icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Nostalgia

Bab 3 Part 1

Jumlah Kata:1008    |    Dirilis Pada: 09/07/2024

dan beberapa bu

h mengapa, ia merasa begitu senang tanpa alasan yang j

ku pulang

dulu nanti kamu sakit! Setidaknya minumlah

a, Mah!" j

..." desah Mamahnya s

eragam sekolahnya. Ia mengejar kupu-kupu yang sedang berterbangan di depan rumah.

belum pernah ia lalui sebelumnya. Jalan setapak yang berkelok-kelok itu dipenuhi pemandan

ukkan dan pandangan kupu-kupu yang menari-nari di udara. Gadis

dan menatap takjub. Jalan setapak itu tampak seperti kanvas yang dilukis dengan sapuan

terentang ke samping. Gerakannya membuat ribuan kupu-kupu berhamburan d

iap gerakannya menciptakan simfoni warna dan gerakan yang memikat. Dia merasa seolah

dangan yang ada di hadapannya. Awan yang dihiasi warna-warna keemasan berku

di belakang. Setelah beberapa saat, ia sampai di sebuah puncak bukit yang memukau. Hamparan

gun, membentuk sebuah mozaik berwarna-warni yang memukau. Kuning keemasan bunga matahari, merah merona bunga maw

dengan anggun pada kelopak-kelopaknya yang lembut. Sayap mereka yang berwarna cerah menar

oleh keindahan yang menyelimuti taman ini, tempat yang tak pernah dibayangkannya ada di dekat

menggema di udara saat dia melaju melalui hamparan bunga warna-warni. Namun, langkahnya tiba-tiba berhenti saat m

ertiup angin sepoi. Dengan langkah penasaran, dia menghampiri

anak laki-laki itu, suaranya l

pernah melihat anak laki-laki itu sebelum

ki itu. "Bunga-bunga di

aku suka melihat mereka. Warn

agumi keindahan taman. Lalu, anak laki-laki

Misa, suaran

dan ramah, membuat Misa merasa nyaman di

ata Misa, memb

ertama Misa berte

an, mengobrol tentang hal-hal kecil dan tertawa bersama. Semakin

ung dengan Andhika. Kedekatan mereka bersemi, hingga Andhika pindah sekolah dan seketi

a. Sore harinya, mereka mampir ke taman tempat pertama kali bertemu. Di

ba turun tiada henti. Tetesan air hujan menelusuri pola sesaat di wajah mereka, menciptakan mosaik kegembiraan tanpa m

an yang terang menyinari jalan menuju rumah mereka. Dengan tiba-tiba menyadari konsekuensinya, mereka be

sing. Suara marah orang tua mereka bergema di lorong-lorong, sebuah bukti kekecewaan mereka. Namun mesk

menyelinap keluar rumah, langkah kaki mereka teredam oleh rintik hujan. Saat mereka berdiri berdam

yarakat dan ikatan yang tidak dapat dipatahkan. Mereka menolak untuk digoyahkan o

ahan orang tua mereka mulai mereda. Seolah-olah hujan telah men

eras sekalipun orang tua mereka malah memberikan payung atau jas hujan. Mereka mungkin berpikir untuk t

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka