Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Takdir Yang Kembali

Takdir Yang Kembali

Story_IA.

5.0
Komentar
239
Penayangan
6
Bab

Bedanya kasta membuat hubungan Luxe dan sekretarisnya (Kiara) terpaksa kandas, dan Kiara pun dipaksa untuk meninggalkan Luxe demi menyelamatkan nyawa sang adik.

Bab 1 Awal mula

Di perkantoran yang mewah, terlihat beberapa orang tengah melakukan rapat, dipimpin seorang laki-laki tampan dan bertubuh kekar, yang diperkirakan laki-laki itu berusia 28 tahun, dia sedang memimpin rapat sambil menunjukkan beberapa foto dan video.

Dia menjelaskan dengan begitu detail dan rinci, hingga beberapa orang yang ada di ruang rapat itu terlihat mengangguk paham, meskipun sesekali ada juga yang bertanya.

"Okey, cukup sekian dari saya dan kita akhiri rapat kita hari ini," ucap laki-laki itu yang bernama Luxe Matthew. Dia adalah pengusaha ternama di kota J yang terkenal baik dan sangat ramah.

Luxe pun tersenyum saat semua orang bertepuk tangan karena mengagumi kehebatannya dalam memimpin rapat. Selain itu, Luxe selalu tampil sangat memukau. Sehingga banyak karyawan yang sangat mengagumi dirinya, bahkan sebagian dari mereka selalu bermimpi jika suatu saat keajaiban untuk bersama dengan boss tampan itu ada.

"Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Luxe, kemudian dia pun keluar diikuti oleh sekretaris dan asisten pribadinya.

Sesampainya di luar ruang rapat, Luxe menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang menatap sang sekretaris yang sejak tadi hanya diam saja. "Kiara, apa kamu sedang tidak enak badan?" tanya Luxe pada sang sekretaris.

Kiara mendongak kemudian menggeleng. "Saya tidak apa-apa, Tuan," jawab Kiara dengan senyum yang dipaksakan.

"Baiklah, jadwal saya setelah ini ke mana?" tanya Luxe kembali. Sementara sang asisten pribadinya hanya diam saja mendengarkan, karena memang yang memegang jadwal Luxe adalah Kiara Yuanita.

Kiara mengangguk kemudian membuka tablet PC yang selalu dia bawa ke mana-mana. "Setelah rapat tadi, jadwal Tuan kosong sampai dua jam ke depan," jelas Kiara.

"Jika begitu, tolong kamu pesankan saya tempat di restauran, saya ingin makan siang dengan seseorang," titah Luxe, Kiara pun kembali mengangguk sebagai jawaban.

Setelah melihat jawaban dari Kiara, Luxe melangkah masuk ke dalam ruangannya, selama menunggu Kiara membuatkan jadwal makan siang untuknya, dia ingin merilekskan pikiran lebih dulu.

"Sabar ya Ra, dia memang seperti itu!" kata asisten pribadi yang sejak tadi hanya diam saja.

Kiara tersenyum. "Tenang saja asisten Yuda, aku sudah terbiasa."

Yuda yang merupakan asisten pribadi dan sepupu Luxe itu pun membalas senyuman Kiara. "Yasudah, aku masuk dulu ya, jangan lupa cari tempat makan yang romantis," kata Yuda.

Kiara terkekeh kecil seraya mengecek beberapa restauran yang biasa dia jadikan tempat makan yang pas untuk bos-nya itu, Kiara mencari tempat makan sambil berjalan menuju mejanya yang berada tak jauh dari ruangan Luxe dan Yuda.

"Apa yang ini saja ya? Ini bagus dan romantis, aku cukup suka dengan tempatnya," gumam Kiara saat melihat restauran mewah berlantai kaca dengan banyaknya ikan di bawah lantai tersebut.

Dia merasa sangat senang jika dia berada di sana, karena Kiara sangat menyukai tempat itu dan dia juga yakin jika Luxe pun akan sangat menyukainya, maka dari itu Kiara langsung memesan tempat dan makanan di restauran mewah tersebut.

Kiara langsung memesan dan dia pun segera mendapat balasan dari restauran tersebut, yang mengatakan jika tempat dan makanan untuknya akan segera disiapkan secepatnya.

Setelah memesan restauran tersebut, Kiara beranjak dari duduknya dan melangkah menuju ke ruangan Luxe.

Kiara mengetuk pintu ruangan Luxe pelan. "Masuk saja!" titah Luxe dari dalam ruangannya.

Mendengar itu, Kiara pun memutar knop pintu ruangan tersebut dan melenggang masuk ke dalam.

"Maaf Tuan, saya sudah pesankan tempat dan makanan di salah satu restauran yang tidak terlalu jauh dari sini," ujar Kiara menjelaskan.

Luxe yang semula tengah fokus dengan ponselnya mengangguk, kemudian beranjak dari duduknya dan menghampiri Kiara.

"Kita berangkat sekarang," ajak Luxe membuat Kiara mengerutkan keningnya.

"Kenapa masih diam saja? ayok berangkat!" tegur Luxe karena Kiara hanya diam mematung di ambang pintu ruangannya.

"Saya diajak, Tuan?" Kiara menunjuk dirinya sendiri.

"Lalu, jika kamu tidak ikut, nanti saya makan sama siapa?" sungut Luxe dengan mata yang melotot.

"Tapi kerjaan saya masih banyak, Tuan," kata Kiara lagi.

Luxe terlihat kesal, dia menghela napas berat. "Ikut saya atau saya pecat kamu!" ancam Luxe.

"B-baik, saya ikut." Akhirnya Kiara mengikuti ajakan dari Luxe. Lalu, mereka berdua pun berjalan beriringan keluar dari kantor tersebut.

Sesampainya di loby kantor, sopir dari Luxe segera membukakan pintu untuk Luxe dan Kiara sambil membungkuk sebagai tanda sopan.

"Joni, saya ingin keluar bersama Kiara. Jadi, kamu tunggu di sini saja! biar saya menyetir sendiri," ujar Luxe pada sang sopir.

"Baik, Tuan," sahut sang sopir, kemudian dia pun memberikan kunci mobil itu pada Luxe.

"Terima kasih," kata Luxe dan masuk ke dalam mobil.

Kiara mengikuti Luxe, dia membuka pintu mobil belakang dan masuk ke dalamnya. Luxe terlihat tidak suka, dia melirik pada Kiara lewat kaca spion yang melihat ke belakang. "Saya bukan sopir kamu!"

Kiara menoleh ke kaca spion dan mata keduanya pun bertemu. "Pindah sekarang!" titah Luxe, dan Kiara pun mau tidak mau kembali menurutinya.

Kiara turun dari dalam mobil, kemudian pindah ke kursi depan. "Seperti ini bukankah lebih baik?" ucap Luxe. Namun, tidak dijawab oleh Kiara.

Lalu, Luxe mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali pria itu terlihat melirik ke arah Kiara yang diam saja sambil menatap keluar jendela. "Ke mana jalannya?" tanya Luxe basa-basi.

"Lurus saja Tuan, nanti jika waktunya berbelok, akan dibimbing oleh GPS yang sudah saya aktifkan," jawab Kiara tanpa menoleh pada Luxe.

Luxe hanya diam saja mendengarkan jawaban Kiara, dia kembali fokus pada jalanan, dengan sesekali melirik pada ponsel yang Kiara letakan di hadapan Luxe.

***

Beberapa belas menit kemudian akhirnya Kiara dan Luxe sampai di tempat yang mereka tuju, Luxe dan Kiara turun bersamaan dari dalam mobil.

Luxe mengamati restoran itu dan mengangguk lantas mengulas senyum tipis, Kiara memang tidak pernah salah dalam memilihkan sesuatu untuknya.

Dia selalu memilih tempat yang pas dan sangat cocok untuk Luxe, tidak heran jika Luxe begitu bergantung padanya.

"Mari Tuan, semuanya sudah disiapkan," kata Kiara dengan sopan seraya mempersilakan Luxe untuk masuk lebih dulu.

Luxe melangkah masuk ke dalam restauran mewah dan sangat modern tersebut. Sementara Kiara menghampiri meja kasir lebih dulu untuk menunjukkan jika dirinya telah memesan tempat.

Melihat itu sang kasir pun meminta karyawannya untuk mengantar Kiara dan Luxe ke tempat yang sudah mereka pesan.

"Ke sini Tuan, Nyonya," kata sang pelayan restauran itu, meminta Luxe dan Kiara mengikuti dirinya.

Mereka berjalan beriringan menuju halaman belakang, hingga tiba di tempat yang dipesan, Luxe mengulas senyum karena di ruangan itu terlihat sangat indah dan sangat menyentuh.

Ini adalah tempat yang cocok untuk sepasang kekasih. "Silakan duduk dulu Tuan, Nyonya, makanannya akan segera tiba," kata pramusaji tersebut kemudian dia pun pergi.

Luxe menarik salah satu kursi, kemudian mendudukkan tubuhnya di kursi tersebut. "Kamu sangat pandai memilih tempat," ujar Luxe memuji kepintaran sang sekretaris.

Kiara tidak menjawab, dia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Luxe, tak berselang lama makanan yang mereka pesan sudah datang.

"Silakan dinikmati hidangannya Tuan, Nyonya," kata pramusaji yang membawa makanan itu dengan sopan, yang langsung dijawab anggukan oleh Luxe. "Terima kasih," ucap Luxe.

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi." Setelah mengatakan itu, pramusaji itu pun bergegas pergi dari sana, karena tempat itu sudah Kiara sewa untuk beberapa jam ke depan.

Luxe tidak langsung menyantap makanan itu, dia terus menatap Kiara tanpa berkedip. Sejak keluar dari ruang rapat tadi, Luxe memperhatikan Kiara yang banyak diam.

"Kamu kenapa?" tanya Luxe.

"Kenapa apanya Tuan?" Bukannya menjawab Kiara malah mengajukan pertanyaan pada Luxe.

"Ayolah Ra, ini bukan di kantor, jangan formal begitu!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku