Gairah Masa Remaja

Gairah Masa Remaja

Gemoy N

5.0
Komentar
83.7K
Penayangan
151
Bab

Billy melepas Rok ku, aku hanya bisa menggerakan kaki ku agar Billy lebih mudah membuka Rok ku, sehingga Rok ku terlepas menyisakan celana pendek dan CD di dalamnya. Lalu Billy melepas celana pendek ku dan pahaku terpampang jelas oleh Billy, paha putih mulus tanpa cacat. Billy lulu menelusuri pahaku. Aku hanya bisa menikmati dengan apa yang billy lakukan padaku.

Bab 1 Part 1

Halo kenalin namaku Husna Amira, aku berasal dari kota metropolitan di pulau jawa, aku berada dikeluarga yang cukup taat dalam beragama. Aku lahir 18 tahun lalu.

.

Hari ini adalah hari pertamaku sekolah, hari dimana aku masuk ke SMA terkemuka di kotaku.

.

"Unaaaaaa" Teriak mamahku dari lantai 1 rumah.

.

"Iya mah" Balasku dengan juga teriak.

.

"Cepet turun dulu sebentar nak, ada yang mau mamah kenalin" Ucap mamah ku.

.

Aku pun bergegas keluar dari kamarku, dan turun ke lantai 1. Oh ya rumahku ini 2 lantai. Jadi ruang tidurku dan orang tua ku di lantai 2, sisanya seperti dapur dan ruang tengah ada di lantai 1. Saat aku berjalan daru tangga aku melihat ibuku lagi duduk bersama bapak bapak tua kira kira umurnya 40 an keatas, dengan wajah yang keriput, kurus, dan kulitnya hitam.

.

"Ini mama mau ngenalin kamu supir yang akan sering antar jemput kamu" Ucap mamah sambil senyum padaku.

.

Kenapa mamaku memperkerjakan supir karna sekolahku ini lumayan jauh dari rumah, berbeda dengan waktu aku SD dan SMP yang sekolahnya hanya berjarak 3 blok dari rumahku, jadi bisa ditempuh jalan kaki. Namun sekarang aku harus pekerjakan supir karna sekolahku lumayan jauh dari rumah.​.

"Kenalin, saya Pramono Non. Panggil aja pak Pram" Sambil menyodorkan tangannya ke arahku yang berdiri

.

" Iya pak, kenalin juga aku Husna Amira panggil aja Una" Sambil bersalaman dengan Pak Pram.

.

"Yaudah kami makan dulu, habis itu siap siap sekolah, Pak Pram udah sarapan? " Kata mamaku

.

"Udah bu, sudah sarapan saya tadi di rumah" Ucap Pak Pram dengan lembut.

.

"Oh iya pak, yaudah ini kunci mobilnya, mobilnya warna putih itu ya pak, panasin dulu mobilnya sebelum antar jemput Una" Kata ibuku sambil mengambil kunci dan menyerahkannya kepada Pak Pram.

.

" Iya bu" Kata Pak Pram sambil mengambil kunci mobil yang disodorkan ibu.

.

Pak Pram kemudian pergi ke garasi buat panasin mobil, sementara aku dan ibuku menyantap sarapan yang dibuatkan oleh Bibi Inem. Aku makan dengan ibuku sambi berbicara tentang persiapan disekolah baruku.

Setelah makan akupun bergegas ke mengambil tas dan segera menuju garasi di rumahku. Sampai disana aku melihat Pak Pram yang melap mobilku.

.

"Udah siap pak? " Kata ku sambil menepuk pundak Pak Pram.

.

"Eh Non, kaget saya, ini udah siap, mau berangkat sekarang non?" Kata Pak Pram.

.

"Ayo Pak, takut telat saya" Kata ku sambil masuk mobil.

.

"Ok non" Kata Pak Pram juga sambil masuk mobil.

.

Posisi ku di belakang Pak Pram, disepanjang perjalanan aku dan Pak Pram berbincang tentang apapun, karna kami nyambung obrolannya jadi enak buat bincang lama.

Tak terasa sudah sampai disekolah dan aku pun berpamitan dengan Pak Pram dan menuju sekolahku. Aku pun langsung mencari kelasku disekolah baru itu. Diperjalanan aku bertemu dengan 2 temanku yaitu Anin dan Linda, mereka berdua bukan cuman temanku, tetapi mereka berdua adalah sahabatku. Dari SD kami sudah satu sekolah dan sampai SMA kami juga satu sekolah.

anin

"Unaaaaaaa" Teriak Anin dengan mengangkat satu tangannya ke arahku.

.

"Eh kalian" Bergegas aku pergi ke arah mereka berdua

.

"Lo lama amat sih dari tadi nunggu" Kata Linda.

.

"Iyanih ampe luntur skincare gue" Timpal anin.

.

"Maafin yak hehe" Kata ku sambil tersenyum tipis.

.

"Lo tau na kelas kita dimana? " Kata Linda nanya.

.

"Kan digrub dikasih tau, kelas kita di lantai 3 ujung, gak masuk grub sih" Kata ku.

.

"Hehe, yaudah kesana aja langsung yok" Kata Anin.

.

Kami pun bertiga langsung menuju kelas yang dituju itu, sesampainya disana aku cukup terkejut karna sudah banyak murid lain yang sudah sampai, aku dan temanku pun langsung duduk ditempat bangku yang tersisa, aku duduk dimeja paling belakang pojok kanan sementara anin dan Linda duduk di depan meja ku.​

.

Tak lama kemudian ada seorang siswa dengan gaya culun masuk kelas, dia memakai hoodie abu abu dan bekepala cepak, di juga memakai kacamata bulat yang sering dipakai oleh siswa siswa culun pada umumnya, karna meja disebelah tempat ku saja lagi yang kosong tersisa dia menuju meja itu, tapi saat dia sampai dia meja dia seperti kebingungan dengan kepala tertunduk malu, mungkin gugub duduk bersebelahan dengan wanita cantik sepertiku, haha bersyandaaaa.

Aku pun memberanikan diri untuk berbicara dengannya terlebih dulu.

.

"Duduk aja gakpapa kok" Kata ku sambil menepok kursi disebelahku.

.

Dia menatapku sebentar dan kembali menundukan kepalanya, lalu dia duduk. Aku menatapnya dengan sedikit tersunyum karna baru pertama kali aku bertemu dengan orang seperti ini. Setelah itu dia mengarahkan wajahnya kepadaku.

.

"Makasih yah udah mau duduk disamping aku" Kata laki laki culun itu, sambil menganggukan kepalanya dan kembali memalingkan wajahnya dari ku.

.

"Hai kenalin nama ku Husna Amira, panggil aja Una" Sambil menyodorkan tanganku ke dia.

.

"Oh iya namaku Ridho, panggil aja Edo" Sambil tangganya meraih tangan ku untuk bersalaman.

edo

.

Saat bersalaman dengannya aku merasakan tangannya gemetar, seperti orang yang gugub mau tampil dipentas seni. Tak lama kemudian lonceng berbunyi dan ada guru yang masuk kekelas kami. Beliau memperkenalkan diri nama beliau Pak Sucipto, beliau adalah wali kelas kami selama satu tahun nantinya.

.

Kelas belum bisa melaksanakan belajar dan mengajar, karna hari ini tentang pengenalan sekolah dan sesi perkenalan setiap siswa. Habis dari kegiatan itu waktu pulang dan aku di jemput lagi oleh Pak Pram. Dan sampai dirumah aku istirahat dan melakulan aktifitas seperti biasa dirumah.

***

Sudah hampir 2 bulan aku belajar disekolah ini, tidak banyak hal menarik namun cukup menyenangkan bagiku untuk berada disini, apalagi ada Anin dan Linda yang selalu menemaniku saat disekolah maupun pulang sekolah, biasanya habis pulang sekolah kadang mereka ikut pulang bersamaku dan dirumahku mereka main sampai sore. Dengan semua hal happy yang aku rasakan disekolah ini berbanding terbalik dengan teman sebangku ku si Edo, karna perawakannya culun dia sering dibully di kelas maupun di luar kelas. Kadang dia diejek dengan panggilan wibu, gila, miskin dan semacamnya. bahkan dilukai secara fisik dan mental. Aku cukup kesian dengan apa yang iya alami, beberapa kali aku membantunya dengan membelanya supaya tidak diganggu oleh teman teman, namun hal semacam itu tidak bisa menghindarkan dia dari bullyan itu. Dia hanya punya waktu tenang saat duduk disampingku, karena saat duduk disampingku tak ada satupun orang yang mengganggunya.

.

Bel jam ke 5 sudah berbunyi saatnya kami masuk kelas, aku, Anin, dan Linda sedang berada di kantin. ​.

Anin

.

"Eh udah bel tuh, ayo cepet kekelas hari ini kan materinya Pak Bagas" Kata Anin langsung membereskan tempat makannya dan langsung berdiri.

.

"Sebentar ah, ini belum abis nasi gorengku" Kata ku sambil mengunyah nasi goreng yang kusantap.

.

"Bungkus aja na, dari pada nanti kena marah sama Pak Bagas" Kata Linda menarik tanganku.

.

"Iya iya aku minta bungkusin dulu ama mangnya" Kataku mengambil piring nasi goreng yang masih tersisa setengah piring.

.

Setelah mamangnya membungkuskan nasi gorengku, kami pun bergegas ke kelas. Saat sampai dikelas aku terkejut saat melihat Edo dengan pakaian sebagian basah kuyup. ​.

Edo

.

"edo lu kenapa?" Dangan suara yang agak keras sambil memposiskan badan ku untuk duduk dibangku ku.

.

Edo hanya diam tak bergeming, dia hanya menunduk dan tak mengucapkan sepatah kata pun.

.

"Yaudah kalo gitu, gakpapa kamu gak mau cerita sekarang, kamu udah makan do? " Kata ku sambil menepukan tangan kiriku dipundaknya.

.

"Be be belum na" Kata edo dengan gemetar tapi tidak menatap wajahku.

.

"Yaudah ni ada nasi goreng tadi aku gak habis makanya. Kamu makan aja" Kata ku sambil menyodorkan bungkusan nasi goreng.

.

"Makasih una" Sambil menganggukan kepalanya namun tak menatap kearahku, tangan kanannya pun mengambil sebuah bungkusan nasi goreng yang kusodorkan tadi.

.

Edo pun makan dengan lahapnya, dia seperti orang yang kelaparan. Aku jadi iba kepadanya berharap suatu saat aku bisa membantunya. Tak lama saat Edo menghabiskan makanannya Pak Bagas masuk dan langsung memulai materi pada hari ini. Ditengah beliau menjelaskan tentang matematika beliau membuat soal dan siapa saja yang bisa menjawab soal ini akan diberi nilai tambahan saat ujian nanti. Aku lihat soal itu sangat susah, akupun tak berfikir bisa menjawab soal itu, namun Edo disampingku langsung menghitung soal itu dibukunya. Edo anak yang dikenal pintar dikelasku jadi aku berfikir dia bisa menjawab soal yang diberikan Pak Bagas. Namun Edo malah memberikan jawaban itu padaku.

.

"Ini Una jawabannya, kamu yang jawab yah" Kata Edo menyodorkan buku yang berisi jawaban soal Pak Bagas.

.

"Eh nggak ah, kan kamu yang ngerjain masa aku yang jawab sih" Kata ku sambil berbisik dengan mendekatkan badanku pada Edo.

.

"Gakpapa Una, kalo aku yang jawab aku bakal dibully lagi, nanti aku dibilang caper, hitung hitung kamu udah bantu aku, kasih aku makan tadi jadi aku gak lapar lagi" Kata Edo meyakinkan ku sambil berbisik.

.

Aku diam karna aku merasa tak enak dengan Edo.

.

"Ayo Una cepet nanti keburu ada yang jawab" Kata Edo kembali meyakinkan ku.

.

"Kamu beneran gak apa apa do?" Kataku ragu.

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gemoy N

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku