Kaira sangat terkejut saat mengetahui jika lelaki yang dijodohkan dengannya adalah Melvin Ethan Wijaya. Mantan pacarnya di SMA yang sudah mencampakkan Kaira begitu saja. Setelah berhasil memanfaatkan kepintaran Kaira agar bisa lulus ujian. Kaira pun menyusun rencana untuk mengambil hati Melvin dan membalas dendam. Namun, apa yang terjadi setelah mereka melalui banyak hal bersama? Akankah cintanya yang dulu menggebu-gebu padam begitu saja?
Kegembiraan menyelimuti seluruh siswa SMA Pelita. Semua siswa kelas dua belas dinyatakan lulus. Sehingga kini mereka semua sedang merayakan eforia yang begitu riuh di lapangan basket outdoor sekolah. Tak mau ketinggalan seorang gadis berkepang dua dan berkacamata tebal. Berlari dari aula sekolah menuju ke tempat itu. Di tangannya tampak bunga warna-warni yang begitu cantik. Sedangkan sebuah selempang bertuliskan lulusan terbaik melingkar di badannya.
Gadis itu menyusup ke tengah-tengah hiruk pikuk kesenangan rekan-rekannya satu angkatan. Mereka tampak berkumpul dan menyoraki satu nama yaitu Melvin. Si murid tampan idola sekolah.
"Melvin! Kita lulus! Yeeey! Kita semua lulus!" teriak para gadis bersahutan. Si kutu buku tadi juga menuju ke arah orang yang sama. Ia tak menghiraukan tatapan orang-orang yang menatapnya sinis. Sebab, ia pun ingin menyampaikan ucapan yang sama pada lelaki tampan yang sudah lama dicintainya itu. Saat sampai di tengah-tengah. Betapa terkejutnya ia melihat sosok lelaki itu sedang berpelukan dengan gadis lain.
"Melvin!" panggil Gadis itu yang membuat si cowok tampan itu menoleh. Gadis itu berlari mendekat lalu mengurai pelukan mereka berdua. "Mengapa kau memeluk pacarku. Bukankah semua orang tau jika Melvin adalah kekasihku," hardik gadis itu.
"Hahahaha." Semua orang tertawa lepas. Tak terkecuali Melvin dan gadis di sampingnya.
"Bibi, Sayang. Aku memang pacaran denganmu. Tapi, itu kemarin. Saat aku masih membutuhkan otakmu untuk mengerjakan semua tugas sekolah dan lembar ujianku. Sekarang aku sudah mendapatkan nilai yang bagus. Cukup untuk memuaskan hati kedua orang tuaku. Jadi, aku tak membutuhkanmu lagi."
"Apa maksudnya itu?"
"Hei, gadis norak. Ternyata otakmu tak secerdas itu ya. Maksud Melvin dia mau putus sama kamu. Karena kamu sudah tidak dibutuhkannya lagi," kata gadis di samping Melvin yang langsung disambut dengan tawa para gadis lain.
"Apa?" gumam Kaira, si gadis kutu buku itu tidak percaya.
"Hahahaha. Bibi. Bibi. Bangunlah dari tidurmu. Karena mimpimu sudah selesai. Makanya, jangan jadi pungguk merindukan bulan," cibir salah satu siswi. Sambil terus menertawakan Kaira yang terlihat bodoh.
"Melvin. Katakan semua ini hanya bercanda, kan?" Melvin tersenyum kecil sambil mendekati Kaira.
"Tidak. Mereka benar. Aku tidak membutuhkanmu lagi. Detik ini juga aku mencampakkan mu. Hahaha!" Melvin tertawa lepas seakan tanpa beban. Padahal di depannya ada hati yang ia kecewakan. Semua orang pun ikut tertawa puas. Hanya Kaira yang meneteskan air mata. Dia merasa sangat terhina dan bodoh. Dia menatap ke sekeliling. Semua orang mencemooh dan menghinanya dengan sangat bahagia.
.
"Kaira," panggil seorang Nenek yang membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Ia segera meletakkan foto saat kelulusan SMA-nya di samping foto wisudanya di Tokyo University yang berlangsung beberapa saat yang lalu.
"Iya, Nek."
"Kamu sudah siap?" tanya wanita tua itu. Kaira pun mengangguk mantap. Kemudian ia beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati sang Nenek yang berdiri diambang pintu. "Wah. Kamu terlihat sangat cantik. Persis seperti mendiang ibumu," puji sang Nenek yang membuat Kaira tersipu.
"Ah, Nenek bisa saja."
"Andai kedua orang tuamu masih ada. Mereka pasti akan sangat bangga melihat prestasimu," tambah Nenek sambil menoleh ke arah gambar wisuda Kaira tadi. Kaira tersenyum sambil mengelus lengan sang Nenek yang mendadak terlihat sedih.
"Aku yakin. Sekarang pun mereka pasti bisa melihatnya dari surga. Iya kan, Nek?"
"Tentu. Ya, sudah. Ayo, kita berangkat! Nanti kita sampai malah acaranya sudah selesai." Kaira mengangguk setuju. Kemudian mereka melangkah pergi.
Mobil yang dinaiki Kaira dan Neneknya sampai di depan ballroom hotel mewah yang sedang menyelenggarakan pesta pernikahan pasangan anak pejabat. Seorang doorman membukakan pintu untuk Nenek dan Kaira turun. Lalu keduanya melewati karpet merah menuju ke dalam gedung yang sudah disulap dengan sangat megah.
Nenek girang saat bertemu dengan teman-temannya. Acara pernikahan ini memang milik cucu teman Nenek. Sehingga tak heran jika Nenek langsung sibuk bernostalgia sendiri sampai-sampai melupakan keberadaan Kaira disana.
"Oh, ini pasti Kaira. Wah, kamu cantik sekali," puji salah satu teman Nenek.
"Selain cantik dia juga baru saja lulus di Tokyo University lho!" sahut Nenek sombong, yang membuat Kaira merasa tidak enak, sedangkan yang lainnya takjub.
"Nenek," gumam Kaira protes.
"Lah. Kenapa? Emang bener kok." Nenek membalas tanpa dosa.
"Memang dari dulu kamu sudah terkenal pintar. Selamat ya, Kaira! Kamu benar-benar gadis yang sempurna. Kelak suamimu pasti sangat beruntung memiliki gadis seperti kamu."
"Terima kasih, Omah."
"Apa benar kau lulusan Tokyo University? Selamat ya! Kudengar kau masuk dengan jalur prestasi ya! Wah. Hebat sekali, anak saya saja ditolak karena nilainya kurang bagus." Kaira hanya tersenyum simpul atas pujian dari anak teman Neneknya itu.
Kaira merasa semakin tak nyaman berada di sana. Karena keluarga dari teman-teman Nenek semakin banyak berkumpul dan terus menyanjungnya. Saat matanya melihat meja prasmanan, ia pun memiliki ide.
"Maaf, Nek. Aku permisi ambil minum dulu ya!" pamit Kaira kemudian berlalu bergegas meninggalkan tempat itu. Dia melangkah dengan cukup cepat sambil sesekali menoleh ke arah kerumunan neneknya tadi. Kaira tak mengindahkan orang yang berada di sekitarnya. Hingga tak sengaja ia menabrak seorang laki-laki hingga nyaris terjatuh. Untung saja lelaki itu dengan sigap menangkap tubuhnya sebelum menyentuh lantai.
"Ma... maaf," kata Kaira. Matanya terbelalak melihat sosok lelaki tampan itu.
"Bibi," ujar lelaki itu dengan wajah tak percaya, tapi dengan senyuman khas di bibir. Kaira cepat-cepat menegakkan badannya kembali.
'Shit! Diantara ribuan lelaki di dunia ini. Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?' pikir Kaira kesal.
"Hahaha. Ternyata kau tidak jauh berubah ya. Kau masih saja menguntit ku seperti dulu. Tapi, dandananmu sekarang boleh juga." Melvin menyentuh dagu Kaira yang langsung ditepis oleh gadis itu.
"Hahaha." Kaira tertawa sumbang. "Jangan terlalu percaya diri, kawan! Aku bahkan tidak tau jika kau juga ada disini. Andai aku tau lebih dulu. Sudah pasti aku memilih untuk tidak pergi ke tempat sialan ini," kata Kaira. Ia meraih gelas berisi soda di atas meja samping Melvin kemudian segera pergi. Melvin tersenyum mengejek melihat kepergian gadis itu. Ia pun meraih gelas soda dan membawanya menjauh.
Dari tempat yang cukup jauh. Kaira berusaha untuk mengalihkan perhatian dari sosok lelaki tadi. Namun, ketika mengedarkan pandangannya. Ia malah melihat Melvin yang sedang berbincang dengan seorang laki-laki. Tak ada aneh dari sikap mereka, tapi saat Kaira memperhatikan dengan lebih jelas. Ia melihat lelaki itu memasukkan sesuatu ke dalam minuman Melvin saat Melvin lengah.
"Apa yang dilakukan lelaki itu?" gumam Kaira. Ia pun segera mengikuti kepergian Melvin setelah perbincangannya dengan lelaki itu selesai. Melvin berdiri di sudut ruangan hendak menikmati minumannya. Akan tetapi, belum sempat meneguk isi gelas itu. Kaira lebih dahulu merebutnya.
"Jangan minum itu!"
Buku lain oleh Riezka Karisha
Selebihnya