Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bos, Istri Anda Minta Cerai

Bos, Istri Anda Minta Cerai

ROSA WHITEHEAD

4.9
Komentar
2M
Penayangan
445
Bab

Bagi Sella Wisara, pernikahan terasa seperti sangkar yang penuh duri. Setelah menikah, dia dengan bodoh menjalani kebidupan yang menyedihkan selama enam tahun. Suatu hari, Wildan Bramantio, suaminya yang keras hati, berkata kepadanya, "Aisha akan kembali, kamu harus pindah besok." "Ayo, bercerailah," jawab Sella. Dia pergi tanpa meneteskan air mata atau mencoba melunakkan hati Wildan. Beberapa hari setelah perceraian itu, mereka bertemu lagi dan Sella sudah berada di pelukan pria lain. Darah Wildan mendidih saat melihat mantan isrtinya tersenyum begitu ceria. "Kenapa kamu begitu tidak sabar untuk melemparkan dirimu ke dalam pelukan pria lain?" tanyanya dengan jijik. "Kamu pikir kamu siapa untuk mempertanyakan keputusanku? Aku yang memutuskan hidupku, menjauhlah dariku!" Sella menoleh untuk melihat pria di sebelahnya, dan matanya dipenuhi dengan kelembutan. Wildan langsung kehilangan masuk akal.

Bab 1 Ketidakpedulian Suaminya

Saat ini awal Desember di Kota Lemi dan cuaca lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya.

Sella Wisara berbaring di tempat tidur tanpa ekspresi, mendengarkan omelan nyaring ibu mertuanya, Sophia Andino, yang datang dari lantai bawah.

"Sella! Kamu mandul dan itu sudah cukup mengecewakan. Jam berapa sekarang? Kenapa kamu belum memasak? Apa kamu ingin membuatku dan Ardin mati kelaparan?"

Sella telah menikah dengan Wildan Bramantio selama enam tahun dan selama ini, Sophia terus memarahinya karena tidak kunjung hamil. Andai saja Sophia tahu bahwa Wildan tidak pernah menyentuhnya sejak awal.

Pada saat ini, terdengar suara Ardin Bramantio mendesak, "Cepat turun dan bantu aku menyiapkan tas sekolahku. Aku mau berangkat ke sekolah."

Ardin adalah adik laki-laki Wildan. Dia merupakan seorang remaja yang selalu mempersulit Sella karena menurutnya, Sella adalah wanita yang mudah ditindas.

Begitu turun, Sella langsung pergi ke dapur dan memasak, lalu menyiapkan tas sekolah dan kotak makan untuk Ardin. Setelah itu, dia memanggil Sophia, "Bu, sarapan sudah siap!"

Sophia berjalan menuju ruang makan. Ketika melihat raut wajah Sella yang tanpa ekspresi, dia langsung marah. Dia membanting gelas di atas meja dan berkata, "Sella, kamu menghabiskan uang putraku dan tinggal di rumahnya. Beraninya kamu menatapku dengan tidak sabar seperti itu! Jika kamu terus seperti ini, aku akan segera menelepon Wildan dan memintanya untuk menceraikanmu. Percayalah padaku."

Memegang piring dengan tangan gemetar, Sella menarik napas dalam-dalam dan memaksakan diri untuk tersenyum saat berkata, "Bu, aku tidak menatapmu dengan tidak sabar."

Sama sekali tidak memercayainya, Sophia berkata dengan nada menghina, "Sella, jangan mengira karena dukungan nenek Wildan, kamu bisa menjadi istrinya selamanya. Kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Aisha. Ingat itu."

Saat Sella mendengar nama Aisha Wahadi, wajahnya memucat.

Setelah memikirkan sesuatu, Ardin menyeringai dan berkata, "Apa kamu belum tahu? Aisha akan segera pulang dari rumah sakit. Kakakku akan menjemputnya pulang untuk tinggal bersama kita."

Kelopak mata Sella berkedut dan tangannya semakin gemetar.

Merasa jijik saat melihat penampilan Sella karena mengira Sella hanya berpura-pura diperlakukan dengan tidak adil, Sophia mendengus dan melambaikan tangan dengan tidak sabar saat berkata, "Jangan berdiri di depanku. Kamu menurunkan nafsu makanku. Enyah dari hadapanku."

Sella berbalik dan naik ke atas tanpa ragu-ragu, lalu kembali masuk ke kamar dan berbaring di tempat tidur.

Menjelang malam, sebuah mobil Maybach berhenti di depan rumah. Sella segera bangkit dari tempat tidur, lalu berlari ke balkon dan melihat ke bawah.

Seorang pria kurus yang mengenakan setelan jas keluar dari mobil. Dia lebih tampan daripada para bintang pria yang dilihatnya di televisi.

Merasa sepertinya ada seseorang yang sedang menatapnya, pria itu mendongak dan mata mereka bertemu. Hanya ada kedinginan dan kekejaman di matanya.

Sella sudah terbiasa dengan tatapan seperti ini.

Begitu memasuki ruangan, Sella menyiapkan air bak mandi untuk Wildan seperti biasa dan berkata, "Sayang, Nenek sudah tinggal di biara selama hampir sebulan. Sore tadi, beliau meneleponku dan bilang bahwa beliau berdoa untukmu ...."

Akan tetapi, sebelum Sella bisa menyelesaikan kata-katanya, Wildan memotong, "Ada yang ingin kukatakan padamu."

Sella menoleh ke Wildan dan mendapati Wildan sedang menatapnya dengan cuek. Tidak ada jejak kelembutan di mata pria itu.

Bibir tipis Wildan bergerak dan mengeluarkan kata-kata dengan suara yang dalam, "Aisha akan pulang. Besok kamu harus pindah."

Hati Sella langsung tenggelam. Ardin benar. "Bagaimana jika aku tidak pindah?" tanya Sella dengan suara lembut.

Wildan mengerutkan kening. Sella selalu patuh padanya dan ini adalah pertama kalinya wanita itu melawannya. Dia berkata dengan dingin, "Jangan lupa bagaimana kamu menikah denganku enam tahun yang lalu."

Tentu saja, bagaimana Sella bisa lupa?

Saat itu, Aisha mengalami kecelakaan mobil. Sella-lah yang memanggil ambulans dan juga mendonorkan darah untuk transfusi. Wildan berterima kasih pada Sella. Untuk membalas kebaikannya, dia berjanji akan memenuhi permintaan Sella.

Satu-satunya permintaan Sella adalah menikah dengan Wildan. Dia selalu memimpikan hal ini sejak pertama kali bertemu dengan Wildan saat masih duduk di bangku SMA.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku