita ini akan menjadi saksi betapa kekuatan cinta akan mengubah segalanya. Cinta sejati itu tidak pernah pudar karena rupa, dan tidak padam dimakan usia.

Hati Seorang Perempuan

Hati Seorang Perempuan

Romantis

4.9

Senjahari Semesta Alam dengan ikhlas merelakan dirinya diceraikan oleh suaminya sendiri demi menikahi Mega Mentari--anak perempuan pemilik perusahaan yang mengaku dihamili oleh suaminya sendiri, Abimanyu Wicaksana. Sementara itu Halilintar Sabda Alam-- kakak sulung Mega Mentari. Pemilik beberapa perusahaan properti raksasa negeri ini, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Senja, yang diperkenalkan oleh mertuanya sebagai adik bungsu Abimanyu. Abimanyu yang merasa dijebak sebagai kambing hitam dalam masalah hamilnya Tari, terus berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya agar bisa meraih kembali hati Senja. Sementara Sabda yang awalnya jatuh cinta pada Senja, menjadi salah faham saat secara tidak sengaja memergoki Abimanyu memesrai Senja bukan seperti seorang kakak terhadap adiknya, melainkan seperti seorang laki-laki yang tengah mabuk asmara. Sabda yang gelap mata malah akhirnya menjebak Senja dan menanamkan benihnya dirahim Senja. "Saya mohon, jangan memperlakukan Saya seperti ini. Saya punya salah apa pada Bapak? Laki-laki sejati tidak akan menggunakan kekuatannya untuk memaksakan dirinya terhadap seorang perempuan. Saya mohon jangan mengotori saya. Demi Allah saya bersumpah, saya tidak seperti apa yang ada dalam pemikiran, Bapak." (Senjahari Semesta Alam) "Salah kamu adalah, karena kamu telah menjadi duri dalam daging dalam rumah tangga adik saya! Kamu fikir saya tidak tahu akan hubungan terlarang kamu dengan Abimanyu? Kalian berdua itu incest, dan itu amat sangat menjijikkan! Kita lihat saja, setelah ini kamu masih bisa memandang dunia dengan kepala tegak, atau kamu akan melata seperti ular di kaki Saya!" (Halilintar Sabda Alam)

Buku serupa

My Doctor genius Wife

My Doctor genius Wife

Romantis

4.8

Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku