Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
19
Penayangan
1
Bab

Hansen Yahya putra sulung yang mengalami amnesia ketika terjadi tabrakan mobil, nasib baiknya Hansen di rawat oleh seorang gadis kampung bernama Uni mudo. 6 bulan lamanya Hansen hidup sederhana di dalam keluarga Uni, Hansen di ajari banyak hal, hingga ... waktunya tiba, dirinya teringat semua hal, Hansen tanpa pamit pergi meninggalkan Uni. 2 tahun telah berlalu, Uni pergi ke kota untuk mencari pekerjaan dan mengubah nasib, ia bekerja di perusahaan Yahya Group, akan kecantikan dan kepolosan Uni, ia berhasil memikat hati CEO perusahaan Yahya Group bernama Sebastian. Ceo jatuh cinta dan mengajak Uni untuk menikah, namun siapa sangka dirinya kembali bertemu dengan Hansen ketika hari pertunangan dengan Sebastian adik kandung Hansen. ''Dia itu tunangan ku, Bang! Dan kamu juga sudah punya kekasih! Kenapa harus menculiknya dariku!'' teriak Sebastian. Hansen tersenyum miring, ''Sebastian, Sebastian. Sebelum kamu bertemu dengannya, aku ... Hansen sudah kenal lama dengan Uni. Jika kamu tidak percaya, tanyakan saja kepada calon tunangan gagal kamu ini! Dan bagaimana jika kita pinta ke dia, untuk memilih siapa di antara aku atau kamu yang akan menjadi suaminya?'' Uni sangat bingung, ia memang jatuh cinta dengan Hansen, sejak awal pertama bertemu. Namun di sisi lain Sebastian sangat mencintainya, bahkan hampir meninggal karena menolong Uni. Siapakah yang akan Uni pilih untuk di jadikan suami, Hansen atau Sebastian?

Bab 1 Episode 1 Pria tampan amnesia

Episode 1/ Pria tampan amnesia

Tabrakan parah yang terjadi pada malam tragis menyebabkan putra sulung dari keluarga Yahya Group mengalami amnesia, Tuhan masih berbaik hati kepadanya dengan mengirimkan malaikat baik ketika malam tragis itu terjadi.

''Ada kecelakaan!'' kaget Rinjani, malam itu ia baru saja kembali dari tempat kerjanya.

Rinjani gadis muda berusia 21 tahun, seorang mahasiswi jurusan hukum. Dirinya berasal dari perkampungan kecil yang terletak di Sumatera Barat, berjuang keras hidup di kota demi mencapai cita-citanya.

''Tolong ....''

"Tolong ...."

Tidak ada yang mendengar teriakan Rinjani, mata tajam Rinjani berhasil melihat ada seorang pria di ujung sana, dirinya berlari mendekat sebelum mobil itu meledak dan berhasil menangkap tubuh pria yang keluar sebelum mobil itu meledak, Rinjani melangkah mendekat dan menemui seorang pria tampan tengah tidak sadarkan diri.

"Dia tampan sekali," puji Rinjani.

''Astaga, aku harus bagaimana sekarang? Tidak mungkin pria tampan nan malang ini aku tinggal tergeletak begitu saja disini, tapi ... tidak mungkin juga aku bawa pulang,'' gumam Rinjani yang mulai kebingungan.

Namun di saat itu, Orang-orang mulai berkumpul, mereka datang membantu memadamkan api yang semakin membesar dari mobil tersebut, dengan bantuan warga setempat Rinjani membawa tubuh pria tampan yang tidak sadarkan diri ke rumah sakit terdekat.

Rinjani mondar-mandir di depan ruangan pria tampan tersebut, selain mengkhawatirkan kondisinya, ia juga khawatir dengan uang nya yang telah habis untuk biaya rumah sakit pria tampan yang telah ditolongnya malam ini.

''Cihh, uang ku habis hanya karena membiayai semua pengobatan pria itu!'' gumam Rinjani.

Padahal ia sudah bersusah payah untuk irit di kota, seorang dokter keluar dari ruangan dan melangkah ke arah Rinjani.

''Maaf, Dek. Anda siapanya pasien? Apakah keluarga pasien?'' tanya Dokter.

Rinjani menggeleng dengan cepat, ''Bukan, Dok. Tapi saya yang membawa pria itu ke rumah sakit,''

''Hmm, begitu rupanya. Apakah Adek bisa menghubungi keluarga korban?''

Rinjani kelihatan berpikir, ''Maaf, Dok. Saya sama sekali tidak menemukan kartu identitas dari pria itu, semuanya sudah hangus terbakar, bahkan ponsel pun tidak ada,'' jelas Rinjani.

''Baiklah, jika begitu Adek saja yang ikut ke ruangan saya, ada hal penting tentang kondisi pasien,''

Rinjani pun mengikuti langkah dokter menuju ruang kerja nya, sementara pria tampan nan malang itu perlahan mulai membuka matanya, kepalanya terasa sangat sakit, ia mencium aroma obat yang kuat dari tempatnya berada.

....

Di kediaman Yahya group.

''Bagaimana? Apakah Hansen sudah ditemukan?'' tanya pria paling di tuakan di keluarga mereka.

''Belum, Tuan. Kami sudah berusaha mencari kembali di lokasi kejadian, hanya saja ... yang kami temukan mobil itu sudah hangus terbakar,'' jelas seorang pria dengan pakaian serba hitam.

''Bagus, jangan biarkan kasus ini menyebar ke pihak berwajib, semua masalah malam ini harus dirahasiakan sebaik mungkin, jangan sampai ada yang curiga sedikitpun, paham!''

Ketiga pria tersebut memberikan anggukan.

''Jika saja Hansen dinyatakan masih hidup, maka ....''

Ketiga pria itu menelan Slavina mereka sendiri dengan kaki yang gemetaran hebat.

''Nyawa kalian yang akan menjadi taruhannya, paham!'' ancamnya.

''Paham Tuan,'' jawab mereka bertiga dengan gemetar hebat.

.....

''Pasien mengalami amnesia, di karenakan benturan hebat di kepalanya dengan setir kemudi, ada beberapa anggota tubuh pasien yang belum bisa berfungsi dengan baik, kaki pasien yang terjepit membuatnya mengalami patah tulang ringan,'' jelas dokter.

''Tapi masih bisa sembuh kan, Dok?'' tanya Rinjani, sekalipun Ia tidak mengenal pria tampan itu, dirinya masih memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi.

''Masih bisa, sekalipun butuh waktu yang lama dan harus control untuk memastikan semuanya,'' terang dokter, Rinjani pun manggut-manggut mengerti.

Ia keluar dari ruangan dokter menuju tempat pria tampan tersebut terbaring.

''Kamu siapa? Dan kenapa bisa saya disini?'' tanya pria tampan itu yang menatap heran kepada Rinjani.

Dirinya melangkah mendekat dan berkata, ''Nama saya Rinjani, saya orang pertama yang menyelamatkan Tuan dari kecelakaan malam ini,''

Kening pria tampan itu berkerut, ''Kecelakaan?''

''Hmm, kecelakaan. Nasib baiknya Tuhan masih berbaik hati kepada Tuan dan memberikan Tuan keselamatan,'' jelas Rinjani.

''Terus kenapa bisa saya ada disini? Awhg!''

Mendadak kepala pria tampan itu terasa sangat sakit ketika dirinya berusaha mengingat semua kejadian yang telah terjadi, namun semakin diingat malah semakin sakit.

.....

Beberapa hari telah berlalu, pria yang ditolong oleh Rinjani sudah diizinkan pulang, dirinya membawa pria tampan itu ke kediaman sederhananya.

''Maaf jika terlalu sederhana,''

Rinjani terus mendorong kursi roda tersebut, pria tampan itu memperhatikan sekeliling tempat tinggal barunya.

''Tunggu sebentar, saya akan membawakan air, pasti Tuan haus,'' ucap Rinjani yang melangkah ke dapur.

Rinjani kembali ke depan dan melihat jika pria tampan itu kembali merasakan sakit kepala ketika ia berusaha keras mengingat semua kejadian sebelumnya.

''Jangan dipaksa, kata Dokter perlahan tapi pasti ingatan Tuan pasti akan kembali, jangan menyiksa diri sendiri,'' saran Rinjani.

''Tapi ... saya tidak bisa mengingat apapun, tidak bisa sama sekali!'' sahut pria tampan tersebut.

'Hmm, Tuan tenang saja. Saya akan membantu membuat ingatan Tuan kembali lagi, tapi sebelum itu ... Tuan minum obat dulu dan setelah ini istirahat,'' ucap Rinjani yang dengan telaten memberikan obat kepada pria tampan tersebut dan membawanya ke 1 kamar yang ada, kamar kecil yang hanya ada satu ranjang kecil muat untuk satu orang.

.....

''Terima kasih karena sudah mau menampung saya di tempat kamu ini, saya berjanji, jika ingatan saya sudah kembali, maka saya akan membalas semua kebaikan yang telah kamu berikan,'' ucap pria tampan yang merasa berhutang budi kepada Rinjani.

Rinjani memberikan senyum, ia hendak melangkah keluar namun tangannya ditahan oleh pria tampan tersebut. Dirinya menoleh, ''Kenapa, Tuan? Apakah masih ada yang Tuan inginkan?''

Pria itu menggelengkan kepala, namun detik berikutnya ia berkata, ''Siapa nama saya?''

Rinjani pun bingung, ia tidak menemukan kartu identitas pria tampan ini. Rinjani menatap lekat pahatan wajah tampannya yang terbentuk sempurna, dengan mata indah berwarna biru, alis yang tebal serta hidung mancung.

''Yusuf,'' gumam Rinjani yang kagum dengan ketampanan pria ini.

''Yusuf? Apakah nama saya Yusuf?'' ucap pria tampan.

Rinjani memberikan anggukan.

''Yusuf, nama yang indah, saya menyukai nama itu.''

Rinjani baru teringat jika ia tengah melamun, namun tidak bisa dipungkiri jika pria yang ada di depannya memang tampan.

'Apa sebaiknya aku gunakan situasi ini? Bukankah akan sangat menguntungkan ketika aku mendapatkan pria tampan dengan mudah,' pikir sekilas Rinjani.

"Tidak, tidak! Aku tidak boleh menggunakan kesempatan di dalam kesempitan!" gumam Rinjani dengan memukul-mukul keningnya sendiri, Yusuf yang melihatnya menatap dengan kening berkerut.

~Bersambung.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh nofriza rahma

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku