Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjerat Pesona Si Gadis Bar Bar

Terjerat Pesona Si Gadis Bar Bar

Rosi Ciya

5.0
Komentar
7
Penayangan
6
Bab

"Woii! Lepasin tangan gue ogeb!" Teriak Alana menatap tajam seorang pria tampan yang kini tengah mencengkram pergelangan tangannya dengan cukup kuat. "Saya akan melepaskan kamu tapi dengan satu syarat." Balas Dipta. "Yaudah apa syaratnya?" Tanya Alana buru buru. "Saratnya adalah kamu harus menikah dengan saya!" "Apa! Gak mau! Om kan udah tua, nanti kalau kita nikah terus om tiba tiba metong gimana? Gue gak mau om jadi janda!" Teriak Aluna yang membuat Dipta shock berat. "Saya belum terlalu tua!" Balas Dipta. "Maaf ya om, om ini emang ganteng tapi maaf banget ya, om itu bukan tipe saya." "Memang tipe kamu yang seperti apa?" Tanya Dipta penasaran, sebab baru kali ini ada yang menolak pesonanya. Di saat di luaran sana beribu wanita cantik mengantri untuk menjadi kekasihnya. Bocah ingusan di depannya ini malah menolaknya mentah mentah. "Tipe gue itu cowok cowok perkasa om!" Jawab Alana. "Saya juga perkasa, dan yang pasti tahan lama!" Balas Dipta ambingu yang seketika membuat otak kotor Alana traveling ke mana mana. "Kamu mau coba?" Tawar Dipta tersenyum miring. "Bahaya ni orang!" Gumam Alana dengan wajah yang sudah memerah.

Bab 1 Menyelamatkan Bocah Kecil

Pranggg!

"Astaga Alana, kamu kalau jalan pelan pelan dong!" Teriak Hesti, wanita berusia 45 tahunan namun masih terlihat awet muda dan cantik.

Sedangkan gadis cantik yang di tegur malah asik cengengesan tanpa rasa bersalah.

"Hehehe maaf ya ma, gak sengaja." Ringis gadis bernama Alana.

"Ini vas ke berapa yang sudah kamu pecahin?" Tanya mama sembari berkacak pinggang.

"Ih si mama gitu aja baper, orang baru lima vas doang yang Alana pecahin." Jawab Alana santai.

"Baru lima? Jadi kamu berencana mau mecahin vas bunga mama lagi?" Teriak mama degan mata melotot.

"Slow ma, slow! Jangan marah marah dong ma gak baik tau buat kesehatan," ujar Alana.

"Ada apa sih ini ribut ribut?" Tanya Rudi papa Alana yang kini tengah berjalan mendekat ke arah mereka dan mendudukkan dirinya di kursi santai yang berdekatan dengan tempat duduk sang isteri.

"Ini pa, anak kamu tuh setiap hari kerjaannya bikin mama darah tinggi mulu!" Cerocos mama mengadukan tingkah Alana kepada sang suami.

"Ih si mama gitu aja ngadu, kayak anak kecil aja sih!" Dengus Alana.

"Suka suka mama dong! Mangkanya punya suami sana biar ada tempat buat ngadu." Balas Hesti menatap Alana dengan wajah songongnya.

Sedangkan Rudi hanya bisa geleng geleng kepala menyaksikan tingkah kedua wanita yang sangat ia cintai.

Alana yang kesal dengan sang mama pun berjalan menghampiri papanya dan mendudukkan bokongnya di samping sang papa.

"Pa, tuh isteri papa ngeselin banget sih! Ngapain juga papa dulu nikah sama mama. Kerjaannya cuma marah marah Mulu, sampai kuping Alana sakit dengernya." Gerutu Alana yang sukses membuat Hesti melotot dan siap menyemburkan lava kemarahannya.

"Alana! Kamu ngajakin mama gelut ya!" Teriak mama tak terima.

"Emang mama bisa gelut?" Tanya Alana mengangkat sebelah alisnya.

"Kamu nantangin mama?" Tanya Hesti ngegas.

"Gak deh ma, aku gak mau jadi anak durhaka. Cukup mama aja yang jadi mama durhaka." Balas Alana dengan wajah sok polosnya yang membuat papanya tertawa terpingkal Pingkal.

Hesti menatap jengkel ke arah ke duanya, jika saja sekarang dia adalah tokoh anime pasti sudah keluar asap dari kedua kupingnya dan juga muncul tanduk di atas kepalanya.

"Papa ngapain sih ikut ikut ketawa segala!" Sentak Hesti membuat nyali Rudi menciut. Sebab jika Hesti sudah marah maka dia tidak akan mendapatkan jatah malam ini.

"Maaf ya ma, papa khilaf." Cicit Rudi.

"CK papa! Badan besar tapi nyali hello Kitty. Dasar Sumi takut isteri!" Gumam Alana mendengus sebal melihat kelakuan kedua orang tuanya.

Alana pun berdiri dari duduknya, dia berjalan ke arah laci yang ada di ruang santai dan mengambil kunci motor sportnya. Dari pada dia di sini cuma ngelihatin kedua orang tuanya yang sebentar lagi mau bermesraan lebih baik dia hang out saja sembil cuci mata lihat para cogan yang tengah berkeliaran.

"Mau ke mana kamu?" Tanya Hesti saat melihat putrinya tengah mengenakan jaket kulit berwarna hitam yang menjadi kesukaan Alana.

"Mau cuci mata lihat cogan yang bening bening."

"Jangan cuma di lihat doang dong sayang, sekali sekali gaet terus jadiin pacar. Bawa ke rumah buat di kenalin sama papa mama, emang kamu gak kepengen apa punya pasangan terus nikah punya anak, hidup bahagia sama keluarga kecil kamu." Ucap Rudi yang membuat Alana menghembuskan nafasnya kasar.

"Bener tuh apa kata papa kamu Al. Kapan kamu mau nikah, usia kamu udah 24 tahun tapi sampai sekarang kamu masih betah sendiri. Temen temen kamu yang cewek semuanya udah pada nikah. Mama juga setiap kali kumpul sama teman teman mama selalu aja di tanyain kapan kamu nikah. Mama tuh capek dengerin mereka nyinyirin kamu jadi perawan tua. Meskipun kamu kadang bikin mama empet tapi kalau ada orang yang jelek jelekin kamu mama juga sakit hati tau! Makannya cepetan nikah supaya bisa bungkam mulut busuk mereka dan supaya mama juga bisa pamer mantu ke mereka semua!" Sahut Hesti menggebu gebu.

"Orang pacar aja gak punya malah suruh nikah, terus nikahnya sama siapa? Sama kucing!" Dengus Alana yang sudah sangat kesal dengan kedua orang tuanya jika sudah membahas hal seputar pernikahan.

"Ya cari pacar dong Alana! Atau mama aja yang nyariin gimana?" Tanya Hesti menatap Alana dengan kedua alis naik turun.

"Gak mau! Alana mau nyari sendiri aja, lagian cowok pilihan mama tuh pastinya payah payah semua!" Tolak Alana mentah mentah.

"Berarti secara gak langsung kamu ngatain papa payah dong!" Sentak Rudi yang merasa tersindir dengan ucapan Alana.

Alana yang sadar jika dia sudah salah berucap pun hanya bisa meringis sembari mengangkat tangannya dengan gerakan pist.

"Udah ah jangan bahas nikah nikah lagi, sekarang Alana mau keluar dulu buat jalan jalan, dadah!" Pamit Alana dan segera berlalu dari sana.

Alana berlari menuju garasi depan untuk mengeluarkan motor sportnya, motor sport Ducati warna putih yang selalu menemaninya kemanapun ia pergi.

Meskipun Alana memiliki mobil yang tak kalah keren dan juga mahal, namun gadis tersebut lebih nyaman jika bepergian menggunakan motornya.

Setelah mengenakan helm full face, Alana segera menaiki motornya dan melajukannya menuju taman kota.

"Akhirnya sampai juga." Gumam Alana setelah memarkirkan motornya di tempat parkir khusus roda dua.

"Udah lama gue gak kesini!" Monolognya pada diri sendiri sembari melihat ke arah anak anak yang tengah bermain bersama dengan riang gembira.

Baru saja Alana melangkahkan kakinya, tiba tiba dari arah berlawanan terjadi keributan yang membuat semua orang di taman kota tersebut panik termasuk semua anak kecil yang tadinya tertawa penuh suka cita kini tengah menangis di pelukan ibunya masing masing.

"Sialan! Siapa sih yang bikin gaduh bikin semua orang panik aja!" Dengus Alana.

Brakkk!

"Aaaaaaa!" Terdengar suara jeritan anak kecil yang membuat Alana dan semua orang terkejut.

Tanpa pikir panjang Alana segera berlari ke arah sumber suara, di sana terlihat seorang pria yang tengah mengamuk dan melukai seorang anak kecil hingga pelipisnya berdarah.

Terlihat juga beberapa orang yang berusaha menghentikan pria tersebut namun sepertinya tenaga pria itu sangatlah besar hingga orang orang itu tidak bisa menghentikan perbuatanya.

"Wah gak bisa di biarin nih orang. Sama aja dia udah melakukan penganiayaan, gue harus selamatin tuh bocah!" Gumam Alana.

"Lepaskan! Akan ku bunuh anak tidak tau diri itu!" Teriaknya seraya berlari ke arah bocah laki laki yang kini tengah meringkuk di atas aspal dengan raut penuh ketakutan.

Namun sebelum pria itu mendekati bocah laki laki itu, Alana lebih dulu menghadang langkah pria tersebut.

"Sebelum tangan Lo nyentuh dia, gue yang akan lebih dulu matahin tangan Lo!" Ucap Alana menatap tajam pria di depannya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku