Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pernikahan Kilat dengan CEO Galak!

Pernikahan Kilat dengan CEO Galak!

Chajaem

3.5
Komentar
4.3K
Penayangan
80
Bab

Laura telah melakukan kesalahan kekasihnya yang bernama Jack, sehingga dia hamil. Namun Laura sangat kecewa karena Jack tidak mau bertanggung jawab, dan tidak mau menikahinya. Ayah Laura mengetahui jika Laura hamil, dia marah besar dan telah salah paham kepada Liam-bos Laura sekaligus kakak laki-laki Jack. Karena kesalahpahaman itu, Liam terpaksa menikah dengan Laura dan bertanggung jawab atas apa yang adik laki-lakinya perbuat. Setelah mereka menikah, fakta dan rahasia mulai terungkap. Jack pun sudah mulai menyesali keputusannya. Apakah Laura akan terus mempertahankan pernikahannya dengan Liam? Atau justru memilih kembali pada Jack?

Bab 1 Malam yang panas

Seorang wanita cantik berbalut dress selutut sedang berdiri di sebuah unit apartemen, terlihat dari wajahnya dia sedang menahan kesal. Wanita itu adalah Laura, dia sedang berada di depan apartemen sang kekasih. Sudah lama dia berdiri di sana, namun tidak ada tanda-tanda dari sang pemilik apartemen membuka pintunya.

Wanita berumur 24 tahun itu berdecak kesal lalu merogoh tasnya, mencari ponsel miliknya. Berusaha menghubungi sang kekasih.

"Ck, Jack kemana sih? Apa dia tidak ada di apartemen? Apa aku pergi saja?" Wanita dengan rambut sebahu itu berbicara sendiri.

Ceklek...

Baru saja Laura hendak melangkah pergi, pintu apartemen terbuka. Memunculkan seorang pria tinggi yang memiliki paras paripurna, pria itu tersenyum simpul dengan tatapan sayu.

Jack Bragantara, kekasih dari Laura Auristela. Mereka sudah menjalin hubungan hampir satu tahun, keduanya saling mencintai satu sama lain. Mereka juga sering menghabiskan waktu berdua jika sedang libur kerja.

"Astaga Jack! Kamu mabuk lagi? Ayo masuk," pekik Laura terkejut melihat kondisi Jack yang berantakan.

Laura menggiring Jack masuk kedalam, mengajaknya duduk di sofa depan TV. Wanita itu sedikit kesal karena Jack tidak mendengarkannya untuk tidak meminum alkohol sampai mabuk, tapi melihat Jack yang mabuk dan terus meracau. Laura mengurungkan niatnya untuk marah.

"Jack! Kamu masih sadar tidak? Aku mau tanya, kenapa kamu mabuk seperti ini? Aku sudah pernah bilang, jangan mabuk lagi," ucap Laura tanpa henti.

Jack yang setengah sadar pun tersenyum, membelai lembut pucuk kepala Laura. "Kamu tau kan, masalah di kantor semakin rumit. Liam menyuruh aku bertanggung jawab sendirian," ucapnya seperti orang mabuk pada umumnya.

Laura menghela napasnya, memang sudah seharusnya Liam bertanggung jawab dengan perusahaannya sendiri. Tidak bisa terus mengandalkan Liam sang kakak laki-lakinya. Kakak beradik itu memang seorang pengusaha dan miliader muda, namun Liam lebih unggul jika tentang perusahaan. Karena selama ini hidup Liam hanya di habiskan dengan kerja dan mengurus perusahaannya.

"Iya aku tau, tapi tidak seperti ini juga. Memang seharusnya kamu bisa mandiri tanpa Liam," ujar Laura lembut, takut emosi Jack meledak kapan saja.

"Kamu membela Liam?" sentak Jack mulai emosi, mendorong tubuh Laura kasar.

Laura menggelengkan kepalanya, tertunduk diam tidak berani menatap Jack. Hampir dua tahun mereka menjalin hubungan, Laura masih saja takut dengan sikap tempramen Jack yang tidak bisa hilang. Tak jarang Laura mendapatkan perlakuan buruk ketika Jack sedang emosi, Laura pun tidak tau kenapa dirinya bisa bertahan dengan Jack sampai saat itu. Jawabannya hanyalah karena cinta.

"M-maaf Jack, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya--"

"Sssttt diam, sini." Jack memotong perkataan Laura, tangannya menepuk-nepuk di atas paha.

Laura yang mengerti isyarat Jack pun segera duduk dipangkuan sang pacar. Posisinya membelakangi Jack. "Kenapa?" tanyanya mengedipkan mata polos.

Alih-alih menjawab, Jack justru hanya diam sambil melingkarkan tangannya pada pinggang lau. Tak lupa hidungnya mengendus bagian leher sang kekasih. Sementara Laura hanya mematung ditempatnya, tidak berani menolak ataupun memberontak walaupun Laura merasa tidak nyaman.

"Laura," panggil Jack dengan suara seraknya.

"Hmm?"

"Aku pengen bermain denganmu, boleh tidak?" tanya Jack tepat di samping telinga Laura, karena posisinya masih tenggelam pada leher Laura.

Bulu kuduk Laura seketika merinding saat merasakan hembusan napas Jack yang menerpa lehernya, Laura menengguk ludahnya susah payah. Merasakan tangan Jack yang mulai menelusup dalam dress-nya.

Laura menghentikan pergerakan tangan Jack, memutar kepalanya 45°. Matanya melihat raut muka Jack yang sulit diartikan. "Jack, tapi kita baru melakukannya kemarin. Aku takut hamil kalau terus menerus melakukannya." Laura tidak berbohong, walaupun Laura polos tapi dia dan Jack memang sering melakukan hubungan sex. Itupun awalnya karena paksaan Jack.

Jack seolah menutup pendengarannya, tangannya terus meraba raba paha Laura yang berbalut dress. "Nggak akan Laura, kamu tinggal minum pil pencegah kehamilan yang aku kasih aja nanti. Aku mohon sayang," balasnya dengan enteng seolah tidak melakukan dosa besar.

Laura masih membeku, entah kenapa mendengar ucapan Jack barusan membuat hatinya terasa sesak. Namun apalah daya Laura, dia tidak akan pernah bisa menolak kekasihnya hanya karena landasan kata cinta. Laura pun mengangguk, entah itu cinta atau hanya kebodohan semata.

Melihat persetujuan Laura, Jack pun langsung melancarkan aksinya dengan melumat bibir sang kekasih dengan brutal. Laura hampir kehabisan napas dibuatnya. Tak sampai disitu, tangannya juga terus menjamah bagian tubuh intim Laura.

Jack yang mulai dikuasai oleh nafsu, langsung menggendong Laura tanpa melepaskan tautan bibirnya. Melangkah perlahan sampai di kamarnya, setelah menginjakkan kakinya di kamar. Jack merebahkan Laura di atas ranjang, Laura terlihat sangat menggemaskan ketika wajahnya mulai memerah. Membuat Jack tidak sabar untuk melahapnya.

Tanpa basa basi lagi, Jack melumat mulut Laura dengan mulutnya. Yang awalnya hanya menempel, tapi sedetik kemudian menjadi penuh nafsu.

Sementara Laura hanya bisa pasrah, berusaha memberontak pun tidak ada gunanya, karena tangannya sudah terkunci oleh Jack. Tidak sampai disitu, Jack mulai turun ke leher jenjang milik Laura. Bibirnya mulai menjamah tubuh kekasihnya dengan sensual.

"Ahhhmm, J-jack tapi pelan pelan ya." Desahan mulus terdengar dari mulut mungil Laura, dia tidak bisa menahan suara desahan itu. Tubuhnya mulai terlena dengan sentuhan Jack.

Jack menghentikan aktivitasnya sejenak. "Kita kan sudah melakukannya beberapa kali, pasti tidak akan sakit lagi. Ingatlah kamu bukan perawan."

Hati Laura seketika sakit ketika mendengar perkataan yang cukup menyakitkan keluar dari mulut Jack, Laura pun hanya diam tak berdaya. Sedangkan Jack semakin dikuasai nafsu saat melihat dress Laura yang sedikit terangkat memperlihatkan kaki jenjang miliknya.

"Tapi Jack."

"Apalagi?"

"Kamu janji akan nikahin aku kan?" tanya Laura ragu. Dia tidak mau kehilangan Jack karena keperawanannya sudah direnggut oleh pria itu.

"Iya sayang, aku janji."

"Kamu--"

Tidak mau mendengar ocehan kekasihnya lagi, Jack segera melumat bibir Laura. Tangannya tidak tinggal diam, sibuk menjamah semua anggota tubuh Laura, satu persatu pakaian yang menempel di badan wanita itu dilepaskan. Nafsu Jack semakin menggebu ketika melihat tubuh kekasihnya yang tak tertutupi sehelai kain.

Laura hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya, mengikuti alur permainan sang kekasih. Sesekali menahan suara desahan keluar dari mulutnya, saat Jack mulai menjamah kedua gundukan miliknya. Setelah puas dengan tubuh Laura, Jack mulai memasukkan benda miliknya kedalam milik Laura.

"Ahhhh sayang." Desahan lolos dari mulut Jack.

Jack menikmati permainannya, sementara Laura masih bergelut dengan pikirannya. Laura hanya takut jika Jack bukan jodohnya, padahal keperawanannya sudah dia berikan pada pria itu.

"A-aku sayang kamu Jack, ahhh."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Chajaem

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku