Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjerat Pesona Duda Tampan

Terjerat Pesona Duda Tampan

Hairaa

5.0
Komentar
30
Penayangan
1
Bab

Adelia Putri, 23 tahun, seorang gadis yang bekerja di sebuah Restoran ternama di ibu kota--Restoran Epicurean Dreamscape. Suatu kejadian yang tidak mengenakan terjadi pada dirinya, ada yang memfitnah dirinya dengan menaruh perhiasan seorang pelanggan di dalam tas perempuan malang itu, seketika restoran menjadi rusuh dan Managernya langsung memecat Adel di depan para karyawan dan Pengunjung. Hati Adel hancur, ia bingung harus mencari pekerjaan dimana lagi, ia pun mulai menghayal jika menikah dengan duda kaya pasti hidupnya akan bahagia. Tiba-tiba sebuah bola mengenai keningnya membuat ia semakin kesal, namun setelah melihat pelakunya seorang anak kecil berusia lima tahun, hatinya langsung luluh apalagi mendengar pernyataan sang anak yang selalu kesepian dan kasih sayang dari sosok ibu yang tidak pernah ia dapatkan. Adel terkejut mendengar permintaan gadis kecil itu, ia meminta Adel menjadi ibu sambungnya. Adel bingung apa yang harus ia katakan, terima atau menolak permintaan gadis kecil tersebut?

Bab 1 Satu

"Ada apa ini?" tanya Dimas sang Manager Restoran Epicurean Dreamscape menghampiri sebuah meja pengunjung yang sedang mengalami masalah sehingga menimbulkan keributan.

"Kata Ibu ini gelang dan cincin yang ditaruhnya diatas meja hilang Pak," jawab Ridho--salah satu karyawan.

"Mohon maaf Bu, coba ibu ceritakan bagaimana perhiasan ibu bisa hilang?" tanya Dimas sopan.

"Jadi saya pergi ke toilet dan saya suruh seorang karyawan perempuan menunggu perhiasan saya disini tapi setelah saya keluar dari toilet saya enggak lihat itu perempuan disini dan perhiasan saya juga sudah tidak ada, pokoknya saya minta ganti rugi," jawab perempuan paruh baya tersebut dengan penuh emosi.

"Itu dia," tunjuknya kepada salah satu karyawan.

"Adel kesini kamu!" bentak Dimas tajam.

"Ada apa Pak?" tanya Adel bingung.

"Kata ibu ini tadi dia menitipkan perhiasana kepada kamu, apa itu benar?" tanya Dimas.

"Enggak ada Pak, tadi saya cuma memberikan pesanan kepada ibu ini dan setelahnya saya langsung pergi menemui pengunjung lain," jawab Adel tanpa ada rasa takut.

"Hei Mbak jelas-jelas tadi saya menitipkan perhiasan kepada Mbak!" sargah perempuan paruh baya tersebut.

"Pokoknya saya enggak mau tahu, ganti rugi atau restoran ini akan saya tuntut!" lanjutnya.

"Mohon bersabar dulu Bu, kasihan pengunjung lain merasa terganggu, kita bicarakan ini secara baik-baik ya," ujar Dimas menenagkan.

"Adel kasih sekarang juga perhiasan Ibu ini, saya tidak mau restoran ini jadi buruk karena masalah ini," ujar Dimas emosi.

"Saya berani bersumpah, saya tidak mengambil perhiasan Ibu ini," ujar Adel dengan bulir air mata yang sudah mengalir deras.

"Coba aja periksa tasnya, mana tahu disembunyikan didalam tas," ujar Ibu tersebut penuh keyakinan.

Dimas memerintahkan salah satu karyawan untuk mengambil tas Adel. "Ini Bos!"

Dimas merogoh tas Adel dan benar saja ada sebuah kotak perhiasan yang dimasukkan di saku celana.

"Ini apa Adel?" tanya Dimas memperlihatkan kotak perhiasan tepat didepan Adel.

Adel terkejut dengan semua yang terjadi, kenapa perhiasan itu ada didalam tasnya? Siapa yang sudah tega melakukan ini semua?

"Bukan saya pelakunya Pak, saya tidak pernah mengambil perhiasan itu, saya tidak tahu kenapa perhiasan itu berada didalam tas saya," ujar Adel berusaha membela diri.

"Tapi buktinya perhiasan ini ada didalam tas kamu," ujar Dimas kecewa.

"Mungkin saja ada yang sengaja memasukkannya dan memfitnah saya Pak," ujar Adel sangat berani.

"Cukup Adel, saya tidak menyangka kamu berani memfitnah orang, mulai sekarang kamu saya pecat, saya tidak mau mempekerjakan seorang pencuri dan pemfitnah seperti kamu!"

Adel menarik nafas kasar, ia mengambil tasnya lalu pergi keluar dari restoran tersebut, para pengunjung dan karyawan memandangnya dengan tatapan yang berbeda, ada yang merasa kasihan dengannya ada juga yang menghujatnya secara terang-terangan.

"Wajahnya aja kelihatan baik, ternyata sifatnya jahat banget."

"Amit-amit dapat menantu kaya dia, yang ada baru seminggu nikah udah ludes semua isi rumah."

"Udah lah ibu kasihan dia, manatahu apa yang dibilangnya benar, ada seseorang yang tidak suka dengannya lalu memfitnah dirinya."

Kira-kira seperti itulah perkataan para pengunjung yang melihat kejadian tersebut.

Adel berjalan dengan tidak bersemangat, ia masih tidak menyangka ada orang yang tega memfitnahnya sehingga membuatnya dipecat.

"Nasib, nasib kenapa sih nasib gue kaya gini, apa yang harus gue katakan pada Ayah? Dimana lagi gue harus mencari pekerjaan?" Monolognya, ia menendang batu kecil didepannya melampiaskan rasa kesalnya.

"Seandainya gue dapat jodoh duda kaya raya yang punya banyak warisan pasti hidup gue bahagia." Adel duduk dibangku taman.

Tiba-tiba sebuah bola mengenai kepalanya. "Aduh siapa sih yang nendang nih bola," ujarnya kesal, bukannya dapat duda yang ada malah jidatnya yang benjol.

"Ma-maaf Tante, aku tidak sengaja," ujar seorang anak perempuan yang diperkirakan berumur lima tahun.

"Heh Nyil orang tua kamu mana? Kok sendirian?" tanya perempuan tersebut tidak melihat orang siapapun.

Adel terlonjak kaget mendengar anak kecil yang dikepang dua tersebut menangis ketakutan.

"Jangan nangis dong Nyil nanti dikira orang aku mau nyulik kamu, udah ya Kakak gak marah kok," ujarnya selembut mungkin dan tidak lupa tersenyum manis.

"Tante beneran gak marah kan?" tanyanya khas suara anak kecil.

"Jangan panggil Tante dong Nyil, aku masih muda loh." Beruntung orang didepannya ini masih kecil kalau tidak udah dipastikan suara merdunya keluar.

Anak kecil itu memperlihatkan gigi pepsodentnya.

"Orang tua kamu kemana Nyil? Kok sendirian udah malam loh ini," tanyanya penasaran. Ia takut anak kecil didepannya ini anak jadi-jadian.

"Kakak mau gak main sama aku." Bukannya menjawab pertanyaan Adel, anak kecil itu malah mengajak dia bermain.

"Kamu beneran manusia 'kan, Nyil?" tanyanya takut, mungkin saja perempuan didepannya ini demit yang menyamar menjadi anak kecil.

"Iya lah Kak, gak mungkin demit," jawabnya kesal.

Adel cukup terkejut dengan anak kecil didepannya ini, dengan usianya yang baru sekitaran lima tahun, namun pembawaannya sudah seperti orang dewasa.

Adel tersenyum hangat, setidaknya dengan bermain dengan anak kecil ini bisa menghilangkan kesedihannya.

"Oh iya Kak, kenalin nama aku, Riri," ujarnya memperkenalkan diri.

"Nama Kakak, Adel. Orang tua kamu tahu enggak kalau kamu kesini?" tanya Adel memastikan. Ia tidak mau dikira sebagai penculik anak.

"Tahu kok Kak, aku sering main kesini sendirian," jawabnya.

"Eh ngapain kamu kesini sendirian?" tanya Adel mengernyit bingung.

"Soalnya aku bosan dirumah, Papi selalu pulang malam dan Oma kadang suka marah-marah." Perkataannya membuat perasaan Adel tersentuh, ia sedih melihat anak yang sekecil ini sudah merasakan pahitnya kehidupan.

"Ya udah kita mau main apa?" tanya Adel tersenyum.

"Bagaimana kalau kita main bola Kak?" tanyanya penuh harapan.

"Ayo," jawab Adel semangat.

Mereka bermain dengan penuh tawa, melupakan segala masalah yang terjadi.

Setelah capek bermain, mereka duduk selonjoran dirumput yang sangat hijau.

"Capek ya?" tanya Adel melihat anak kecil disampingnya.

Riri mengangguk, lalu ia bersandar di pundak Adel.

"Kak Adel mau enggak jadi Mami aku?" Pertanyaan itu keluar dari mulut kecil Riri.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Terjerat Pesona Duda Tampan
1

Bab 1 Satu

18/01/2024