Leona salah karena menjatuhkan hatinya pada Rehan. Dokter yang mengoperasi dirinya saat dia mengalami kecelakaan. Leona menggunakan keadaannya untuk membuat Rehan menikahinya dengan sebuah perjanjian. Pernikahan yang dia alami tidaklah bahagia. Rehan sering bersikap kasar padanya. Pukulan dan juga tamparan hampir tiap hari dia dapatkan. Karena hasutan Keysa sang mantan pacar, Reyhan bahkan mengusir Leona saat wanita itu tengah hamil anaknya Rehan merasa menyesal saat dia tahu kalau Leona hampir keguguran karena ulahnya. Namun penyesalannya terlambat, Leona sudah meninggalkannya. Kini, dia harus mencari keberadaan Leona demi bayi yang dikandungnya. Bertahun tahun Rehan mencari Leona, tapi tak kunjung dia temukan. Hingga ada seorang anak lelaki yang sangat mirip dengannya mendatanginya. Sejak saat itu, Rehan berjanji tidak akan melepaskan Leona dan juga putranya.
Rehan, terpaksa menikahi Leona, gadis lumpuh akibat kelalaiannya. Mungkin bukan sepenuhnya salah Rehan, karena dia sudah melakukan prosedur sesuai dengan SOP kedokteran. Namun gadis itu tetap menuntut tanggung jawab dia sebagai Dokter untuk menikahinya. Atau kalau tidak, dia akan dituntut oleh keluarga Leona.
Akhirnya, pernikahan itu pun terjadi dengan perjanjian, kalau Rehan akan menceraikan Leona satu tahun setelah mereka menikah.Awalnya, Papa Leona merasa keberatan dengan perjanjian itu, tapi Leona memaksa karena dia yakin, dia bisa membuat Rehan jatuh cinta padanya sehingga perceraian itu tidak pernah terjadi. Begitu kata "sah" terucap dari para saksi. Rehan langsung memboyong istrinya untuk tinggal di rumah yang dia sediakan.Dia sudah mempunyai rencana yang bagus untuk istrinya, dan dia tidak mungkin melakukannya jika mereka berada di rumah Papa dan Mama Leona. Sampai di rumah mewahnya, Rehan langsung meninggalkan Leona. Dia langsung pergi ke ruang kerjanya. Leona turun dari mobil dibantu oleh ART suaminya. "Mari Non, saya bantu," ujarnya. "Terima kasih Bi," sahut Leona. Leona ditempatkan di kamar bawah, karena kondisinya yang tidak mungkin naik turun tangga. Apalagi Rehan juga tidak sudi sekamar dengan wanita yang sudah menjebaknya. Kamar Rehan sendiri ada di atas. Pukul 12 malam, Rehan baru selesai dengan kerjaannya. Dia lalu memasuki kamar istrinya. "Bangun," sentaknya. Mendengar bentakan suaminya, Leona pun membuka matanya. "Ada apa Kak? Apa Kakak butuh sesuatu?" tanya Leona sambil mengucek matanya. "Pakai ini," titahnya seraya melempar paper bag di pangkuannya. "Apa ini Kak?" tanyanya. "Tidak usah banyak tanya, pakai aja," jawabnya. Leona lalu menggeser tubuhnya ke arah kursi roda, dia pun pergi ke kamar mandi untuk berganti baju. Sampai di kamar mandi, rasa takut mulai mendera. Suaminya memberikan sebuah lingeri warna hitam yang mungkin bagi wanita lain suka memakainya, tapi tidak dengan Leona. Dia merasa risih memakai baju kekurangan bahan itu. Apalagi dengan kondisinya yang hanya bisa duduk di kursi roda. Pada akhirnya, Leona keluar. Rehan menatap istrinya seperti singa yang kelaparan. Rehan menggendong Leona ke atas ranjang. Dia pun melepas sabuknya. Leona berpikir, suaminya akan meminta haknya malam ini, tapi ternyata dia salah. Rehan malah memukul kaki, tangan dan juga tubuh Leona dengan ikat pingangnya tadi. "Kak, ampun Kak, apa salahku, kenapa Kakak memukulku. Ampun Kak," tangis Leona. "Salahmu adalah memaksaku untuk menikahimu, maka dari itu inilah balasannya," ujar Rehan seraya kembali melayangkan sabuk hitam itu pada tubuh Leona. "Sakit Kak, tolong hentikan, Kakak boleh menceraikanku, asal jangan pukuli Leona Kak," racaunya dalam tangis. "Terlambat, dari awal aku sudah memintamu untuk melepaskanku. Tapi apa! Kamu malah menyuruh Papa kamu melaporkanku pada polisi," geram Rehan. "Kak, please Kak, hentikan aku tidak sanggup lagi Kak," dan akhirnya gadis itu tak sadarkan diri. Rehan menghentikan cambukannya. Dia menatap sinis wajah Leona yang penuh dengan air mata. "Heh, baru segitu aja udah pingsan, cemen banget sih," gerutunya. Rehan lalu berteriak memanggil ARTnya, "Bibii." "Ya Tuan," jawab Bibi sambil berlari tergopoh gopoh. "Ambil salep di kotak obat, lalu kamu obati dia," titahnya. Bibi melihat keadaan Nyonyanya. Kemudian berlari melakukan apa yang disuruh oleh Tuannya. Dia pun mengambil air hangat dan juga kotak obat itu. Bibi mulai membersihkan luka bekas cambukan itu dengan air hangat. Setelah tidak ada bekas da*ah, Bibi pun mengoleskan salep untuk mengurangi rasa sakit dan perih. Setelah melakukan tugasnya, Bibi lalu menutupi tubuh majikannya dengan selimut. Karena tidak ingin mengganggu tidurnya, Bibi pun keluar dari kamar itu. Keesokannya, Leona terbangun, dia merasa sekujur tubuhnya sakit semua. Dia bahkan tidak sanggup menggeser tubuhnya, sedangkan dia sudah tidak tahan untuk buang air kecil. Leona pun berteriak memanggil ART disana. "Bibiii."Mendengar suara teriakan majikannya membuat ART bertubuh tambun itu lari tergopoh gopoh. "Ya Non," jawab Bibi. "Bi tolong bantu aku ke kamar mandi aku tidak sanggup bergerak Bi," keluhnya. Bibi lalu menggendong tubuh majikannya ke dalam kamar mandi. Untungnya, badan majikannya ramping, kalau badannya seperti dia, tidak akan ada yang sanggup menggendongnya. "Nanti kalau sudah selesai, Nona panggil Bibi lagi aja," ujarnya. "Makasih Bi," balas Leona. Setelah selesai dengan hajatnya, Leona sebenarnya ingin mandi, tapi ketika lukanya terkena air, rasa perih dan sakit tak sanggup dia tahan. Leona lalu memanggil Bibi kembali. Dia mengurungkan mandinya. Wanita cantik itu kembali digendong oleh Bibi kembali ke kamar. "Non, butuh apa lagi?" tanya Bibi. "Ambilkan pakaian Bi, saya mau ganti baju," titahnya. "Baik Non," ujar Bibi. Setelah memakai pakaiannya, Leona ingin merebahkan tubuhnya, tapi dia tidak sanggup menahan sakit, karena lukanya berada di sekujur punggung, tangan dan kakinya. Bibi datang kembali membawakan Leona makanan, tapi, ketika akan menyuapi sang majikan, Rehan datang dan mengusir Bibi. "Pergi, dan taruh makanan itu di meja," bentaknya. Karena takut dengan sang majikan, Bibi akhirnya menuruti perintahnya. Meski kasihan dengan kondisi Leona, tapi dia tidak berani memberontak. Bibi berharap Leona sanggup menaklukkan sang Tuan Besar sehingga wanita malang itu tidak akan terus disiksa olehnya. Leona memandang Rehan ketakutan, "Kak, jangan pukul aku lagi. Luka yang kemaren masih belum sembuh Kak, aku mohon," ibanya. Sementara Rehan, dia tak menggubris ucapan Leona. Lelaki itu terus mendekat dengan senyuman licik.
Buku lain oleh Mk_7980
Selebihnya