Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Code Name Amaryllis

Code Name Amaryllis

emurbawa

5.0
Komentar
151
Penayangan
14
Bab

Tahun 2050, keadaan Indonesia sangat memprihatinkan. Korupsi merajalela di kalangan pejabat, membuat negara merugi dan pembangunan terhenti. Hukum tak lagi berlaku bagi para koruptor, dan lembaga-lembaga keadilan sosial tak mampu menolong rakyat dari penindasan. Presiden, yang sudah kehabisan cara konvensional untuk memberantas korupsi, akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah radikal. Dia membentuk sebuah lembaga rahasia yang tugasnya adalah membasmi koruptor. Lembaga ini, yang dikenal dengan nama sandi "Lembaga Pemuda dan Pemudi", merekrut pemuda-pemudi yang baru lulus sekolah dan memiliki tekad kuat untuk mengubah nasib bangsa. Dengan peralatan canggih dan pelatihan intensif, para agen ini bergerak dalam bayang-bayang, menyusup ke dalam jaringan korupsi yang telah mengakar dalam. Mereka menghadapi bahaya dan konspirasi, berjuang untuk mengungkap kebenaran dan membawa para koruptor ke hadapan keadilan. Kisah ini mengikuti perjalanan gadis muda dengan code name amaryllis, penuh dengan intrik dan aksi. Di tengah kegelapan, mereka adalah harapan terakhir bangsa. Akankah mereka berhasil menghapuskan korupsi dan mengembalikan keadilan di Indonesia?

Bab 1 Prolog

Kondisi negara semakin gawat di tahun 2050, karena korupsi kembali menjadi perbincangan hangat di media selama beberapa tahun terakhir.

Semakin banyak pejabat yang menguras, mencuri kekayaan negara, tanpa malu. Mereka melakukannya hanya untuk kepentingannya pribadi.

Banyak pula pembangunan di sudut kota yang terhenti, mangkrak tanpa kejelasan. Kota besar dulu selalu diterangi oleh lampu gemerlap, kini tinggal kenangan.

Banyak jalanan rusak, tidak terawat. Berbagai macam fasilitas publik pun ikut terbengkalai dan tak terurus.

Trend baru di tahun 2050, "Korupsi". Hal ini menjadi suatu kebutuhan pokok bagi para penguasa.

Hukum tidak lagi bisa dipakai. Para tikus berdasi kian bebas berkeliaran. Tugas mereka berganti menjadi menghamburkan uang rakyat, mereka juga berlindung dibalik kekuasaan serta kekayaan yang telah diraup.

Padq masa itu, semua kehilangan fungsinya. Seperti Lembaga keadilan, seharusnya menjadi benteng terakhir untuk rakyat bernaung, kini tidak berguna.

Berbagai keputusan pengadilan semakin mudah dibeli dengan harga yang sangat murah, seperti tersangka pembunuhan, ia bisa bebas hanya dengan menyuap para penegak hukum dan para hakim.

Banyak rakyat yang berpenghasilan menengah ke bawah, kini mereka seperti sapi perah, bekerja keras hanya untuk memenuhi kantong pejabat yang haus kekayaan.

Negara seakan kembali pada ke masa penjajahan. Tenaga rakyat dipakai tanpa upah, hasil dari kerja keras mereka disedot habis oleh para penguasa.

Fasilitas umum banyak tidak bisa pakai, meskipun mereka selalu membayarkan uang pajak pada pemerintah.

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, namun jalanan utama ibu kota terasa sunyi.

Hujan rintik, membasahi aspal. Banyak orang lebih memilih untuk tetap berdiam diri di dalam rumah masing-masing.

Lampu jalan yang temaram, berhasil menciptakan suasana yang sangat kelam, ditambah keadaan jalanan yang rusak, memunculkan kesan misterius di malam itu.

Seorang gadis muda berkacamata sibuk menyusun makanan ringan di rak. Ia bekerja di sebuah minimarket yang berada di gang terpencil, di dekat perbatasan ibu kota.

Parasnya cantik mempesona dan ceria, seolah tidak ada hal buruk terjadi di negaranya. Padahal, negaranya tengah dalam situasi genting.

Seorang nenek tua menghampirinya dengan membawa sebungkus makanan ringan berbentuk lonjong, dari arah samping tempatnya berdiri.

"Nak, apakah ada rasa lain dari makanan ringan ini, seperti rasa asin?" tanyanya sambil menunjukkan makanan ringan kepada gadis itu.

Gadis itu tersenyum ramah. "Maaf, Nek. Untuk sementara kami kehabisan stok, sehingga hanya ada rasa original saja."

Nenek itu mengangguk dengan pelan. "Kalau begitu, aku beli satu saja."

Rintik gerimis di malam itu, tak membuat penguasa bermanja di bawah selimut kemudian menutup mata. Mereka melewati malam dengan berpesta pora di balik tembok besar rumah mewah.

Pesta pora digelar meriah dan megah, pesta yang tak pernah berhenti selama mereka berkuasa karena semua dibiayai oleh uang rakyat yang dicuri.

Presiden yang berkuasa adalah seorang yang idealis. Pria yang bermimpi besar, membawa negara kembali ke masa jayanya puluhan tahun lalu.

Sayangnya, kini negara yang dipimpinnya tengah terjebak di dalam lingkaran setan.

Ia dilantik beberapa tahun lalu. Sejak menjabat, ia telah menyatakan perang pada korupsi. Namun, semua hanyalah omong kosong belaka.

Karena nahas, semua jajarannya terjerat dalam lingkaran setan, termasuk ajudannya sendiri.

Berbagai upaya dilakukan untuk kembali menegakkan keadilan dan hukum yang berlaku seperti di benaknya, tapi semuanya selalu gagal dan kandas.

Sayangnya, kenyataan berkata bahwa korupsi telah benar-benar mengakar kuat hingga menyusup ke setiap lapisan pemerintahan.

Dalam situasi yang kacau, ia hampir putus asa. Namun, ia harus tetap mengambil keputusan. Dengan berbagai pertimbangan berat, ia dengan tegas memberikan tanggapannya. Sebuah keputusan yang amat drastis dan tak bisa ditebak siapapun.

Presiden melakukan pertemuan rahasia, merumuskan rencana yang hanya bisa diketahui oleh segelintir orang. Pertemuan yang dihadiri oleh para penasehat terdekat dan orang terpercaya saja.

Akhirnya, terciptalah sebuah ide gila. Ide yang terlintas di kepalanya. Ia pun tak lupa memberikan titahnya pada penasehatnya untuk mendirikan sebuah lembaga rahasia yang bertugas membasmi para koruptor tanpa ampun.

Lembaga yang dibuat bernama sandi 'Lembaga Pemuda dan Pemudi'. Lembaga yang berfungsi untuk menyamarkan tujuan pemerintah dari siapapun.

Lembaga ini merekrut para anak muda yang baru lulus dari SMA dan SMK. Mereka yang sudah memiliki kartu identitas resmi dari negara.

Anggota lembaga ini dipilih bukan hanya karena mempunyai kecerdasan atau keterampilan fisik, namun karena tingginya rasa setia dan cinta mereka terhadap negara dan kerinduan atas tindakan keadilan.

Rekrutmen anggota 'Lembaga Pemuda dan Pemudi' dilakukan secara tertutup dan melalui berbagai macam saluran yang tidak mencurigakan. Agar tidak menarik perhatian para setan-setan dari pemerintahannya.

Salah satu anggota rekrutmen lembaga ini adalah seorang gadis yang juga bekerja di minimarket pinggiran kota.

Ia telah selesai menata barang di rak, ia pun berjalan menuju ke kasir.

"Nak, aku ingin membayar semua barang belanjaanku," ucap nenek tadi. "Dan sepertinya pekerjaanmu akan segera datang malam ini, Code Name Amaryllis."

Gadis muda berkacamata itu terkejut, namun dengan cepat ia merubah wajahnya dengan tersenyum. "Code Name Amaryllis, siap melaksanakan tugas," balasnya dengan nada tegas.

Dengan langkah sangat cepat, gadis itu meninggalkan meja kasir sambil memberi sebuah isyarat pada temannya yang tengah menata minuman di lemari pendingin. Temannya itu pun langsung mengangguk, memahami situasi.

Setelah memastikan tak ada yang memperhatikan, gadis berkacamata itu masuk ke dalam ruangan khusus karyawan.

Di sana gadis itu dengan cepat membuka pintu rahasia bersandi. Pintu bersandi yang hanya diketahui oleh beberapa orang terpilih.

Tanpa lama menunggu, dibalik pintu pun terbuka ruangan kecil yang penuh dengan loker-loker yang berjejer rapi. Ia juga membuka salah satu loker dengan label nama sandinya.

Dengan cermat, ia mengambil perlengkapan seperti kacamata canggih, sepatu berteknologi khusus, seragam dinas serta yang paling penting baginya, yakni sebuah pistol berdesain elegan namun sangat mematikan.

Dengan cepat, ia mengenakan seragam dinas berwarna hitamnya, mengganti kacamatanya dengan kacamata khusus yang telah disiapkan dan mengganti magasin di pistolnya.

"... sasaran berada di sekitarmu. Jaraknya kira-kira seratus meter, menaiki mobil sedan berwarna hitam dengan pengawalan ketat dari kepolisian."

Suara di earpiece-nya memberikan informasi terbaru padanya.

"Dimengerti, code name Amaryllis, siap melaksanakan tugas," jawabnya tegas.

Ia keluar dari ruangan rahasia itu dengan perlahan. Melalui pintu belakang minimarket, ia melangkah dengan cepat dibalik bayang-bayang malam.

Langkahnya amat cepat dan tanpa terendus, ia menuju gedung yang berada seberang jalan. Dengan membawa kartu identitas khusus, ia bisa bebas keluar masuk ke dalam gedung.

Diam-diam, ia memperhatikan situasi di dalam gedung yang sudah lama kosong, lalu masuk ke lift dan menekan tombol bergambar atap. Begitu tiba, ia bergerak ke pinggir gedung dan memeriksa area sekitar dengan teliti.

Di gelapnya malam, ia telah menemukan sasarannya. Kacamata canggih itu membantunya, meskipun malam hanya diterangi oleh cahaya lampu jalan yang redup.

Sementara, sebuah mobil sedan berwarna hitam yang dikawal ketat oleh dua motor polisi melintas di sekitar gedung itu.

Ia memperhatikan dari jauh, lalu mundur beberapa langkah, melakukan peregangan ringan sambil melompat kecil. Seragamnya berwarna hitam, cepat menyatu dengan gelapnya malam. Hingga dirinya nyaris tidak terlihat.

Ia mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya, kemudian menekan tombol kecil pada kacamata canggihnya, guna mengunci sasaran yang sudah dilacak sebelumnya.

Ketika sedan itu berada di jalan dekat gedung, ia mulai berlari. Perlahan namun pasti, langkahnya semakin cepat hingga tiba waktunya ia melompat dari atap gedung.

Sepatu berteknologi tingginya mampu membantu menyeimbangkan tubuhnya di udara.

Ketika mendarat, sebuah efek es keluar dari sepatunya, lalu mengarah ke kedua polisi yang tengah mengawal sasarannya hingga membuat mereka terjatuh dari motor dan tidak sadarkan diri.

Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan pistol.

Dor!

Dor!

Dua tembakan melesat cepat mengarah ke arah mobil sedan yang kini tengah berhenti di depan matanya.

Kedua tembakan berhasil memecahkan kaca depan mobil dan menyebabkan teriakan histeris wanita dari dalam mobil.

Ia perlahan mendekat, memastikan jika sasarannya telah dibersihkan.

"Code name Amaryllis, telah menyelesaikan tugas."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh emurbawa

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku