Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah turun ranjang

Gairah turun ranjang

Gemini12

5.0
Komentar
164
Penayangan
5
Bab

Kejadian mengerikan itu menimpa Khalisa. Ibu muda yang tengah mengandung anak pertamanya itu terluka parah. Hingga diakhir sisa hidupnya ia meminta pada sang adik untuk menggantikan posisinya. Apa yang harus dilakukan oleh Kayra , sedangkan ia sudah memiliki kekasih. Melanjutkan hubungan asmaranya yang sudah terjalin lama ataukah menerima permintaan terakhir sang kakak? Sungguh dilema berat untuknya.

Bab 1 Kepergian Khalisa

Khalisa duduk santai di mobilnya. Ia pergi bersama sang sopir. Senyum begitu terkembang di bibir wanita berusia 25 tahun itu. Wanita yang kini tengah berbadan dua itu sudah tak sabar lagi untuk bertemu dengan adiknya karena hari ini adalah wisuda kelulusannya.

"Mas Kevin, aku sudah hampir sampai nih di kampus Kayla. Aku ke rumah sakitnya nanti saja ya. Aku diantar oleh Pak Budi kok!" ucap Khalisa ditelepon.

"Oke, Sayang. Kamu hati-hati ya, jangan kemana-mana lagi. Kamu harus mempersiapkan diri untuk melahirkan," ucap Kevin di sebrang sana. Pria berusia 28 tahun itu sedang sibuk karena sebentar lagi akan ada meeting dengan klien besar dari Singapura.

"Iya, aku hanya menghadiri acara Kayra kok. Aku tahu jika harus stay di rumah sakit untuk melakukan operasi caesar," sahutnya. Suaranya begitu lembut sehingga membuat Kevin tersenyum. Karena sudah tak sabar lagi untuk melihat sibuah hati yang akan terlahir ke dunia. Karena suatu sebab sehingga membuat Khalisa harus menjalani operasi caesar untuk melahirkan anak pertamanya.

"Ya sudah. Aku harus pergi ke ruang meeting. Nanti jangan lupa hubungi aku lagi!" ucapnya, menjepit smartphonenya dipundaknya. Tangannya penuh dengan bekas-bekas yang akan dibawanya.

"Oke, i love you Mas!"

"Love you to!"

Klik!

Sambungan telepon pun terputus seketika. Khalisa memperhatikan jalan yang mulai padat merayap disiang hari itu. Senyum manis itu tak pernah hilang dari bibirnya. Merasakan kehidupannya kini yang dipenuhi oleh kebahagiaan semenjak menikah dengan Kevin Bimantara seorang CEO ternama yang cukup diperhitungkan namanya dalam dunia bisnis media entertainment.

Kehidupan yang sulit terangkat olehnya, meskipun ibu mertuanya terkesan cuek dan belum sepenuhnya menerima kehadirannya. Namun, sikap manis dan kasih sayang yang diberikan oleh Kevin membuatnya selalu bahagia.

Tiba-tiba saja laju mobil pelan dan berhenti.

"Kenapa, Pak Budi? Kok berhenti?" tanya Khalisa melongokan wajahnya.

"Iya Bu, macet total nih!" sahutnya menoleh ke belakang.

"Oh begitu, ya sudah gpp. Semoga kita belum terlambat ya untuk pergi ke acara Kayra," ucapnya sambil menikmati buah strawberry yang dibawanya. Entah mengapa itu menjadi buah favoritnya semenjak hamil. Selain segar juga membuat suasana hatinya semakin membaik.

Teriknya cahaya matahari begitu menyilaukan mata, akhirnya perlahan mobil segera melaju kembali. Tanpa diduga rupanya di depan sana terjadi sebuah kecelakaan. Tentu saja hal itu membuat Khalisa mengerjap menutup matanya saat melihat seorang pengendara motor yang dibopong oleh para warga.

"Astaghfirullah haladzim! Kasihan sekali orang itu!" gumamnya. Mobil kembali melaju normal, Pak Budi tak berani untuk mengebut karena pesan dari Kevin untuk selalu berhati-hati. Apalagi saat membawa sang nyonya.

Akhirnya tibalah mereka disebrang kampus. Tiba-tiba saja mobil mereka mogok.

"Waduh! Kok malah mogok," ucap Pak Budi mencoba untuk menstarternya lagi namun tak bisa.

"Lho kenapa Pak?" tanya Khalisa kebingungan.

"Aduh, mogok nih Bu mobilnya!" sahut Pak Budi menoleh kebelakang.

"Oh Bapak coba periksa, biar aku turun saja disini," ucap Khalisa sambil meraih tas jinjing branded original miliknya. Tak lupa juga dengan buket bunga mawar putih untuk sang adik. Wanita bergaun putih itu langsung membuka pintu.

"Hati-hati, Bu!" seru Pak Budi. Ia langsung keluar untuk membuka kap mesin memeriksa apa yang salah.

"Gpp, sudah dekat ini," sahutnya mengulas senyum lembutnya.

"Kak, kakak!" teriak Kayra saat melihat sang kakak keluar dari mobilnya. Ia berjinjit melambaikan tangannya dengan mengenakan pakaian toganya. Gadis berambut coklat yang tersanggul cantik itu sangat antusias saat melihat kedatangan Khalisa yang ia tunggu-tunggu sedari tadi.

"Kayla!" Khalisa melambaikan tangannya disebrang sana.

"Tunggu, biar aku yang menjemputmu!" teriak Kayra melangkahkan kakinya.

Khalisa tersenyum lembut, mengacungkan buket bunga tersebut, ia mulai melangkahkan kakinya. Rambut panjangnya begitu berkibar tersibak angin. Ia sangat bangga pada Kayra yang bisa menempuh pendidikan tinggi hanya bermodalkan beasiswa. Anak itu terbilang cerdas dan cepat belajar meskipun berasal dari keluarga dengan ekonomi lemah, namun cita-citanya begitu tinggi.

Namun tiba-tiba saja dari arah belakang, mobil berwarna merah itu datang menyambar tubuh Khalisa. Ia terlempar hingga terlentang di trotoar jalan. Buket bunga jatuh disampingnya, ceceran cairan merah kental itu membuat kelopak putih itu berubah merah.

"Arggghhh! Tidak.... Kakak!" teriak Kayra langsung berlari menghampirinya. Kayla ambruk tak peduli dengan ujung jubahnya yang terinjak.

Sementara mobil merah itu serasa tak berdosa langsung meninggalkan TKP. Membuat para warga geram dan meneriakinya.

"Kakak bangun! Kak sadarlah kak!" teriak Kayra histeris mengangkat wajahnya. Dalam keadaan itu semua orang mulai berkumpul. Pak Budi berlari dan langsung menelpon ambulans. Pria paruh baya itu begitu kalang kabut melihat kondisi Khalisa kini.

"Aduh, kasihan. Mana dia sedang hamil besar lagi!" ucap warga. Mereka prihatin dengan insiden itu.

"Ugal-ugalan banget itu mobil. Bikin orang celaka!" ucap yang lainnya.

Peristiwa mengenaskan justru terjadi dihari yang harusnya membahagiakan untuk Kayla.

Tak berselang lama, mobil ambulans datang membawa mereka ke Rumah sakit terdekat.

Baju toga Kayla kini dipenuhi darah. Tak hentinya bola mata indahnya menciptakan buliran bening yang terus menetes berderai membasahi pipinya. Digenggamnya erat tangan Khalisa.

"Tolong Kak! Bertahan lah! Kamu bisa," lirihnya. Namun, sang Kakak sama sekali tak bersuara.

Pak Budi langsung menelpon Kevin. Tangannya begitu gemetaran, apa yang harus ia katakan pada sang majikan saat tak bisa menjaga keselamatan Khalisa.

"Astaghfirullah haladzim!" Tanpa basa-basi lagi, setelah mendapatkan kabar demikian, ia langsung berlari tak peduli dengan meeting yang masih berlangsung sehingga membuat semua orang yang ada di ruangan menjadi kebingungan.

Mobil mewah berwarna hitam yang dikendarai olehnya meluncur dengan kecepatan tinggi tanpa melihat jalan. Sepanjang jalan ia hanya berharap jika semuanya tak benar.

"Khalisa! Khalisa kamu harus selamat! Kita akan membesarkan anak kita dengan penuh kasih sayang! Kamu tak boleh meninggalkanku. Argggh, sial!"

Berkali-kali ia mengumpat, memukul kemudinya. Klakson berbunyi berkali-kali membuat pengendara lain keheranan dan tak jarang mengomel. Tulang rahangnya mengetat penuh emosi. Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi pada sang istri yang baru 3 tahun dinikahinya.

Pikiran buruk itu mulai menghantuinya. Segala bayangan tentang kematian datang menghampiri. Tak bisa ia tepiskan. Tak sabar lagi untuk melihat bagaimana keadaan Khalisa dan calon buah hatinya itu.

Waktu terasa sangat berjalan lambat baginya. Perjalanan dari kantor terasa begitu jauh. Membutuhkan waktu 20 menit akhirnya tiba. Lanjut menepikan mobilnya. Kevin berlari menuju ke ruang IGD. Dilihatnya Khalisa yang harus segera mendapatkan tindakan.

"Mana kakakmu!" tanya Kevin saat melihat Kayla yang berdarah-darah.

"Dokter sedang mengoperasinya!" sahut Kayra.

"Apa!" Kevin begitu frustasi. Ia hanya bisa terduduk lesu sambil meremas rambutnya.

* * * * *

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gemini12

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku