Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Luka Dosa Warisan

Luka Dosa Warisan

Nada_Senja

5.0
Komentar
9
Penayangan
3
Bab

Agnesia Danupratama, putri kedua Danupratama, mulai lelah menjadi gadis baik-baik. Segala hal tentangnya hanyah tentang anak pelakor yang tersemat. Seberapa baik dia mencoba tetap saja dipandang sebelah mata. Kebencian yang mulai menumpuk, membuatnya ingin membalas dendam. Aksa, laki-laki yang juga diam-diam mencintainya, terpaksa menerima pernikahan bisnis dengan Carla Danupratama, anak pertama sekaligus kaksk tiri Agnesia. Balas dendam Agnesia perlahan berjalan sempurna bahkan mendapat dukungan dari Aksa. Seiring waktu, Agnesia mulai jatuh cinta pada Aksa. Sanggupkah gadis cantik itu melupakan dendamnya atau terus menghabiskan balas dendamnya?

Bab 1 Mulai berubah

Agnesia menatap bayangannya di cermin dengan tatapan kosong. Gaun satin merah yang membalut tubuhnya membuatnya tampak seperti perempuan penggoda, sesuatu yang selama ini orang-orang labelkan padanya. 'Anak pelakor', 'perempuan murahan', 'perebut suami orang', kata-kata yang sudah terlalu sering ia dengar, bahkan dari orang-orang terdekatnya. Carla, ibunya juga orang-orang di belakang mereka. Sayangnya, Danupratama, tak mampu berbuat banyak hal dan hanya diam mendengar putri keduanya selalu mendapat ketidakadilan.

Hari ini, keluarga besar mereka mengadakan perayaan ulang tahun pernikahan ke-35 Tuan Danu dan istri pertamanya, Ny. Ratna sekaligus perayaan pernikahan kakaknya, Carla dengan Aksa Wijaya, seorang CEO muda yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan bukan hanya karena tampan tapi juga sepak terjangnya dalam usaha otomotif.

Agnesia menarik napas dalam-dalam sebelum keluar dari kamar. Begitu ia menuruni tangga, tatapan sinis dari para tamu mulai menghujani dirinya. Bisik-bisik mereka jelas terdengar.

"Itu anak perempuan dari istri kedua, ya?"

"Iya, yang ibunya dulu ngerebut suami orang."

"Mirip ibunya. Pantas aja Carla membencinya."

Agnesia hanya tersenyum tipis. Ia sudah kebal dengan semua itu. Berjalan dengan perlahan menuju sisi ruangan yang lain. Malas untuk berbasa basi dengan orang- orang bermulut manis.

Di sudut ruangan, Carla berdiri anggun dalam balutan gaun putih elegan. Senyum perempuan itu tampak manis bagi siapa pun yang melihatnya. Agnesia menatapnya dengan dingin sambmenenggak minumannya tanpa ekspresi.

"Akhirnya kau datang juga. Kau tak iri kan dengan yang kudapatkan? Yah, harusnya memang tidak karena aku anak sah Tuan Danupratama. Kau masih ingat?" Carla menyapanya dengan nada penuh sindiran. "Kukira kau cukup tahu diri dan belajar, adikku sayang!" Carla menepuk pipi adiknya perlahan.

Agnesia menegakkan bahu seakan tak mau menunjukkan kelemahannya. "Aku bagian dari keluarga ini, suka atau tidak!"

Carla terkekeh kecil, lalu mendekat, suaranya lebih pelan tapi penuh racun. "Kau memang bagian dari keluarga ini, tapi tetap saja kau hanya anak dari perempuan yang menghancurkan rumah tangga ibuku. Kau pikir bisa mendapat tempat di sini?"

Agnesia mengepalkan tangan, tapi belum sempat membalas, suara berat seorang pria menyela.

"Ada masalah?"

Agnesia dan Carla menoleh bersamaan dan melihat Aksa, suami Carla, berdiri di samping mereka. Pria itu tampak tampan seperti biasa dalam setelan jas hitamnya. Mata mereka bertemu sejenak, dan untuk sepersekian detik, Agnesia bisa merasakan sesuatu yang berbeda di sorot matanya. Sesuatu yang hangat, jauh dari kebencian yang biasa ia terima dari orang lain.

Carla segera menggandeng tangan Aksa, seolah ingin menunjukkan kepemilikannya. "Tidak ada apa-apa, sayang. Aku hanya mengingatkan adik tiriku ini untuk bersikap lebih baik dan sopan di acara kali ini!"

Agnesia menatap Carla dengan tajam sebelum melirik ke arah Aksa. Ia tahu pria itu menikahi Carla bukan karena cinta, melainkan karena tekanan keluarga. Ia juga tahu Aksa bukan pria yang bahagia dalam pernikahannya. Bukan rahasia jika mereka sering tidur terpisah.

Kembali, mata mereka bertemu., ada sesuatu yang tersirat dari tatapan keduanya. Terasa hangat dan lebih intens.

Namun, momen itu terputus ketika Tuan Danu naik ke panggung dan mulai memberikan pidato. Semua tamu beralih perhatian, termasuk Carla dan Aksa. Agnesia menghela napas, bersiap meninggalkan tempat itu untuk mencari udara segar, tapi suara lembut menahannya.

"Agnesia..."

Ia menoleh. Aksa masih berdiri di dekatnya, sedikit terpisah dari Carla.

"Jangan terlalu diambil hati," katanya pelan, cukup untuk hanya mereka berdua yang mendengar.

Agnesia menatap pria itu. Untuk pertama kalinya, seseorang dalam keluarga ini berkata sesuatu yang tidak menyakitinya.

Senyum kecil muncul di sudut bibirnya. "Aku sudah terbiasa." Dan tanpa menunggu balasan, ia berjalan pergi.

Agnesia menikmati malamnya dalam kesendirian di balkon. Sesuatu yang sering dia lakukan saat hatinya terluka justru menampakkan paras ayunya yang terlihat sendu.

"Tak seharusnya kau berada sendiri di sini!"

Gadis cantik itu menoleh. Menatap Aksa yang perlahan mendekat sambil membawa dua gelas coctail dan mengulurkan salah satunya pada Agnesia

"Kau juga tak seharusnya di sini. Apa yang kau lakukan?" Tanpa ragu, Agnesia menerima gelasnya dan kembali menenggaknya hingga tandas.

"Aku tak terlalu suka dengan kebisingan dan basa basi!" Aksa menatap gadis itu dan berjalan di sisi lain. Kini, mereka menikmati pemandangan malam kota dengan pikiran masing-masing.

"Begitukah? Kurasa bukan hanya itu?" Agnesia menatap Aksa dengan tatapan yang sedikit menggoda.

"Kurasa, kau mulai pintar membaca tentangku!" Kini tubuh mereka lebih dekat satu sama lain.

"Seperti yang Carla minta, aku harus banyak belajar, bukan?" Agnesia tersenyum dan mengedipkan sebelah mata.

"Apakah kau tahu, kau begitu cantik dan menarik?" Kini Aksa lebih merapat. Sesekali menghirup aroma tubuh Agnesia lebih dalam.

"Maaf, Tuan! Rayuanmu tak berlaku buatku!" Agnesia tertawa renyah. Memperlihatkan giginya yang berderet putih. Aksa turut tersenyum lalu kembali menatap gadis di depannya dengan tatapan hangat.

"Aku tahu! Tapi aku tak akan berhenti untuk mengatakan itu!" Agnesia menegang saat Aksa dengan tiba-tiba merangkul pinggang rampingnya.

"Bagaimana dengan Carla?" Agnesia melingkarkan satu tangannya di leher Aksa dan memainkan salah satu jarinya di dada bidang Aksa tanpa sungkan. Agnesia tersenyum. Rupanya, langit cukup mengerti sakit hatinya dan memberikan kesempatan untuk membalas dendam. Mulai dari Aksa.

"Bukankah kau sudah banyak belajar? Kurasa kau sudah tahu bagaimana jawabannya!" Aksa berbisik lirih di telinga Agnesia, dan tanpa aba-aba mencium pipi Agnesia dengan manis. Gadis itu tersenyum lalu menatap Aksa dengan menggoda.

"Kau yang memulai!" Agnesia mendekatkan wajahnya tanpa ragu dan Aksa menangkapnya dengan serangan ciuman tanpa jeda.

"Aksa...!" Agnesia berusaha mendorong tubuh Aksa. Gadis itu mulai sadar, Aksa sedang dalam pengaruh alkohol.

"Agnes, aku mencintaimu!" Aksa kembali menarik tubuh Agnesia, dan melahap bibir Agnesia dengan rakus.

Agnesia terdiam beberapa saat. Otaknya tak lagi mampu mencerna. Tanpa pikir panjang, turut memberi respon dan balasan yang membuat Aksa semakin berani.

Tak membuang waktu, Aksa segera membopong tubuh Agnesia ke sudut ruangan dan membaringkannya di atas sofa.

"Aksa, bagaimana jika..!" Agnesia berusaha mendorong tubuh Aksa tapi laki-laki itu tak ingin berhenti.

"Jangan khawatir, sayang. Kita aman malam ini!" Aksa kembali mengunci tangan Agnesia dan melanjutkan permainannya.

Berdua, mereka menghabiskan malam panjang dengan tujuan masing-masing. Tak ada lagi penolakan atau keinginan mundur. Aksa terlalu lama memendam rasa pada gadis yang kini ada di bawah tubuhnya. Tangannya dengan cekatan membuka pakaian Agnesia dan membuangnya. Tak ingin lagi menunggu lebih lama, dia harus bergerak cepat atau Agnesia akan menolak.

"Carla, pembalasan sedang berjalan!" Agnesia menggumam hingga akhirnya tersenyum penuh arti. Tak lama, ruangan yang sunyi dan temaram telah penuh dengan desahan dan lenguhan panjang.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nada_Senja

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku