Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Malam Panas Dengan Mantan Suami

Malam Panas Dengan Mantan Suami

Rossy Dildara

5.0
Komentar
2.4K
Penayangan
96
Bab

Malam panas yang kami lalui itu telah membekas begitu dalam di hatiku. Seharusnya, malam itu adalah akhir dari segalanya, akhir dari permainan yang aku mulai. Aku merencanakan semuanya dengan sempurna, menjebak Kak Calvin agar masuk ke dalam perangkap Nona Agnes. Tapi, ironisnya, aku yang terperangkap dalam permainan sendiri. Itu adalah kesalahan. Kesalahan yang besar. Aku tidak seharusnya membiarkan diriku terbawa arus, membiarkan diriku terlibat lebih dalam dengan Kak Calvin. Hubungan kami seharusnya sudah berakhir. Tapi, aku merasa terikat, terperangkap dalam kenangan-kenangan indah yang kami ciptakan bersama. Lalu, bagaimana yang harus aku lakukan sekarang?

Bab 1 1. Membantu Menjebak

"Aaahhh ... Aahhh."

Di ruangan yang ber-AC dengan pencahayaan yang minim, aku mendesaah kuat dengan hati yang berdesir saat tubuhku berhasil dimasuki oleh seseorang yang dulu pernah menjadi suamiku.

Awalnya aku menolak, tetapi Kak Calvin terus memaksaku, dan akhirnya aku terhanyut dalam permainannya.

Selama masa pernikahan kami, kami hanya sekali berhubungan badan, dan aku bahkan tidak ingat bagaimana rasanya. Akan tetapi, dengan keanehan yang ada, kali ini aku merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa.

Ya Allah... aku memohon ampun-Mu, semua ini adalah kesalahan dan dosaku.

Seharusnya dari awal aku tidak menuruti permintaan yang konyol dari bosku.

Namun, di sisi lain, aku juga takut kehilangan pekerjaan. Mungkin, besok aku akan benar-benar dipecat jika Nona Agnes mengetahui kalau aku dan Kak Calvin telah memadu kasih semalam penuh.

***

POV Viona

(Flashback On)

"Halo ... iya, Pa?" tanyaku dari pada sambungan telepon. Papaku yang bernama Tatang menelepon.

"Bundaaaaa ...." Suara isakan tangis justru yang aku dengar memanggilku. Aku mengenal jika itu adalah suara milik Kenzie-anak semata wayangku.

"Kenapa, Sayang? Kenapa Kenzie menangis?" Jantung ini langsung berdegup kencang. Kenzie adalah anak yang jarang sekali menangis, jadi wajar kalau aku khawatir. Apalagi saat ini aku berada diluar rumah.

"Azzam dan teman-temannya mengatai Kenzie nggak punya Ayaaah, Bundaaaa. Hiks ...," jawabnya sambil menangis tersedu-sedu.

Aku tau Azzam, dia ini salah satu teman kelasnya. Kenzie sudah sekolah TK dan usianya saat ini 5 tahun.

"Lho ... kok bisa, si Azzam mengataimu begitu, Nak?"

"Katanya ... hali ini adalah hali Ayah se-dunia, Bunda. Dan meleka semua sibuk mencali kado untuk Ayahnya. Sedangkan Kenzie sendili nggak tau siapa Ayah Kenzie, telus meleka mengatai Kenzie nggak punya Ayaaah ...," terang Kenzie dengan suara cadelnya yang tak bisa mengucapkan huruf R.

Aku pun hanya bisa menghela napas berat. Memang anakku ini begitu sensitif kalau membahas masalah Ayahnya, jadi wajar juga mengapa dia menangis. Pasti dia sangat sedih.

Sebetulnya, bukan Kenzie tak punya Ayah. Apalagi anak haram. Tentu bukan!

Dia masih punya Ayah, hanya saja aku dan suamiku sudah bercerai. Dia juga tidak tahu kalau dihari setelah kami bercerai-aku ternyata dinyatakan hamil anaknya.

Sampai detik ini pun aku tidak pernah memberitahukan dia tentang Kenzie. Bukan bermaksud tega, tapi itu adalah permintaan Papaku.

Terlebih aku pun mendapatkan kabar dari mantan Ayah mertua, kalau dia tinggal di Korea sekarang.

"Ya udah, nanti besok biar Bunda nasehatin si Azzam, dan teman-temannya, ya ... biar mereka nggak terus meledekmu. Kalau begitu udahan dulu, ini Bunda mau ketemu sama Bos Bunda, Nak." Dari kaca pintu, aku melihat Nona Agnes melangkah menuju ke sini. Aku memang berada di dalam cafe karena ada janji ketemuan dengannya.

"Nanti Bunda pulangnya bawa Ayah, ya? Pokoknya Kenzie ingin punya Ayahhh, Bundaaa ...," pinta Kenzie yang kembali terisak.

Akhirnya aku langsung mengakhiri panggilan itu tanpa menjawabnya. Sebab aku sendiri bingung.

Kalau mengiyakan tapi pulang tanpa membawa ayahnya, itu sama saja seperti memberikannya harapan palsu. Yang ada Kenzie tambah sedih.

"Sudah nunggu lama?" tanya Nona Agnes yang baru saja menarik kursi di depanku lalu duduk.

"Baru saja, Nona," jawabku. "Apa Nona mau pesan minuman? Biar saya panggilkan pelayan."

Tangan ini sudah terangkat, hendak memanggil seorang pelayan yang baru saja lewat. Namun, Nona Agnes langsung menahanku.

"Enggak usah, Vio. Aku nggak haus, lagian aku juga masih banyak kerjaan habis ini."

"Oh ya udah." Kutarik kembali tangan ini. "Sekarang Nona katakan saja apa yang Nona dibutuhkan, biar saya langsung membelinya."

Sebelumnya, Nona Agnes ini memang mengajak ketemu karena dia mengatakan ingin meminta bantuan kepadaku. Jadi aku berpikir dia membutuhkan sesuatu yang harus aku beli.

"Nanti malam ... aku sudah mantap ingin menjebak pacarku. Dan aku butuh bantuanmu, Vio."

"Menjebak?!" Mataku seketika membulat. Bukankah menjebak itu dalam arti seperti melakukan tindakan kejahatan? Ah rasanya aku takut. Jantungku jadi berdebar sekarang.

"Iya. Hari ini pacarku pulang ke Indonesia dan nanti malam dia ada janji ketemuan dengan rekan kerjanya di restoran. Aku mau ... nanti kamu ...." Nona Agnes langsung menceritakan detail tentang rencananya, dan sontak diri ini kembali membulatkan mata lantaran terkejut.

Tidak! Apa yang dia lakukan salah. Aku pun nanti akan ikut berdosa.

"Tapi, Nona, kenapa Nona sampai melakukan hal itu?" tanyaku yang merasa tak habis pikir dengan idenya.

Nona Agnes ingin aku membantunya menjebak pacarnya supaya bisa tidur dengannya di hotel. Bukankah itu adalah hal konyol?

Bagaimana dengan harga dirinya? Dia 'kan perempuan.

"Memang kamu perlu tau, ya, Vio?" Mata perempuan itu terlihat sedikit melotot. Sepertinya dia tidak suka dengan pertanyaanku tadi. "Kamu 'kan kerja hanya jadi asistenku. Kalau memang aku nggak mau cerita, ya kamu nggak perlu tau dong!" pungkasnya kemudian.

"Maafkan saya, Nona." Aku menunduk sambil menggerakkan kepala sebentar naik turun. Sepertinya aku salah bicara. "Tapi sepertinya, saya nggak bisa. Saya nggak bisa membantu Nona."

"Kenapa?"

"Saya takut."

"Ngapain takut? Kamu 'kan nggak aku suruh b*nuh orang."

"Tapi, Nona, bukankah itu juga termasuk tindakan kejaha-"

"Udah mending nurut aja," potongnya cepat. "Kalau memang kamu masih ingin kerja denganku." Nona Agnes langsung berdiri sambil menyugar rambutnya ke belakang, lalu perlahan dia merogoh tasnya dan memberikanku sebuah botol obat berbahan kaca. Kecil sekali.

"Ambil ini, Vio. Pastikan tiga tetes tercampur diminuman pacarku dan awasi dia untuk benar-benar meminumnya. Kamu juga datang harus lebih awal darinya, lalu membayar pelayan untuk ikut membantumu."

"Memang ini obat apa?" Kuperhatikan obat yang berada dalam genggaman lamat-lamat. Botol bening ini polosan, jadi aku tidak tahu obat apa itu.

"Itu obat yang akan memperlancar misiku."

"Tapi bukan racun 'kan, Nona?" tanyaku memastikan karena ragu dengan jawabannya yang tidak mengatakan secara terang-terangan.

"Enggaklah. Gila aja kamu, Vio. Mana mungkin aku memb*nuh pacarku. Kan aku ingin sekali menikah dengannya."

Oh ... apakah rencana menjebak ini karena Nona Agnes ingin dinikahi?

Kalau memang iya, kenapa tidak memintanya secara langsung? Atau pacarnya memang tidak peka?

Ah sayang sekali kalau benar, padahal mereka sudah pacaran lebih dari dua tahun.

***

Sekarang, kedua kakiku ini telah berpijak di sebuah restoran bintang lima.

Aku datang sejam lebih awal dari pacarnya Nona Agnes, karena memang ini atas permintaannya.

Tapi aku sendiri memilih masih berdiri di dekat pintu kaca, belum ingin masuk karena masih mencari-cari keberadaan pacarnya Nona Agnes.

Eh tapi ngomong-ngomong, aku sendiri tidak tahu bagaimana rupanya. Ah bodoh sekali memang aku ini! Bagaimana coba aku mau membantu Nona Agnes, sementara aku sendiri tidak tahu wajahnya.

Tapi salah Nona Agnes juga mengapa tidak memberitahukan, padahal dia juga pasti tahu kalau aku belum pernah bertemu dengan pacarnya.

Setelah cukup lama berdebat dalam hati, aku pun segera merogoh ke dalam tas untuk mengambil hape. Lalu mengirimkan sebuah chat kepada Nona Agnes.

[Nona maaf ... bisa saya minta foto pacar Anda? Karena saya nggak tau wajahnya.]

"Viona ...."

Tiba-tiba, terdengar seseorang memanggil namaku dari arah belakang. Tapi kenapa suaranya terdengar begitu familiar sekali?

Tak menunggu waktu yang lama, aku pun segera berbalik badan dan menatapnya. Namun, sontak mata ini membulat.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rossy Dildara

Selebihnya

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Malam Panas Dengan Mantan Suami
1

Bab 1 1. Membantu Menjebak

21/09/2024

2

Bab 2 2. Bertemu Mantan Suami

21/09/2024

3

Bab 3 3. Sesuatu yang keras

21/09/2024

4

Bab 4 4. Gelombang kenikmatan

21/09/2024

5

Bab 5 5. Pikirkan baik-baik

21/09/2024

6

Bab 6 6. Pergi cari Ayah

21/09/2024

7

Bab 7 7. Cari mati

21/09/2024

8

Bab 8 8. Nggak mau disuntik

21/09/2024

9

Bab 9 9. Apa cuma pura-pura

21/09/2024

10

Bab 10 10. Biarkan dia bahagia

21/09/2024

11

Bab 11 11. Ada tuyul

22/09/2024

12

Bab 12 12. Siap menikah

22/09/2024

13

Bab 13 13. Mau membantu

22/09/2024

14

Bab 14 14. Hampir gila mencari

22/09/2024

15

Bab 15 15. Harus percaya padaku

22/09/2024

16

Bab 16 16. Tes DNA

22/09/2024

17

Bab 17 17. Ditinggal

22/09/2024

18

Bab 18 18. Sesuatu yang gatal

22/09/2024

19

Bab 19 19. Terasa sakit

22/09/2024

20

Bab 20 20. Mengapa aku begitu berharap

22/09/2024

21

Bab 21 21. Jaga bicaramu!

26/09/2024

22

Bab 22 22. Tukang urut

26/09/2024

23

Bab 23 23. Berjuang sendiri

26/09/2024

24

Bab 24 24. Tidak ikhlas

26/09/2024

25

Bab 25 25. Kehidupan masing-masing

27/09/2024

26

Bab 26 26. Apakah aku akan berdosa

27/09/2024

27

Bab 27 27. Mana buktinya

27/09/2024

28

Bab 28 28. Ide yang bagus

28/09/2024

29

Bab 29 29. Pesta pertunangan

29/09/2024

30

Bab 30 30. Ayah biologisnya Kenzie

29/09/2024

31

Bab 31 31. Apa kamu berbohong

30/09/2024

32

Bab 32 32. Anak kandungku

30/09/2024

33

Bab 33 33. Dia menciumku

30/09/2024

34

Bab 34 34. Parfum perempuan

30/09/2024

35

Bab 35 35. Calon anak tiri

17/10/2024

36

Bab 36 36. Menginap

28/10/2024

37

Bab 37 37. Viona menyukaiku

28/10/2024

38

Bab 38 38. Lancang sekali mulutmu!

28/10/2024

39

Bab 39 39. Apakah itu sebuah rahasia

28/10/2024

40

Bab 40 40. Kakak sebaiknya putus saja

28/10/2024