/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
Aurora Ellis menghela napas panjang ketika layar laptop di depannya menampilkan angka-angka yang berputar tanpa henti. Ruangan kantor yang biasanya sepi malam itu menjadi saksi bisu perjuangannya selama berjam-jam. Pikirannya sudah tertuju pada deadline esok pagi, namun rasa letih mulai menggerogoti tubuhnya.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam, dan hujan mulai mengguyur dengan deras di luar jendela kaca gedung pencakar langit itu. Suara tetesan air seolah mengiringi detak jantungnya yang kian memburu.
Aurora bukan tipe perempuan yang mudah menyerah. Sejak lulus dari universitas bergengsi, ia sudah bertekad mengukir namanya sendiri tanpa bergantung pada siapa pun. Dunia korporat adalah medan perangnya, dan ia adalah prajurit yang tak kenal lelah.
Namun, di balik ketegaran itu, ada tekanan yang tak terlihat. Ia sering mendengar komentar pedas dari rekan kerja dan keluarganya, yang menganggap dirinya "perawan tua" karena belum juga menikah di usia yang dianggap "terlambat" oleh banyak orang.
"Aurora, kapan kamu mau serius cari pasangan? Biar nggak sendirian terus," ujar ibunya saat mereka berbicara lewat telepon beberapa hari lalu, dengan nada yang mengandung harap dan sedikit kekecewaan.
Aurora hanya bisa tersenyum kecut dan menjawab, "Ibu, aku masih fokus karier dulu. Kalau memang jodoh, pasti datang."
Namun malam ini, pikirannya tak sepenuhnya tertuju pada pekerjaan atau komentar orang lain. Hujan dan angin kencang di luar membuat perjalanan pulangnya menjadi lebih menegangkan. Ia sadar bahwa jalanan macet parah, tapi ia harus segera pulang, merindukan kehangatan rumah yang terasa begitu jauh dari hiruk-pikuk kota.
Dengan sigap, Aurora menyalakan wiper mobilnya dan memerhatikan setiap kendaraan di depannya yang bergerak lambat. Sesekali ia melirik ke kaca spion, melihat kilatan lampu dari truk besar yang mengikuti di belakang.
Hatinya mulai cemas.
Beberapa detik kemudian, suara sirene ambulans terdengar dari kejauhan, membuat lalu lintas semakin kacau. Aurora mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa takut, "Ini cuma perjalanan biasa. Aku sudah sering melewati jalan ini."
Namun takdir berkata lain.
Tanpa peringatan, truk kontainer yang melaju di belakang kehilangan kendali. Truk itu meluncur dengan kecepatan tinggi, menabrak deretan mobil yang terjebak macet. Tubuh Aurora tersentak hebat ketika mobilnya dihantam dari belakang dengan suara dentuman yang mengerikan.
Aurora merasakan tubuhnya terangkat dan terpental ke depan. Semua terasa gelap dan hampa. Suara sirine, teriakan, dan suara kaca pecah terdengar samar, seperti mimpi buruk yang tak berujung.
Ketika membuka mata, Aurora terkejut bukan main. Dia tidak berada di rumah sakit seperti yang dibayangkan, melainkan di sebuah kamar mewah yang tak dikenalnya. Cahaya lampu kristal berkilauan di atas, dinding berlapis kain sutra warna krem, dan udara hangat yang membuatnya semakin bingung.
Tubuhnya terasa berbeda. Tidak ada rasa sakit yang seharusnya muncul setelah kecelakaan berat.
Dan yang lebih membuatnya terkejut-di sampingnya, ada seorang pria dengan wajah maskulin dan mata tajam yang menatapnya tanpa berkedip.
"Apa... ini?" suara Aurora bergetar, hampir tak percaya.
Pria itu tersenyum tipis, suaranya dalam dan penuh kewibawaan.
"Aurora, kau sudah resmi menjadi istri kedua saya. Malam ini adalah malam pertama kita."
Aurora membeku.
Kata-kata itu seperti petir yang menyambar, merobek seluruh pikirannya.
/0/24654/coverorgin.jpg?v=0995dc762b2d9a75057d0f824a2438f2&imageMogr2/format/webp)
/0/23523/coverorgin.jpg?v=d78b52dcff17c3f3d6d6d0a8cea41a47&imageMogr2/format/webp)
/0/18895/coverorgin.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915&imageMogr2/format/webp)
/0/29394/coverorgin.jpg?v=a5b72097a29c1053abbd1cb56c953d8d&imageMogr2/format/webp)
/0/19375/coverorgin.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915&imageMogr2/format/webp)
/0/15107/coverorgin.jpg?v=208c28207300472730dfbcb512e16406&imageMogr2/format/webp)
/0/20056/coverorgin.jpg?v=2756edc4f12942a260feff6696126824&imageMogr2/format/webp)
/0/23824/coverorgin.jpg?v=7f35f97337f89174d08376adb650b82e&imageMogr2/format/webp)
/0/29168/coverorgin.jpg?v=e9e48c9955d6a8bdb0d7c878d0f11405&imageMogr2/format/webp)
/0/2889/coverorgin.jpg?v=e01850068f65fbdbdf4ff55d53c9c070&imageMogr2/format/webp)
/0/4714/coverorgin.jpg?v=d0903cbd4f0ab04b5c828ae5e1399f45&imageMogr2/format/webp)
/0/27031/coverorgin.jpg?v=4e298f275dec6303d13105278c295c08&imageMogr2/format/webp)
/0/3925/coverorgin.jpg?v=f35beec2a693ab20cde31366697c77fa&imageMogr2/format/webp)
/0/3595/coverorgin.jpg?v=39a2ec8e52ed3086144a1b7671be39a1&imageMogr2/format/webp)
/0/2345/coverorgin.jpg?v=77d2c259fba79165682b15f34d3c47cc&imageMogr2/format/webp)
/0/13767/coverorgin.jpg?v=e28ddbc0c6335d6ecec8daef7912f06c&imageMogr2/format/webp)
/0/6488/coverorgin.jpg?v=68fb57334c996bf8bec4b64d8c6c0a41&imageMogr2/format/webp)
/0/17462/coverorgin.jpg?v=d8c6ceaaaebd914019e70e50febf0c63&imageMogr2/format/webp)
/0/10526/coverorgin.jpg?v=9471a0dfddb2aab3707bc11266eed41b&imageMogr2/format/webp)