Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
215
Penayangan
18
Bab

Sebuah kisah tentang seorang gadis yang bernama Misa Almira, ia masih belum bisa melupakan kenangan di masa kecilnya bersama sahabat sekaligus orang yang membuatnya merasa bahagia. Suatu hari ia membuat satu kesalahan fatal di masa lalunya yang merubah hidupnya bahkan membuat sahabat sekaligus orang yang selama ini disukainya tanpa sadar menghilang secara tiba-tiba. Dan saat ia mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu, ia merasa sangat bersalah sampai tak bisa untuk melupakannya sampai ia dewasa dan bekerja.

Bab 1 Prolog 1

Selama 8 tahun lamanya, kucoba untuk melupakan kenangan manis bersamanya yang telah mengalir dan menyebar ke seluruh tubuhku bagaikan darah yang sedang mengalir.

Apakah arti kehilangan bagimu sendiri? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri yang mengalami hal itu.

Suatu hal yang sangat menyakitkan dan menyedihkan yang pasti akan kau alami di dalam hidupmu entah kapan terjadinya hal itu, kuyakin semua manusia pasti akan mengalaminya suatu saat nanti di dalam hidupnya.

Suaranya...

Tangannya...

Kehangatan pelukannya...

Hingga senyumannya, tak akan pernah kulupakan sampai saat ini dan juga mungkin sampai selamanya. Akibat kebodohan yang telah dilakukan olehku sendiri, sekarang aku mengalami kehilangan seseorang yang sangat penting bagi hidupku.

Apakah manusia bisa membuat mesin waktu yang bisa membuatku kembali ke masa itu agar aku tak melakukan hal yang menyakitkan ini?

Apakah suatu hari nanti orang itu akan kembali padaku?

Selama 16 tahun terakhir aku terus menantinya.

Aku sangat yakin kalau ia pasti akan kembali padaku suatu saat nanti, walau nantinya aku tak bisa bersamanya yang penting aku bisa melihatnya meskipun hanya satu detik saja.

Sudihkah dia untuk melihatku kembali yang sudah menyakitinya jika dia sudah kembali padaku nanti?

Jika iya, aku akan merasa sangat senang ... tapi, jika tidak ... lebih baik aku menghilang saja dari dunia ini...

***

Misa menatap layar komputernya, jemarinya gemetar saat mengetik kata terakhir naskah iklan. Tenggat waktu tinggal besok, dan beban di pundaknya terasa berat. Ia bertanggung jawab untuk memastikan kesuksesan proyek besar ini.

"Misa, tenggat waktunya adalah besok," kata Pak Kepala, suaranya tegas. "Saya harap kau bisa menyelesaikannya tepat pada waktunya."

"Ah, baik, Pak Kepala!" Misa menjawab, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Hari itu menandai tahun kedua Misa bekerja di perusahaan periklanan terkemuka di kotanya. Perusahaan itu bertahan di tengah persaingan ketat, meninggalkan pesaingnya bangkrut. Strategi promosi perusahaan yang agresif dan fokusnya pada jasa periklanan menjadi kunci keberhasilannya.

Misa beruntung bergabung dengan perusahaan itu, menyadari betapa sulitnya mencari pekerjaan di tengah iklim ekonomi yang menantang. Ia merasa beban berat untuk membuktikan dedikasinya.

Tugas utamanya saat ini adalah membuat naskah iklan untuk perusahaan minuman terkemuka di negerinya itu. Misa bingung mengapa perusahaan sebesar itu memilih perusahaan di kotanya yang terpencil untuk membuat iklan televisi. Bukankah lebih mudah meminta perusahaan periklanan di ibukota?

Namun, Misa tidak memikirkan hal itu terlalu dalam. Ia telah menyelesaikan naskahnya dua hari lebih awal dari tenggat waktu. Namun, ia menahan diri untuk memberikannya kepada atasannya karena rekan-rekannya di bagian logistik masih belum kembali dari ibukota untuk membeli bahan dan properti yang diperlukan.

Saat waktu istirahat akan tiba tak lama lagi, rekan kerja Misa yang duduk di sampingnya, menepuk bahunya. "Jangan terlalu stres, Misa. Kita pasti bisa menyelesaikannya tepat waktu," katanya meyakinkan.

Misa tersenyum, meskipun ia tidak yakin. Ia kembali memeriksa naskahnya, membuat beberapa perbaikan kecil. Saat siang menjelang, ia mengumpulkan rekan-rekannya dan mereka bersama-sama meninjau naskah tersebut.

Setelah beberapa diskusi dan revisi, mereka akhirnya siap untuk menyerahkan naskah itu ke atasan mereka. Pak Kepala tampak senang dengan hasil kerja mereka dan memuji Misa atas kerja kerasnya. Misa merasa lega dan bangga karena telah memberikan yang terbaik.

Di tengah hiruk pikuk kantor, lamunan Misa buyar saat suara lembut rekan kerjanya memanggil namanya dan memecah konsentrasinya. "Misa, waktunya istirahat. Ayo kita makan bersama di taman~"

Misa mengalihkan pandangannya dari layar komputer, menoleh ke arah dua orang yang berdiri dengan kotak bekal di tangannya. Dia adalah MIra, sahabat baik Misa.

Di samping Mira, ada Hani yang juga ikut tersenyum kepada Misa. Misa tersenyum balik. "Baiklah, mari kita pergi."

Ketiganya berjalan meninggalkan ruang kerja mereka menuju ke sebuah taman kota yang terletak di depan kantor mereka. Udara segar dan hijaunya pepohonan menyambut mereka begitu tiba di sana. Misa menarik napas panjang, menikmati kesejukan yang menenangkan.

"Bagaimana pekerjaanmu, Misa?" tanya Hani sambil membuka kotak bekalnya.

"Lumayan. Cukup sibuk, tapi aku bisa mengatasinya," jawab Misa. Ia juga mengeluarkan kotak bekalnya dan mengeluarkan isinya yang sederhana, nasi goreng dan tumis sayuran.

"Semangat ya, Misa. Kau pasti bisa menyelesaikan semua tugasmu." ucap Mira

Misa mengangguk. "Terima kasih."

Ketiganya makan bersama sambil mengobrol ringan. Mereka membicarakan tentang kehidupan pribadi, hobi, dan rencana mereka untuk akhir pekan. Misa merasa senang dan rileks. Ia merasa seperti memiliki teman dekat meskipun mereka bekerja di divisi yang berbeda.

Setelah selesai makan, mereka bertiga duduk di bangku taman sambil menikmati pemandangan kota. Misa melihat gedung-gedung yang ada di sekiratnya dan lalu lintas yang lumayan padat di bawah. Ia merasa bersyukur atas pekerjaannya yang memberinya kenyamanan hidup.

"Aku senang kita bisa seperti ini, menjadi teman seperti ini." ucap Hani.

"Aku juga," timpal Mira. "Misa, aku selalu mengagumi semangat kerjamu. Kau selalu menyelesaikan tugas tepat waktu dan dengan kualitas yang baik."

Misa tersenyum mendengar pujian itu. Ia merasa dihargai oleh rekan kerjanya. "Terima kasih. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik."

"Kau gadis yang hebat, Misa," kata Hani. "Aku yakin kau akan sukses di masa depan."

Misa tersipu. Ia tidak menyangka rekan kerjanya akan memberikan penilaian yang tinggi kepadanya. "Terima kasih. Aku harap begitu."

Saat tengah duduk dan menikmati waktu makan siangnya, Misa terkesima oleh pemandangan dua anak kecil, seorang laki-laki dan perempuan, yang mengejar kepakan kupu-kupu.

"Kalau saja kau mau dengarkanku tadi, kita sudah menangkapnya!" gerutu si anak laki-laki.

"Iya-iya, maaf ya~" jawab si anak perempuan dengan wajah imut yang menggemaskan.

Misa mengamati mereka, hatinya dipenuhi rasa manis dan nostalgia. Mereka sangat mengingatkannya pada masa kecilnya yang berharga, jauh di masa lalu.

Sebuah taman yang penuh dengan bunga dan kupu-kupu pernah menjadi dunia keajaiban bagi Misa, tempat ia menghabiskan waktu berjam-jam bersama sahabat laki-lakinya. Mereka berlarian melintasi lautan bunga, mengejar kupu-kupu yang menari di udara seperti peri berwarna-warni.

Misa terharu saat melihat anak-anak itu menghidupkan kembali kenangannya. Setiap tawa, setiap cibiran, setiap senyum mengembalikan momen-momen berharga yang tersimpan jauh di dalam hatinya.

Ia memicingkan matanya, memejamkan mata untuk membenamkan dirinya dalam ingatan masa kecilnya. Sahabat laki-lakinya ada di sampingnya, tangan mereka bergandengan, senyum ceria di wajah mereka. Mereka berlomba mengejar kupu-kupu yang cantik, saling mendorong dan tertawa terbahak-bahak.

Dunia mereka hanyalah kupu-kupu yang menari, kicauan burung, dan persahabatan yang tak tergoyahkan. Itu adalah surga yang tak pernah bisa ia kembali.

Saat Misa membuka matanya dan kembali pada kenyataan, Misa pun ingat kalau sahabat laki-lakinya itu telah lama menghilang, meninggalkan hanya ruang kosong di hatinya. Masa kecilnya telah menjadi harta karun yang berharga, kenangan yang ia hargai dengan segenap hatinya.

Misa bangun dari tempatnya dan berjalan perlahan keluar dari taman meninggalkan Hani dan Mira, membawa serta kenangannya. Meskipun masa kecilnya telah berlalu, ia tahu bahwa ikatan persahabatan yang dia bagikan akan selalu menjadi bagian dari dirinya.

Taman itu akan selamanya menjadi tempat sakral di mana mimpi-mimpinya melambung tinggi dan kasih sayang berkembang. Dan saat ia menyaksikan anak-anak kecil itu mengejar kupu-kupu, ia merasa terhubung dengan masa lalunya, mengisi kembali kekosongan yang telah mengganggunya selama bertahun-tahun.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh emurbawa

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku