Reyhan adalah seorang dosen tetap yang berusia 35 tahun di Universitas Tangguh yang berada di daerah pelosok dan jauh dari Ibu Kota. Sehari-hari, Reyhan dikenal sebagai dosen yang populer karena selain tampan, gagah, dan masih muda, cara mengajar Reyhan juga bagus. Hingga suatu hari, Reyhan mulai terlibat dengan mahasiswa baru yang berkepribadian ekstrim. "Bisakah Sir Mengajari aku?" tanya mahasiswi bernama Maya itu. Namun, itu sama sekali bukan pelajaran biasa, tapi pelajaran bagaimana menjadi wanita seksi! Apakah Reyhan akan mengajari wanita itu? Ketika dosen dan mahasiswa di kampus mereka tidak boleh terlibat hubungan lebih dari sekedar pengajar dan pelajar? *** PERHATIAN! Ini merupakan cerita lendir dan memiliki klasifikasi "HAREM" Yang artinya, tokoh utama pria akan memiliki lebih dari satu wanita! Jika kalian tidak suka dengan cerita di mana tokoh prianya celap-celup dengan banyak wanita, tidak usah membaca cerita ini!
Universitas Tangguh adalah universitas yang berada di sedikit pelosok yang jaraknya sekitar 2 jam dari kota. Namun, itu tidak membuat universitas tersebut kalah saing dengan universitas ternama di sekolah.
Mahasiswa yang diterima oleh universitas itu cukup banyak, dan dosen-dosennya juga bisa dikatakan mumpuni sebagai tenaga pengajar.
Seperti pada pagi ini, di salah satu ruangan terlihat seorang dosen sedang berdiri di depan kelas dengan mahasiswa yang terlihat memperhatikannya dengan serius.
"Banyak orang yang mengatakan tampang adalah segalanya, kan? Itu juga yang berlaku pada media," ujar pria muda yang berdiri di depan kelas itu dengan kemeja lengan panjang yang digulung sampai sikunya dan memiliki wajah yang tampan.
Pria itu bernama Reyhan, pria yang masih berusia 35 tahun dan merupakan dosen tetap jurusan penyiaran di Universitas Tangguh.
"Contohnya itu... Ah. Drama korea!" ujar Reyhan dengan wajah serius.
"Pria yang tampan dengan wanita yang cantik tiba-tiba berada di satu adegan. Penonton yang melihat itu, sekilas akan langsung tahu bahwa mereka berdua pasti adalah pemeran utamanya yang akan berpacaran!"
"Bagaimana jika kamu mempercayai hal itu, dan itu justru membuat progress ceritanya menjadi seperti itu padahal mereka bahkan baru saja bertemu?"
"Tiba-tiba, adegan romantis akan keluar begitu saja karena para pembaca suka dengan tampang mereka. Apa yang akan terjadi jika tampang mereka itu biasa-biasa saja?"
"Apa akan ada adegan di mana mereka berciuman dengan panas dan ketika si prianya sudah membuka pakaiannya, tapi tiba-tiba adegannya langsung berpindah ke pagi harinya?"
Suara tawa dari mahasiswa mengisi suasana kelas itu ketika mendengar contoh yang diberikan dan bagaimana ekspresi dosen mereka yang terlihat seperti sedang menyindir itu.
Ya, Reyhan memang cukup populer sebagai seorang dosen. Selain dia memang memiliki wajah yang tampan, dia juga sering bercanda seperti ini dikelas, membuat para mahasiswa menyukainya.
Meskipun suasana kelas terdengar ramai dengan tawa, seorang mahasiswi yang berada di baris ketiga tampak sibuk mencatat apa yang baru saja dikatakan oleh Reyhan.
[Tampang adalah segalanya. Pria tampan dan wanita cantik. Penonton akan langsung mengetahuinya.]
Reyhan terus memberikan contoh dan mengajar materi untuk hari ini.
"Baiklah, hari ini cukup sampai di sini saja," ujar Reyhan ketika melihat jam di kelas telah menunjukkan pukul 1:59.
"Karena saat ini kita sedang menyiapkan festival kampus yang akan diadakan minggu depan, kelas diakhiri lebih awal dari biasanya ya," ujar Reyhan memberitahukan kenapa kelas yang biasanya selesai nanti setengah tiga, menjadi selesai lebih awal.
Para mahasiswa itu pun langsung segera keluar dengan wajah yang terlihat gembira setelah memberikan salamnya pada Reyhan, sementara Reyhan terlihat sibuk membereskan barang-barang bawaannya.
"Permisi, Sir."
Reyhan menoleh ketika mendengar suara wanita yang memanggilnya.
"Aku memiliki pertanyaan," ujar wanita itu dengan buku catatan yang terbuka dan satu tangannya sedang memegang pulpennya.
Reyhan mengenal wanita itu yang memakai rok jeans. Dia adalah Maya, mahasiswa baru yang sudah berumur 19 tahun, meskipun begitu wajah wanita berambut sebahu itu terlihat sangat cantik dan memiliki kesan wanita polos.
"Tadi... Sir mengatakan bahwa progress adalah yang paling penting dalam sebuah drama, kan?" tanya Maya.
Mahasiswi satunya itu memang rajin bertanya secara private setiap kali kelas itu berakhir jadi Reyhan sudah terbiasa dengan wanita itu yang tiba-tiba menemuinya sebelum dia pergi keluar dari kelas.
"Sudah kuduga, sepertinya kali ini dia juga akan bertanya," pikir Reyhan dalam hati.
"Tadi... Sir menjelaskan soal aturan adegan panas... kalau begitu, di tahap awal... itu mereka harus berciuman kan?" tanya Maya.
Reyhan masih diam saja mendengar betapa bersemangatnya wanita itu ketika bertanya.
"Lidahnya. Berapa kali aku harus membuat lidah mereka bermain?" tanya Maya dengan ekspresi wajah serius. "Dua kali?"
"Eh? Hah?" Reyhan tiba-tiba tidak bisa berkata-kata ketika mendengar hal itu. Memang adegan panas di drama biasanya dimulai dengan ciuman, tapi kenapa wanita itu tiba-tiba membahas lidah?
"Tiga kali?" tanya Maya kembali ketika Reyhan tampak diam saja.
Reyhan masih menatap wanita itu dengan tatapan tidak percaya.
"Em? Sir?" ujar Maya ketika Reyhan hanya diam saja.
"Ehem, hahaha," ujar Reyhan sambil tertawa canggung dengan kepalan tangannya di depan bibirnya dan mengalihkan perhatiannya untuk tidak menatap Maya.
Sejujurnya, sangat bagus memiliki mahasiswi yang bersemangat dan rajin bertanya seperti ini.
Masalahnya, kadang pertanyaan itu malah diarahkan ke hal-hal aneh yang membuat Reyhan menjadi salah tingkah seperti saat ini.
***
Reyhan menghela napasnya ketika dia akhirnya berhasil keluar dari kelasnya
"Aku hampir tidak bisa mengelak," ujar Reyhan sambil meletakkan satu tangannya di pinggangnya.
Untung saja, Maya tidak memaksanya untuk menjawab pertanyaan itu dan Reyhan hanya mengatakan bahwa dia sibuk jadi dia harus pergi.
"Apa aku istirahat dulu di ruanganku ya sampai kelas berikutnya?" gumam Reyhan. Dia memang memiliki kelas lagi jam 4 sore.
Reyhan lalu kembali menghela napasnya dan memandang gedung yang berada di atasnya.
Selain di pelosok, Universitas Tangguh memang berada di daerah pegunungan. Bagian kelasnya berada sedikit di bawah, sementara gedung utamanya itu ada di puncak gunungnya.
Universitas itu bahkan sampai terkenal bahwa para mahasiswa yang kuliah di sana itu tidak perlu olahraga lagi, karena tubuh bagian bawah dan otot inti mereka selalu dilatih karena harus naik turun gunung setiap hari.
"Ahh... aku benar-benar lelah," gumam Reyhan menghela napasnya ketika dia akhirnya tiba di depan pintu ruangannya. Keringat terlihat sedikit membasahi wajahnya karena cuaca hari ini lumayan panas.
"Ahhh... Owhhh.... Awhhhh..."
Tangan Reyhan yang sudah terangkat untuk membuka pintu ruangannya itu, tiba-tiba berhenti di udara.
"Eh? Bukankah itu suara wanita yang mendesah?" pikir Reyhan dengan bingung ketika mendengar suara itu.
Ya, Reyhan jelas bingung. Dia bisa mendengar suaranya dari dalam. Kenapa bisa ada suara wanita yang mendesah di ruangannya.
"Tempat ini..." Reyhan lalu menengadah ke atas, melihat papan ruangan yang tertulis di situ. "Ini jelas-jelas ruanganku, kok!" pikir Reyhan ketika melihat namanya berada di papan itu.
"Tidak mungkin..." pikir Reyhan dengan wajah yang tidak percaya lalu mencoba mendekatkan telinganya di pintu itu.
"Ahhh... Awhhh... Owhhh.... Ahhhhh... Enakkk..." desah seorang wanita yang saat ini sedang bersandar di dinding dalam posisi nungging
"Lebih dalam lagi," ujar wanita itu sambil menoleh ke belakang.
"Begini?" ujar pria yang terlihat seusianya itu lalu menyodokkan pusakanya sedalam-dalamnya.
"Ahhhh... iyaaa... owhhhh... enakkkk..." desah wanita itu menikmati.
"Lihat? Aku benar, kan? Ruangan dosen itu sempurna ketika cuacanya terlalu panas, kan?" ujar pria itu sambil memegang pinggul wanita itu dan menggoyangkan pinggulnya.
Ruangan dosen itu memang berukuran tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil dan jelas memiliki ac di dalamnya, membuat tempat ini adalah tempat yang cocok dengan cuaca yang panas di siang hari ini.
"Iyaa... owhhh... tapi tetap sajaa.... ahhh... Sir bisa segera datang... owhhh," desah wanita itu dengan kepala menunduk ke bawah.
"Ey~ Jangan khawatir, Dia tidak akan pernah datang. Saat ini Sir Reyhan harus mengajar di kelas," ujar pria itu dengan sangat yakin.
"Lagipula, bukankah ini rasanya mendebarkan?" ujar pria itu dengan senyuman lebar di wajahnya
"Ahhh... Owhhh... iyaaa... enak... ahhh.... aku menyukainyaa... owhhh..."
Reyhan menarik kepalanya dari pintu ketika mendengar itu, ekspresi wajahnya terlihat tidak percaya mendengar suara dua orang di dalamnya.
"Jadi maksudmu, kamu menggunakan ruanganku untuk seperti ini?" ujar Reyhan geleng-geleng dengan kedua tangannya yang berada di pinggang.
"Sepertinya karena terjebak di gunung pada usia yang masih muda membuat mahasiswa yang berapi-api itu sering bergairah seperti ini," pikir Reyhan geleng-geleng lalu mengambil buku catatan kecil yang berada di kantongnya dan mulai menuliskan sesuatu.
"Sudah tiga tahun aku bekerja di kampus ini. Sudah waktunya aku terbiasa dengan hal ini, jadi... aku tidak akan mengganggumu," pikir Reyhan lalu merobek kertas yang baru saja dituliskannya itu dan menyelipkan kertas itu di pintunya.
"Karena aku adalah dosen yang pengertian," pikir Reyhan lalu segera pergi dari situ sambil menghela napasnya.
***
"Apa kamu sudah selesai bersih-bersih? Ayo cepat dan pergi dari sini," ujar pria itu ketika melihat jam yang ada di ruangan itu telah menunjukkan sebentar lagi Reyhan akan segera selesai dan segera berjalan menuju ke pintu.
Yah, mereka telah selesai menyalurkan gairah mereka dan waktunya untuk segera pergi.
"Tunggu sebentar. Aku masih belum menggunakan rokku dengan benar," ujar wanita itu sambil mengaitkan kembali rok yang dia gunakan itu.
Yah, pacarnya itu beruntung karena dia bisa mengeluarkan pusakanya hanya dengan menurunkan resletingnya saja, beda dengannya yang harus melepaskan roknya agar tidak kotor atau terkena cairan apa pun nanti.
"Hehehe, lain kali, ketika Sir Reyhan tidak ada di sini, kita main lagi?" ujar pria itu dengan senyuman mesumnya.
"Sshh! Kamu pasti sudah gila! Seseorang mungkin mendengarnya!" ujar wanita itu ketika pria itu berbicara seperti itu di dekat pintu.
"Ayolah, kamu juga kan menyukainya, haha" ujar pria itu lalu membuka pintu ruangan itu.
Tiba-tiba, begitu pintu itu terbuka, sudut mata pria itu menangkap kertas kecil yang seolah melayang turun ke bawah.
"Apa ini? Catatan?" ujar pria itu begitu mengambil keras itu untuk melihat apa isinya.
Tiba-tiba, ekspresi pria itu langsung berubah ketika membaca tulisan yang berada di keras itu.
"Kenapa?" tanya wanita itu dengan bingung ketika melihat ekspresi berubah pria itu.
"Ada apa? Kenapa kamu hanya diam saja? Aku bertanya ada apa?" tanya wanita itu ketika melihat pria itu benar-benar hanya diam saja dengan tubuh yang bergetar memegang kertas itu.
Pria itu tidak bisa mendengarnya dan hanya menatap kertas itu dengan tangan yang bergetar. Dia mencoba untuk membacanya sekali lagi, berharap bahwa dia salah membacanya.
Namun, tidak peduli bagaimana dia membaca itu berkali-kali, tulisan itu sama sekali tidak berubah.
[Selamat bersenang-senang ^.^. Ps: Kamu dipecat!]
"Sir Reyhan!" pikir pria itu dengan tatapan tidak percaya, dia jelas sekali mengenal tulisan itu karena dia merupakan asisten dosen pria itu.
***
"Aku memang dosen yang pengertian, tapi aku bukan dosen yang baik," pikir Reyhan sambil berjalan pergi membeli minuman yang dijual di gedung itu karena cuaca hari ini benar-benar sangat panas.
"Aku sebaiknya menanyakan prodi apa masih bisa mempekerjakan asdos baru," pikir Reyhan mengambil minuman itu lalu berjalan menuju ke lobby untuk pergi duduk menunggu sampai mantan asdosnya itu selesai dan balik ke ruangannya.
"Kak Reyhan!"
Reyhan tiba-tiba menoleh kebelakang ketika mendengar suara familiar yang memanggilnya.
Seorang wanita yang memakai blouse putih dengan rok berwarna krem dan sebuah tas yang berada di bahunya sedang tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Wajah wanita itu terlihat cantik dengan kulitnya yang putih dan rambutnya yang panjang sampai dada. Pinggul wanita itu juga terlihat ramping dengan kaki yang mulus dan tentu saja dada yang besar.
"Apa kamu sudah selesai mengajar?" tanya wanita itu dengan senyuman di wajahnya.
"Ohh, lama tidak bertemu," ujar Reyhan lalu membuka kaleng minuman yang baru dibelinya tadi dan langsung meminumnya.
"Ada apa dengan jawaban itu?" tanya wanita itu ketika melihat respon Reyhan.
"Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya wanita itu lagi.
"Uh, aku melihat mahasiswa ngeseks lagi," ujar Reyhan dengan satu tangannya di pinggang dan menghela napasnya.
"Oh? Lagi? Kamu sering melihat sesuatu seperti itu," komentar wanita itu sambil membeli juga minuman.
"Tapi yah... karena mereka anak muda yang masih berapi-api..." ujar wanita itu sedikit membungkuk untuk mengambil minuman dari kulkas yang disediakan di depan toko itu.
Reyhan tidak menjawab dan sedikit melirik ke arah wanita itu ketika wanita itu membungkuk, bokongnya yang bulat dan pahanya yang mulus itu sedikit menggoda kelaki-lakian Reyhan.
"Jadi kita harus mengerti, kan?" ujar wanita itu sambil menatap ke arah Reyhan.
Reyhan tidak menjawab dan mengalihkan pandangannya dari wanita itu.
Wanita itu adalah Jenny, usianya 34 tahun dan merupakan dosen tetap jurusan penerbangan. Dia merupakan junior Arya di komunitas sewaktu mereka kuliah.
Setelah lulus kuliah, Jenny bekerja sebagai pramugari sebelum akhirnya bekerja sebagai dosen beberapa tahun sebelum Arya.
"Kamu melihatnya di mana sampai membuatmu menjadi seperti ini?" tanya Jenny dengan penasaran sambil memegang kaleng minumannya itu.
Reyhan tidak langsung menjawab dan kembali meminum minumannya itu.
"Di ruanganku... dan yang melakukannya asdosku," ujar Reyhan sambil menghela napasnya.
"Apa?!" Mata Jenny membesar ketika mendengar itu.
"Di ruangan dosen?! Dia benar-benar kelewat batas! Kamu hanya membiarkannya begitu?" tanya Jenny dengan terkejut dan sedikit emosi.
Memang sudah bukan rahasia umum lagi jika ada mahasiswa yang menyalurkan hasrat mereka di kampus yang pelosok seperti ini, sampai beberapa dosen malah memaklumi hal itu.
Namun, melakukannya di ruang dosen itu benar-benar sudah kelewatan.
"Itu sebabnya aku akan memecatnya," ujar Reyhan sambil menoleh ke wanita itu lagi.
"Jenny sangat cantik, kompeten, dan populer di masa lalu maupun sekarang," pikir Reyhan ketika melihat bagaimana wanita yang dikenalnya ketika muda itu, masih terlihat cantik seperti sekarang.
"Tidak peduli betapa bernapsunya dia, aku tidak percaya dia melakukannya di ruangan dosen karena tidak ada tempat lain yang bisa dia gunakan," ujar Jenny yang hanya bisa geleng-geleng dan terlihat masih sangat kesal.
"Lalu... ketika aku masih kuliah... Jenny... merupakan cinta pertamaku," pikir Reyhan yang kembali mengingat bagaimana Jenny dulu berhasil mencuri hatinya yang memang dulu tidak pernah berpacaran sama sekali karena sibuk untuk belajar.
Berbeda ketika dia waktu masih muda, Reyhan bisa dibilang murid yang culun dan hanya tahu bagaimana untuk belajar, sampai akhirnya dia bertemu dengan Jenny.
Reyhan sama sekali terkejut ketika melihat cinta pertamanya itu tiba-tiba berada di kampus yang sama dengannya lagi. Hanya saja, kali ini mereka berdua sudah bukan lagi mahasiswa, tapi merupakan dosen.
***
"Haa~" Jenny menghela napasnya ketika dia sedang duduk di kursi yang berada di lorong kampus. Wanita itu melipatkan kakinya dengan satu tangannya bertumpu di dagunya dan tangan satunya memeluk tubuhnya sendiri.
"Tiba-tiba... aku merasa depresi," ujar Jenny dengan pelan dan terlihat sedih.
"Eh? Kenapa?" tanya Arya yang duduk disamping Jenny dan melirik ke wanita itu.
"Apa kamu tidak merasa kesal? Anak-anak menikmati hidup mereka. Hanya kita yang terjebak dan membusuk di sini," ujar Jenny lalu menghela napasnya lagi.
"Mereka bersenang-senang dengan minum-minum, ada bahkan yang melakukan seks bebas dan bersenang-senang. Apa yang kita lakukan di sini?"
Reyhan hanya diam saja ketika mendengar hal itu.
"Oh iya, benar! Tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, bukankah kita juga harus melakukan sesuatu?" ujar Jenny dengan ekspresi wajah yang berubah ketika mengatakan hal itu, seolah-olah dia telah menemukan sesuatu.
"Ah hentikan. Apa yang bisa dilakukan di daerah pelosok seperti ini?" ujar Reyhan menghela napasnya.
"Mengapa tidak ada yang bisa dilakukan?" tanya Jenny dengan bingung.
"Kak Reyhan ada di sini," lanjutnya lalu segera memeluk lengan pria itu dengan erat.
Reyhan tersentak ketika dia merasakan sesuatu yang kenyal di lengannya itu. Sesuatu yang tidak lain merupakan dada besar Jenny.
"Memiliki umur yang sama."
"Tampan." Jenny lalu menyentuh pipi Reyhan.
"Cantik." Telunjuk Jenny lalu diarahkan ke dirinya sendiri.
"Bukankah begitu?" ujar Jenny dengan senyuman manis di wajahnya.
Namun, pikiran Reyhan sama sekali tidak memikirkan itu dan malah pergi ke tempat lain.
"Lenganku... di dadanya Jenny..." pikir Reyhan sambil melihat bagaimana lengannya itu menyentuh dada Jenny dan sedikit meremasnya.
"Kak Reyhan, kamu datang kemari sebagai pria lajang... Jadi kenapa kita tidak menikmatinya bersama-sama? tanya Jenny tiba-tiba sambil mendekatkan wajahnya ke Reyhan.
"Ayo. Kita. Ngeseks," ujar Jenny yang sengaja menyebutkan kata-katanya itu satu persatu dan suaranya terdengar sangat menggoda.
"A-Apa yang kamu katakan?! Berhentilah bercanda seperti itu!" ujar Reyhan lalu langsung menarik tangannya yang dipeluk oleh Jenny
Jenny sedikit terkejut ketika mendengar respon Reyhan.
"Aku duluan," ujar Reyhan lalu langsung berdiri dan berjalan pergi dari situ.
"Kenapa dia selalu bercanda seperti ini ketika bertemu denganku?" pikir Reyhan yang hanya bisa geleng-geleng mendengar candaan Jenny yang bukan pertama kalinya.
"Mau ke mana?" tanya Jenny.
"Perpustakaan," ujar Reyhan tanpa menoleh dan terus melangkahkan kakinya.
"Kamu gak mau makan? Ayo makan bareng," ajak Jenny yang ikut berdiri dari kursinya.
"Iya, aku tidak mau," ujar Reyhan lalu langsung pergi.
Begitu Reyhan pergi, Jenny menghela napasnya.
"Hmm... ini benar-benar sulit," gumam Jenny dengan pelan.
"Kamu selalu menghindariku seperti ini... Apa kamu... belum melupakan mantan istrimu?" pikir Jenny sambil menatap punggung Reyhan yang tidak bisa dilihat olehnya lagi.
***
Begitu tiba di perpustakaan, Reyhan terdiam di depan lemari buku sambil memegang dagunya.
Sejujurnya. Reyhan sadar bahwa Jenny bisa saja berpikir bahwa dia menghindarinya karena masih berpikir dengan mantan istrinya
Namun, itu benar-benar tidak seperti itu.
Mereka telah bercerai, Reyhan sudah lama melupakan masa lalunya itu. Hanya ada satu alasan kenapa dia menghindari Jenny.
"Aku tahu dia hanya berusaha untuk mengerjaiku. Jika aku sampai jatuh ke candaan seperti itu, aku yakin dia pasti akan ceng-cengin aku selama sepuluh tahun ke depan," ujar Reyhan sambil mengambil salah satu buku di lemari perpustakaan itu.
"Tapi... bagaimana jika... itu bukan bercanda?" pikir Reyhan ketika dia tiba-tiba memikirkan hal itu lalu langsung menutup kembali bukunya.
Bisa saja... Jenny serius dengan ucapannya itu, kan?
"Kamu sudah gila, Reyhan! Apa yang kamu harapkan!" pikir Reyhan lalu kembali memasukkan buku itu di lemari perpustakaan.
"Apa alasannya sehingga itu menjadi serius dan bukan hanya candaan?" gumam Reyhan sambil menghela napasnya lalu segera pergi dari lemari itu untuk mencari buku lain.
"Tempat jurnal jurusan penyiaran di mana ya..." pikir Reyhan sambil mencari ke sana kemari untuk menemukan jurnal itu.
Sejujurnya, dia bisa saja langsung ke ruangannya, tapi dia tidak mau menjadi canggung bertemu dengan asdosnya itu, jadi Reyhan memutuskan sore ini untuk dihabiskan di perpustakaan sebelum dia masuk ke kelas berikutnya.
Reyhan lalu terus berjalan menyusuri perpustakaan yang jarang dikunjungi olehnya itu, sampai akhirnya tanpa sadar dia sudah berada di lemari terakhir.
Tiba-tiba, sudut mata Reyhan menangkap seseorang yang berada di balik lemari yang bisa dilihatnya dari celah buku dan lemari.
"Bukankah dia Maya?" pikir Reyhan ketika melihat wanita yang menunduk dengan satu tangannya yang diletakkan di atas dadanya, dan wajahnya yang terlihat memerah.
"Apa yang salah dengannya? Apa dia sakit?" pikir Reyhan melihat napas wanita itu juga terlihat naik turun, seperti orang sedang sakit. Keringat juga terlihat jelas di wajahnya.
"Sepertinya dia tidak enak badan! Aku harus memeriksanya!" pikir Reyhan lalu langsung berlari untuk pergi ke lemari sebelah untuk memeriksa keadaan Maya.
Dilihat dari wanita itu yang memegang dadanya dan mulutnya yang terbuka untuk mengambil napasnya, apa mungkin dia sedang sesak napas?
Namun, ketika Reyhan akhirnya tiba di berputar di sisi lemari yang satunya, mata pria itu tiba-tiba terbuka dengan lebar, begitu juga dengan mulutnya karena dia sangat terkejut.
Tangan Maya yang tadinya hanya menyentuh dadanya, kini mulai bergerak meremas-remas dada itu. Tidak hanya itu, Maya ternyata sedang duduk di kursi dengan kaki yang terbuka lebar dan satu tangannya masuk ke celana dalamnya dan jari-jarinya terlihat bergerak seperti sedang menyentuh sesuatu.
Mata maya lalu terpejam, dan mulutnya sedikit terbuka dan seperti mengeluarkan suara yang sangat pelan.
"Anak ini... Apa yang sedang dia lakukan?" pikir Reyhan yang tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya itu.
Buku lain oleh Pejantan Tangguh
Selebihnya