Pernikahan paksa karena perjodohan mungkin sudah tidak asing lagi, tapi bagaimana jika menikah hanya karena salah tunjuk? Itu yang terjadi pada wanita cantik bernama Pricila Auristela, harus menikah dengan miliader terkenal bernama Daniel Argantara karena sebuah kesalah pahaman yang bermulai dari salah tunjuk. Pernikahan mereka tidak berjalan dengan baik, berbagai masalah menerjang rumah tangga mereka. Rian yang mulai menyesal pun membuat masalah di rumah tangga mereka, kedatangan orang ke tiga yang ikut hadir dalam pernikahan mereka membuat keadaan semakin rumit. Sebuah rahasia yang terbongkar, membuat semuanya kacau. Apakah pernikahan yang hanya berlandaskan ke salah pahaman bisa bertahan sampai akhir? Atau justru masalah yang terus berdatangan itu akan memporak porandakan rumah tangga mereka?
Seorang wanita cantik berbalut dress selutut sedang berdiri di sebuah unit apartemen, terlihat dari wajahnya dia sedang menahan kesal. Wanita itu adalah Pricilla, dia sedang berada di depan apartemen sang kekasih. Sudah lama dia berdiri di sana, namun tidak ada tanda-tanda dari sang pemilik apartemen membuka pintunya.
Wanita berumur 24 tahun itu berdecak kesal lalu merogoh tasnya, mencari ponsel miliknya. Berusaha menghubungi sang kekasih.
"Ck, Rian kemana sih? Apa dia tidak ada di apartemen? Aku pergi saja lah." Wanita dengan rambut sebahu itu berbicara sendiri.
Ceklek...
Baru saja Pricilla hendak melangkah pergi, pintu apartemen terbuka. Memunculkan seorang pria tinggi yang memiliki paras paripurna, pria itu tersenyum simpul dengan tatapan sayu.
Ariandra Dirgantara, kekasih dari Pricilla Auristela. Mereka sudah menjalin hubungan hampir satu tahun, keduanya saling mencintai satu sama lain. Mereka juga sering menghabiskan waktu berdua jika sedang libur kerja.
"Astaga Rian! Kamu mabuk lagi? Ayo masuk," pekik Pricilla terkejut melihat kondisi Rian yang berantakan.
Pricilla menggiring Rian masuk kedalam, mengajaknya duduk di sofa depan TV. Wanita itu sedikit kesal karena Rian tidak mendengarkannya untuk tidak meminum alkohol sampai mabuk, tapi melihat Rian yang mabuk dan terus meracau. Pricilla mengurungkan niatnya untuk marah.
"Rian! Kamu masih sadar nggak? Aku mau tanya, kenapa kamu mabuk seperti ini? Aku sudah pernah bilang, jangan mabuk lagi," ucap Pricilla tanpa henti.
Rian yang setengah sadar pun tersenyum, membelai lembut pucuk kepala Pricilla. "Kamu tau kan, masalah di kantor semakin rumit. Daniel menyuruh aku bertanggung jawab sendirian," racaunya seperti orang mabuk pada umumnya.
Pricilla menghela napasnya, memang sudah seharusnya Rian bertanggung jawab dengan perusahaannya sendiri. Tidak bisa terus mengandalkan Daniel sang kakak. Kakak beradik itu memang seorang pengusaha dan miliader muda, namun Daniel lebih unggul jika tentang perusahaan. Karena selama ini hidup Daniel hanya di habiskan dengan kerja dan mengurus perusahaannya.
"Iya aku tau, tapi tidak seperti ini juga. Memang seharusnya kamu bisa mandiri tanpa Daniel," ujar Pricilla lembut, takut emosi Rian meledak kapan saja.
"Kamu belain Daniel?" sentak Rian mulai emosi, mendorong tubuh Pricilla kasar.
Pricilla menggelengkan kepalanya, tertunduk diam tidak berani menatap Rian. Hampir dua tahun mereka menjalin hubungan, Pricilla masih saja takut dengan sikap tempramen Rian yang tidak bisa hilang. Tak jarang Pricilla mendapatkan perlakuan buruk ketika Rian sedang emosi, Pricilla pun tidak tau kenapa dirinya bisa bertahan dengan Rian sampai saat itu. Jawabannya hanyalah karena cinta.
"M-maaf Rian, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya--"
"Sssttt diam, sini." Rian memotong perkataan Pricilla, tangannya menepuk-nepuk di atas paha.
Pricilla yang mengerti isyarat Rian pun segera duduk dipangkuan sang pacar. Posisinya membelakangi Rian. "Kenapa?" tanyanya mengedipkan mata polos.
Alih-alih menjawab, Rian justru hanya diam sambil melingkarkan tangannya pada pinggang Pricilla. Tak lupa hidungnya mengendus bagian leher sang kekasih. Sementara Pricilla hanya mematung ditempatnya, tidak berani menolak ataupun memberontak walaupun Pricilla merasa tidak nyaman.
"Pricilla," panggil Rian dengan suara seraknya.
"Hmm?"
"Aku pengen bermain denganmu, boleh tidak?" tanya Rian tepat di samping telinga Pricilla, karena posisinya masih tenggelam pada leher Pricilla.
Bulu kuduk Pricilla seketika merinding saat merasakan hembusan napas Rian yang menerpa lehernya, Pricilla menengguk ludahnya susah payah. Merasakan tangan Rian yang mulai menelusup dalam dress-nya.
Pricilla menghentikan pergerakan tangan Rian, memutar kepalanya 45°. Matanya melihat raut muka Rian yang sulit diartikan. "R-rian, tapi kita baru melakukannya kemarin. Aku takut hamil kalau terus menerus melakukannya." Pricilla tidak berbohong, walaupun Pricilla polos tapi dia dan Rian memang sering melakukan hubungan sex. Itupun awalnya karena paksaan Rian.
Rian seolah menutup pendengarannya, tangannya terus meraba raba paha Pricilla yang berbalut dress. "Nggak akan Pricilla, kamu tinggal minum pil pencegah kehamilan yang aku kasih aja nanti. Aku mohon sayang," balasnya dengan enteng seolah tidak melakukan dosa besar.
Pricilla masih membeku, entah kenapa mendengar ucapan Rian barusan membuat hatinya terasa sesak. Namun apalah daya Pricilla, dia tidak akan pernah bisa menolak kekasihnya hanya karena landasan kata cinta. Pricilla pun mengangguk, entah itu cinta atau hanya kebodohan semata.
Melihat persetujuan Pricilla, Rian pun langsung melancarkan aksinya dengan melumat bibir sang kekasih dengan brutal. Pricilla hampir kehabisan napas dibuatnya. Tak sampai disitu, tangannya juga terus menjamah bagian tubuh intim Pricilla.
Rian yang mulai dikuasai oleh nafsu, langsung menggendong Pricilla tanpa melepaskan tautan bibirnya. Melangkah perlahan sampai di kamarnya, setelah menginjakkan kakinya di kamar. Rian merebahkan Pricilla di atas ranjang, Pricilla terlihat sangat menggemaskan ketika wajahnya mulai memerah. Membuat Rian tidak sabar untuk melahapnya.
Tanpa basa basi lagi, Rian melumat mulut Pricilla dengan mulutnya. Yang awalnya hanya menempel, tapi sedetik kemudian menjadi penuh nafsu.
Sementara Pricilla hanya bisa pasrah, berusaha memberontak pun tidak ada gunanya, karena tangannya sudah terkunci oleh Rian. Tidak sampai disitu, Rian mulai turun ke leher jenjang milik Pricilla. Bibirnya mulai menjamah tubuh kekasihnya dengan sensual.
"Ahhhmm, R-rian tapi pelan pelan ya." Desahan mulus terdengar dari mulut mungil Pricilla, dia tidak bisa menahan suara desahan itu. Tubuhnya mulai terlena dengan sentuhan Rian.
Rian menghentikan aktivitasnya sejenak. "Kita kan sudah melakukannya beberapa kali, pasti tidak akan sakit lagi. Ingatlah kamu bukan perawan."
Hati Pricilla seketika sakit ketika mendengar perkataan yang cukup menyakitkan keluar dari mulut Rian, Pricilla pun hanya diam tak berdaya. Sedangkan Rian semakin dikuasai nafsu saat melihat dress Pricilla yang sedikit terangkat memperlihatkan kaki jenjang miliknya.
"Tapi Rian."
"Apalagi?"
"Kamu janji akan nikahin aku kan?" tanya Pricilla ragu. Dia tidak mau kehilangan Rian karena keperawanannya sudah direnggut oleh pria itu.
"Iya sayang, aku janji."
"Kamu--"
Tidak mau mendengar ocehan kekasihnya lagi, Rian segera melumat bibir Pricilla. Tangannya tidak tinggal diam, sibuk menjamah semua anggota tubuh Pricilla, satu persatu pakaian yang menempel di badan wanita itu dilepaskan. Nafsu Rian semakin menggebu ketika melihat tubuh kekasihnya yang tak tertutupi sehelai kain.
Pricilla hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya, mengikuti alur permainan sang kekasih. Sesekali menahan suara desahan keluar dari mulutnya, saat Rian mulai menjamah kedua gundukan miliknya. Setelah puas dengan tubuh Pricilla, Rian mulai memasukkan benda miliknya kedalam milik Pricilla.
"Ahhhh sayang." Desahan lolos dari mulut Rian.
Rian menikmati permainannya, sementara Pricilla masih bergelut dengan pikirannya. Pricilla hanya takut jika Rian bukan jodohnya, padahal keperawanannya sudah dia berikan pada pria itu.
"A-aku sayang kamu Rian, ahhh."
Bab 1 Chapter 1 : Malam yang Panas
27/09/2023
Bab 2 Chapter 2
27/09/2023
Bab 3 Chapter 3
27/09/2023
Bab 4 Chapter 4
27/09/2023
Bab 5 Chapter 5
27/09/2023
Buku lain oleh Chahyera
Selebihnya